Karina terkejut saat ia menemukan di mana mereka saat ini. Mata bulatnya mengerjap beberapa kali saat melihat bangunan apertemen yang berdiri gagah di depannya, kemudian tatapannya beralih ke arah Jeno yang terduduk di sebelahnya.
Karina yang baru saja ingin membuka bibirnya, bertanya mengenai maksud Jeno menghentikan mobilnya di depan apartemen Karina dan bukan di perusahaan pun terpaksa menghentikan niatannya itu tatkala Jeno menyela.
"Supir Jung, tolong bantu turunkan barang Sekretaris Karina dan bawa ke depan pintu apartemennya."
Mendengar perintah Jeno, Supir Jung pun turun dan menuruti perkataan Jeno. Melihat hal itu Karina tak berdiam diri, dia membuka mulutnya dan menyuarakan pikirannya.
"Kita tidak ke kantor dulu, Pak?"
Jeno tersenyum tipis saat mendengar perkataan Karina. "Kamu pasti suka sekali dengan pekerjaanmu ya, Karina, sampai-sampai setelah dinas memilih ke kantor dulu dibandingkan langsung pulang."
"E-enggak gitu!" Sanggah Karina secepat mungkin, tapi di detik berikutnya ia merasa menyesal karena telah mengatakannya. Takut-takut Jeno menanggapi ucapannya serius dan berakhir memecatnya, walau itu agak berlebihan.
Buru-buru Karina mengoreksi perkataannya, meski dengan suara yang lirih, "E-enggak begitu maksudnya, Saya hanya ..."
Belum selesai Karina menjelaskan, Jeno justru tertawa kecil saat melihat Karina yang kepayahan karena berusaha menjelaskan maksud dari perkataannya. Ingin rasanya Jeno menggoda Karina lebih lama lagi, tetapi melihat raut kelelahan yang tercetak jelas di wajah Karina membuat Jeno mengurungkan niatannya itu.
"Sekarang pulang dan istirahat lah, Karina. Kita bertemu lagi besok," Usai berujar, Jeno melirik ke arah belakang, membuat Karina mengikuti arah pandang Jeno dan menemukan Supir Jung yang kini sudah berdiri di tempatnya, menunggu Karina keluar dari mobil.
"Waktunya tepat sekali, Supir Jung juga sudah menunggu. Pulanglah," Lanjut Jeno, membuat Karina bersiap-siap.
"Baik, Pak. Kalau begitu, Saya pamit undur diri. Bapak juga istirahat."
Sebelum Karina membuka pintu mobil, Jeno kembali memanggil dirinya.
"Karina."
"Iya, Pak?"
"Bisa kita lepaskan formalitas di antara kita?"
"Maaf? Maksud Bapak bagaimana?"
"Berhenti memanggil Saya dengan sebuat Bapak, Karina."
Karina mengerjap, "K-kalau begitu, saya harus memanggil Bapak apa?"
"Aku, Karina."
"A-ah iya. Saya harus memanggil Bapak apa?"
"Entahlah, Jeno saja mungkin?"
Mendengar hal itu sontak membuat jantung Karina berpacu kencang, hampir lompat dari tempatnya. Sementara itu, tubuhnya membeku di tempat, berusaha mencerna maksud perkataan Jeno. Apakah saat ini Jeno tengah mempermainkannya seperti beberapa menit lalu?
Pun Jeno yang melihat Karina sedari tadi terdiam akhirnya mengeluarkan sedikit tawanya, tangan besar Jeno kemudian bergerak mengusak pucak kepala Karina. Ajaibnya, Karina kembali ke setelan pabriknya, bergerak lagi, akibat sentuhan kecil yang diberikan Jeno.
"Jangan terlalu dipikirkan kata-kataku. Panggil aku senyamanmu saja, Karina."
Mendengar hal itu, Karina mengangguk dengan. Tangannya yang gemetar kemudian meraih handle pintu mobil dan bergerak pergi.
"Hati-hati, Karina."
"I-iya, Pak. Eh, Jeno. Eh, Pak."
Jeno kembali tertawa, melihat gerak-gerik Kairna yang kikuk saat tertangkap basah oleh Supir Jung memanggil Jeno memakai nama atasannya itu secara langsung, tanpa tahu bahwa Jeno-lah dalang di balik semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMAT
FanfictionLee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila bahkan berhalusinasi untuk menjadi istrinya. Salah satunya mungkin Karina, tidak, Karina bukan salah satu dari sekian banyak orang yang ingin...