7. Kamu Cemburu, Pak?

1.4K 116 5
                                    

Mendengar Karina menyebut namanya, Jisung tak kuasa menahan semburat merah yang muncul di kedua pipinya, membuat Karina yang melihat pemandangan itu tak kuasa menahan diri untuk melebarkan senyumnya. 

Benar kata para gadis di grup, Jisung terlihat sangat imut apabila bertemu secara langsung. Apalagi, laki-laki itu terlihat malu-malu terhadapnya, membuat Karina gemas saat melihatnya, ingin mencubit kedua pipi laki-laki itu, tapi Karina masih sadar tempat. Karina harus menjaga sikap kalau tidak mau membuat masalah. 

Karina kemudian mengalihkan pikirannya dengan kembali berbincang, "Bagaimana kabarmu, Ji-Sung? Masih kuat dengan Direktur Wang?" Tanya Karina dengan nada setengah bercanda, tetapi Jisung menanggapinya dengan serius-terlihat dari punggung laki-laki itu yang menegap karena nama Direktur Wang disebut dalam pembicaraan. 

Jisung membenarkan kacamatanya dengan gerakan tubuh yang kaku, "Aku baik-baik saja, Senior. Bekerja dengan Direktur Wang merupakan pengalaman terbaik untuk mengembangkan kemampuanku."

Karina hampir menyemburkan tawanya saat mendengar jawaban yang diberikan Jisung. Sebab jawaban Jisung membuatnya merasa dirinya sedang berada dalam situasi Wangcara pekerjaan dengan laki-laki itu. 

"Pasti berat sekali, bukan?" Karina memasang muka iba.

Siapa yang tidak tahu bagaimana sistem kerja Direktur Wang? Hampir seluruh personal assistant maupun sekretaris tahu bagaimana kerja Direktur Wang, banyak dari mereka yang tidak betah berada di sisi Direktur Wang, hanya Jisung saja yang baru merayakan satu tahunnya di sana. Karina rasa ia perlu mengacungkan dua jempol pada daya tahan banting laki-laki itu. 

"Awalnya iya, tetapi saat aku melihat Senior menjadi sekretaris yang bertahan di sisi Direktur Maghani, hal itu menjadi motivasiku untuk bertahan," Karina sedikit tersanjung dengan perkataan Jisung, tapi perasaan itu tak bertahan lama saat Jisung kembali melanjutkan ucapannya, "Kalau boleh aku tahu, hal apa yang dilakukan Senior untuk bertahan di Direktur Maghani dan mendapatkan julukan Sekretaris terbaik?"

Mendengar hal itu, sontak tawa yang ditahan Karina keluar begitu saja. Karina sampai mengusap air mata yang keluar dari ujung matanya. Perasaan menggelitik itu masih hinggap di perutnya, membayangkan jawaban sesungguhnya yang seharusnya Karina berikan pada Jisung. 

Jadilah nakal dan goda bosmu, Jisung. 

Karina tidak sanggup membayangkan Jisung memakai pakaian seksi dengan telinga kuping di kepalanya, menyodorkan bokong seksi putihnya ke arah Direktur Wang dan ... 

Sudah! 

Khayalan Karina harus berhenti sampai di sana. Kalau dilanjut, Karina tidak tahu akan seberapa jauh pikiran membawanya. 

Sementara itu, Jisung yang memerhatikan Karina yang tertawa karenanya pun hanya memerhatikan dengan gerak-gerik kikuk. "Maaf kalau aku terlalu lancang, Senior. Aku tidak bermaksud ..."

"Ah, maaf, Jisung, aku tidak bermaksud menertawakanmu. Tentu saja aku akan membagikan tipsnya padamu. Bukankah kita berbagi nasib yang sama?" Karina tersenyum lebar dan disambut senyuman oleh Jisung. 

"Terima kasih, Senior. Senior memang yang terbaik!"

... 

Melihat Jisung yang menyambut Karina dalam percakapan yang semangat, Jeno tentu penasaran sebab ia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dibicarakan keduanya. Meski begitu, bahasa tubuh yang digunakan keduanya tampak begitu luwes dan santai, seakan mereka menikmati waktu mereka berdua saat ini. 

Jeno tadinya tidak mau memerhatikan Karina sebegini lekatnya. Ia hanya berniat melirik sebentar, mengetahui apa yang sedang dilakukan sekretarisnya itu di tengah keramaian dan ia tak terkejut melihat apa yang Karina lakukan saat ini.

Jeno yakin Karina adalah orang yang dapat dengan mudah beradapatasi dengan orang lain, meski dalam kerumunan orang sekalipun. Karina merupakan orang yang membawa bola kegembiraan di tangannya, sehingga tak mungkin orang yang baru mengenalnya tak menyukai gadis itu. 

Akan tetapi, yang menjadi masalah bagi Jeno saat ini adalah kenapa dari sekian banyak orang di ruangan ini, Karina harus berbincang dengan laki-laki asing yang sama sekali tak dikenali oleh Jeno dan bahkan Karina sampai tertawa bersama laki-laki itu. 

Apa hebatnya sebenarnya laki-laki itu? Dibanding Jeno, laki-laki itu ... 

... cukup tampan, imut, dan menggemaskan. 

Sial. 

Jeno tak dapat menahan sumpah serapah agar tidak keluar dari hatinya saat kenyataan begitu keras menamparnya.

Sementara itu, tanpa Jeno menyadari bahwa ada sepasang mata yang memandang lekat ke arah dirinya dan kini mata itu juga memandang lekat ke arah Karina.

Orang yang memerhatikan Jeno itu tanpa sadar mengulas senyum kala menyadari ada sesuatu yang tersirat dari tatapan Jeno.

Bibir tipis orang itu kemudian tertawa renyah, "Ya ampun, anak itu ... Apa yang sedang dilakukannya dengan sekretaris Direktur Lee."

Perkataan itu nyatanya berhasil menarik perhatian Jeno, membuat kedua netra Jeno bertumpu pada Direktur Wang yang kini tersenyum bangga ke arah Jisung dan Karina yang tengah mengobrol.

"Maafkan kelancangan sekretaris saya, Direktur Lee. Sepertinya dia terlalu menggagumi Nona Karina," Ujar Direktur Wang. "Berbicara tentang perusahaan, bagaimana kalau kita melakukan meeting secara pribadi, antara Direktur Lee, Saya, dan kedua sekretaris kita?"

Jeno awalnya tak begitu setuju dengan ajakan Direktur Wang. Menurutnya, sudah cukup baginya bertemu dengan Direktur Wang dalam pertemuan formal ini, tidak perlu secara personal, akan tetapi kata-kata Direktur Wang selanjutnya menarik perhatian Jeno. 

"... Dan Anda bisa mengenal Jisung lebih dekat, Direktur Lee. Jisung, Sekretarisku."

"Siapa namanya tadi?"

"Jisung."

Melihat Jeno tampak berpikir membuat Direktur Wang mengulas senyum seringainya. Direktur Wang tampak puas karena telah berhasil membuat Jeno memakan tarikan pancingannya. Firasatnya mengatakan bahwa Jeno cepat atau lambat akan jatuh dalam perangkap yang telah dibuatnya. 

"Baiklah," Jeno akhirnya memutuskan pilihannya, membuat Direktur Wang tak kuasa menahan kekehan. 

"Saya senang mendengar keputusan Anda, Direktur Lee. Karena kebetulan Saya juga menginap di sini, Saya akan membuat reservasi di restoran di dekat sini. Kita akan berbicara mengenai banyak hal."

"Ya, baiklah," Jawab Jeno tanpa memedulikan kembali perkataan dari Direktur Wang. Fokusnya jatuh pada Karina yang masih belum puas berbicara dengan laki-laki bernama Jisung itu. Keduanya tampak lekat sehingga membuat Jeno mau-tidak mau bertanya dalam hatinya. 

Haruskah ia menghampiri keduanya dan menghancurkan pembicaraan mereka? 

Tapi, tunggu, Jeno mengalihkan pandangannya kembali pada Direktur Wang, laki-laki paruh baya itu menawarkan segelas minuman anggur padanya. Tanpa ragu, Jeno menerimanya dan menyesapnya perlahan seraya memerhatikan Karina lagi. 

Bukankah Direktur Wang tadi bilang kepadanya bahwa mereka akan menginap di hotel yang sama? Bukankah saat ini waktu yang tepat bagi Jeno memperlihatkan siapa yang sebenarnya memiliki Karina? Meski kata memiliki bukanlah kata yang tepat untuk digunakan di sini, tapi Jeno tidak bisa menghentikan senyum yang muncul di bibirnya. 

***

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang