22. Mari Berkencan (2)

719 44 0
                                    

Giselle hampir menyemburkan makan siang yang baru ia lahap itu kala ia mendengar kabar yang baru saja disampaikan oleh Karina.

Seperti biasa, tanggapan Giselle selalu berlebihan, bisa-bisa menarik perhatian.

Sontak Karina melihat sekeliling kantin, memerhatikan apakah orang di sekitar mereka memerhatikan mereka atau tidak, beruntungnya mereka disibukkan oleh jam makan siang yang sebentar jadi reaksi Giselle tidak menyita perhatian satu pun para pekerja.

"Rin, lu enggak bohong, kan? Pak Jen---"

"Ssst!" Buru-buru Karina menutup mulut Giselle. "Bisa kecilin suara lu engga?"

Giselle menyingkirkan tangan Karina, "Emang suara gua gede banget ya? Perasaan enggak deh."

Karina memutar bola matanya. "Ampun deh, Gi. Kalopun suara lu sekecil suara tikus juga, kalo lu lagi ngomongin ekhem si bos, semua juga bakal kepo, tau."

Giselle nyengir, "Oh iya, lupa. Haha."

"Jadi, jadi gimana? Lu sama Bapak bakal pergi hari ini?"

Karina mengangguk.

"Jadi beneran Bapak udah punya anak, Rin?"

Karina mengangguk.

"Wih calon mama, nih. Mau dipanggil Mama, Ibu, Bunda, Mommy atau apa nih."

"Gi, lu bisa enggak serius duluuu??" Karina merengek, membuat Giselle tersenyum, menahan godaannya.

"Sori, sori."

"Sekarang gua bingung mau ngasih kado apa nih buat anaknya bapak."

"Masa mama enggak tau."

"Giselle!!"

Giselle tertawa kecil, "Ya udah sini, Mama. Gigi bantuin."

Giselle masih saja menggoda Karina walau ia akhirnya membantu Karina. Baik Giselle dan Karina bertukar pikiran sampai akhirnya menemukan kado yang cocok buat anak Jeno.

"Yang penting lu pastiin kesukaan anak Pak Jeno dulu."

Karina mengangkat ibu jarinya.

"Dasar Mama. Pantes aja Bapak dari kemarin aneh."

"Aneh gimana?"

"Lah lu enggak ngerasa aneh tiba-tiba si Bapak ngebantuin hubungan gua sama Haechan?"

Karina terdiam.

"Coba lu deh pikiran, Rin. Bos mana yang mau repot-repot ngurusin urusan asmara karyawannya, enggak penting banget tau. Coba kalo lu enggak minta, mana mungkin gua kemarin tuh bisa baikan sama Haechan."

Benar juga kata Giselle, tapi Karina tidak ingin merasa besar kepala untuk itu. Mungkin saja Jeno kemarin sedang bermurah hati.

"Ya, mungkin Bapak lagi sedekah aja."

Giselle melempar kerupuk di tangannya ke arah Karina, "Yeeu, sedekah, sedekah. Lu kira apaan. Kemarin gua liat tatapan Bapak aja udah beda banget kalo ke lu. Dasar lu, Rin. Enggak peka banget jadi cewe."

Karina tersenyum, bukannya enggak peka, tapi enggak mau terima kenyataan aja tepatnya.

Gimana kalo Karina udah buka hatinya buat Jeno, eh Jeno-nya justru anggap Karina hanya sebagai partner, enggak lebih? Kan Karina sakit hati jadinya.

Pikiran Karina teralih saat mendengar suara beberapa karyawan berbisik di sekitarnya.

"Eh, eh, liat ada Pak Jeno ke sini?"

"Akhir-akhir ini Pak Jeno makan di kantin kantor mulu, ya?"

"Mau ketemu gua kali ya, jodohnya."

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang