"Maaf, apa kata Anda barusan, Direktur Wang?"
Karina mengangkat kepalanya saat suara Jeno mengudara dalam ruangan. Tampak Jeno kini memasang ekspresi serius di wajahnya, berbeda dengan Direktur Wang yang meringis dan tersenyum kecil.
"Hoho, Direktur Lee, tidak usah serius seperti itu, memiliki sekretaris seperti Sekretaris Yoo juga Saya akan senang setiap harinya. Melihat penampilannya, siapa yang tidak senang? Bahkan Saya akan betah melihatnya seharian, tidak hanya di kantor, bahkan mungkin di luar kantor juga. Saya tidak akan melepaskan sekretaris seperti Nona Yoo dari pandangan Saya sedetik pun."
Karina mengalihkan pandangannya saat Direktur Wang meliriknya genit. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha untuk menahan air mata yang hampir meleleh keluar dari pelupuk matanya. Seluruh tubuhnya merasa merinding saat kalimat-kalimat menjijikkan itu keluar dari mulut Direktur Wang seakan menghinanya.
"Direktur Wang, bukankah seharusnya Anda memerhatikan kata-kata yang keluar dari mulut Anda? Melihat Anda seperti itu, Saya yakin akan ada surat tuntutan dari perusahaan kami untuk Anda."
"Haha, bercandaan Anda berlebihan, Direktur Lee. Anda tidak mungkin akan menuntut Saya karena hanya seorang sekretaris saja, bukan?"
"Mau sekretaris atau bukan, perusahaan kami melindungi karyawannya dari segala bentuk kerugian. Kata-kata Direktur Wang tentu secara jelas merugikan dan melecehkan sekretaris sekaligus karyawan kami."
"Haha, Saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekretaris Yoo memiliki penampilan yang menarik, yang mewakili perusahaan. Apa Anda tidak setuju dengan hal itu, Direktur Lee? Sekretaris Yoo mungkin akan kecewa mendengar Anda berbicara seperti ini."
"Sekretaris Yoo memang memiliki kapabilitas untuk mewakili perusahaan kami. Dia memiliki kemampuan yang mumpuni dalam pekerjaannya, dia memiliki service skills yang profesional dan mampu menangani percakapan dengan klien perusahaan kami, baik secara multinasional maupun internasional, serta cekatan. Saya rasa dia seharusnya tersinggung dengan kata ecek-ecek Direktur Wang yang justru meremehkan kompetensinya?"
"Anda terlalu berlebihan, Direktur Lee. Kata-kata saya yang mana yang melecehkan Sekretaris Yoo?"
"Anda menciptakan ambiguitas dalam perkataan Anda yang menggiring opini tidak benar mengenai Sekretaris Yoo. Saya harap Anda menyiapkan surat permintaan maaf secara formal atau bagian hukum kami akan menghubungi Anda untuk bertemu di pengadilan nanti."
"Anda pikir Anda bisa menuntut saya? Apa anda memiliki bukti mengenai itu?"
"Tentu saja saya memiliki bukti yang kuat, Direktur Wang. Sekretaris Anda. Apabila dia tidak ingin memberikan kesaksian, saya bisa menghubungi mantan PA maupun sekretaris Anda yang memiliki historis pelecehan dari Anda dan mengangkat kasus ini ke publik."
Mendengar kata-kata itu, Direktur hanya menggeram kesal, tidak mampu membalas kata-kata Jeno. Pun Jeno yang berada di sebrang Direktur Wang hanya melirikkan matanya ke arah Jisung yang sedari terdiam, tak mampu melawan.
Pria seperti ini yang akan menjaga Karina di masa depan? Mana mungkin Jeno akan menyerahkan Karina pada seseorang seperti ini.
Jeno menghela napas kesal, "Kalau begitu, kami tunggu surat permintaan maaf dari Anda 1x24 jam atau surat penuntutan dari kami akan melayang. Kami pamit undur diri. Terima kasih atas jamuan makan siangnya."
Setelah memberikan salam perpisahan, Jeno segera beranjak pergi meninggalkan ruang makan bersama dengan Karina di belakangnya. Karina yang mengekori Jeno pun menampakkan raut gelisah. Karina tahu berurusan dengan Direktur Wang tentu memberikan dampak pada Jeno dan perusahaan, terlebih alasan dari penyebab itu adalah karena dirinya.
"Pak Jeno," Panggil Karina saat mereka keluar dari restoran, "Apakah ini tidak berlebihan, menuntut Direktur Wang tentu akan memberikan dampak pada peru---"
"Karina," Suara berat Jeno memotong ucapan Karina, "Jadi, kamu mau aku diam saja saat melihat karyawanku dilecehkan? Aku tidak mungkin melakukannya. Dengan kekuasaan yang kumiliki, kuharap kau tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak diperlukan."
Kalimat Jeno menjadi penutup pembicaraan mereka. Setelahnya, mobil datang menjemput keduanya dan mengantarkan mereka pulang.
Sepanjang perjalanan, Karina sama sekali tak bisa melepaskan pandangannya dari Jeno. Jantungnya berdegup kencang, sampai ingin mati rasanya. Pasokan oksigen Karina dirampas paksa saat mata telanjangnya melekat pada pahatan wajah Jeno yang sempurna. Kejadian hari ini membuat Karina jatuh sejatuh-jatuhnya dalam pesona Jeno. Apabila sebelumnya Karina jatuh hanya dalam cakupan 100℅, kini naik menjadi 200℅.
Karina menyentuh dadanya, merasakan irama jantungnya yang berpacu kencang, berlomba dengan aliran darah yang mengucur deras dalam tubuhnya. Ia merasakannya untuk pertama kali; berbeda dengan sebelumnya, yang hanya berada pada level tertarik, kini Karina tahu bahwa dia telah jatuh cinta pada bosnya.
Karina mengalihkan pandangannya, berusaha mengatur emosinya. Dia seharusnya tahu bahwa dirinya tidak boleh merasakan ini. Dia tidak boleh dan tidak bisa untuk melakukannya.
Karena apabila dia melakukannya, maka dia akan menjadi pihak yang kalah dalam hubungan benefit ini. Orang yang memiliki perasaan adalah pecundang di hubungan ini. Orang yang hanya bisa berharap, sedang pihak lain tidak memakai perasaanya. Orang yang menggunakan perasaannya di sini adalah orang yang gampang terluka karena harapan yang dimilikinya sendiri.
Karina berusaha mengendalikan perasaannya, tetapi semakin ia berusaha semakin pula ia tak bisa. Ia benar-benar tak bisa lepas dari perasaan ini.
Memejamkan mata, berusaha melupakan perasaan ini, tetapi dirinya justru terlempar pada kilasan ingatan beberapa tahun lalu, tepat saat hubungan benefit ini dimulai.
.
.
.Sudah enam bulan Karina bekerja sebagai sekretaris Jeno. Setelah hampir tiga tahun bekerja di Megha Corporation, Karina terus mengalami kenaikan dalam status pekerjaannya karena performa kerjanya hingga ia berada di level ini.
Beruntung Jeno sendiri yang menunjuk Karina untuk menjadi sekretarisnya. Mungkin selain performa, kurang lebihnya sedikit koneksi juga bermain, tapi Karina tidak peduli mengenai hal itu, selama ia masih menunjukkan kinerja yang baik maka kemungkinan-kemungkinan itu tidak akan muncul ke permukaan.
Mengenal Jeno secara personal memang suatu anugrah dalam hidup Karina yang tidak Karina sangkal. Awalnya Karina tidak menyangka bahwa Jeno yang merupakan seniornya justru seorang penerus Megha Corporation. Tentu Karina tidak mendekati Jeno karena latar belakang laki-laki itu, ia hanya sekedar tertarik pada Jeno, tidak lebih. Tapi, mengenal Jeno nyatanya justru memberikan banyak manfaat pada Karina.
Dari Jeno, Karina banyak memperoleh pelajaran. Bagi Karina, Jeno mentor terbaik dalam dunia pekerjaan. Ya, hubungan mereka hanya sebatas profesional belaka, tidak lebih, tapi Karina tahu bagaimana bersikap apabila bersama Jeno. Hal itu juga yang kurang lebihnya mungkin menjadi keputusan Jeno untuk merekrut Karina sebagai sekretarisnya.
Sayangnya, batasan profesionalitas Jeno dan Karina akan Karina robohkan hari ini. Karina jemu terjebak dalam status ini, terlebih banyak karyawan wanita yang menggoda Jeno---yang tentu saja tidak Jeno hiraukan.
Karina takut lama-lama Jeno akan pergi darinya apabila dia terlalu larut dalam hubungan ini. Memang terdengar bodoh karena Karina seakan menumbalkan pekerjaannya demi hubungan lebih dengan Jeno. Belum tentu ia akan sukses dengan hal ini. Tidak mendapatkan Jeno, justru kehilangan pekerjaanya. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin pribahasa itu cocok dengan keadaan Karina.
Dan malam itu kata yang sudah terucap tak bisa ditarik kembali. Karina siap dengan konsekuensi yang ada. Tapi, kata-kata yang keluar dari mulut Jeno bukanlah menyuruh Karina untuk bergegas dari kantornya, melainkan:
"Ayok lakukan itu. Hubungan itu, aku ingin melakukannya."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMAT
FanfictionLee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila bahkan berhalusinasi untuk menjadi istrinya. Salah satunya mungkin Karina, tidak, Karina bukan salah satu dari sekian banyak orang yang ingin...