Karina mengembuskan napasnya perlahan, merasakan sensasi menenangkan yang kini mulai merangkak naik dari ujung kakinya, berusaha menguasai hampir seluruh tubuhnya.
Karina menenggelamkan setengah wajahnya, indra penghidunya dapat mencium aroma lavender dari air yang kini membasuh bawah tubuhnya, aroma bunga yang menghantarkannya pada ketenangan, sementara itu telapak tangannya bermain di dalam air hangat pada permandian kolam panas hotel.
Sudah lama Karina tidak merasakan ketenangan seperti ini. Seluruh otot tegangnya saat ini mulai mengendur. Karina merasa bersyukur sebab Jeno telah memberikan fasilitas ini untuknya, untuk melepas penat sejenak dari pekerjaan.
Jeno, laki-laki itu, memberinya voucher permandian air panas sebelum Karina masuk ke kamarnya, sebuah voucher yang mampu membuat mata Karina berbinar karenanya. Katanya sebagai bentuk apresiasi pada Karina, Jeno memberikan kolam permandian panas privat untuk Karina.
Karina tentu berterima kasih karenanya, sebab karena Jeno, Karina dapat merasakan waktu tenangnya sendiri. Terlebih, kolam permandian panas ini begitu banyak diminati orang-orang dan menikmati fasilitas privat kolam ini seorang diri membuat Karina merasa tersanjung, dia tidak perlu terusik dengan kehadiran orang lain dan bebas menikmati waktunya.
Tanpa sadar Karina bersenandung riang, meluapkan perasaan gembiranya. Terakhir kapan dia merasakan seperti ini?
Kriet...
Karina menolehkan kepalanya ke sumber suara, sontak matanya membulat kala menemukan Jeno berdiri di ujung kolam. Laki-laki itu tersenyum miring sembari berkacak pinggang, tubuh bagian atasnya tak terlapisi sehelai benang, hanya handuk putih yang bertengger di pinggul dan menutupi hingga lutut.
"Apa yang membuatmu terlihat begitu senang seperti itu, Karina?" Ujar Jeno sembari melepaskan lilitan handuk pada pinggangnya hingga handuk itu jatuh dan menampakkan alat vital Jeno yang masih dalam keadaan tidur, sontak mata Karina membeliak dan Karina segera membalikkan badannya sehingga memunggungi Jeno karena ia terlalu terkejut dengan serangan tiba-tiba yang diberikan oleh Jeno.
Tak lama dari itu, Karina dapat mendengar suara air dari arah belakangnya, dia juga merasakan gelombang air yang menggodanya bertubruk dari tubuh di belakangnya. Selangkah, dua langkah, tiga langkah, Jeno bergerak mendekat ke arah Karina dan berhenti tepat di belakangnya.
"Kamu kenapa, Karina?"
Merasakan perasaan gugup yang begitu kuat, Karina menyuarakan suaranya tapi dengan pikiran yang kosong, "Justru Bapak yang kenapa?!"
"Aku baik-baik saja."
"Bukan itu maksud Saya, Pak!" Sanggahan Karina yang nyatanya berhasil mengundang tawa renyah Jeno. Laki-laki itu kemudian menaruh tangan besarnya di pundak bersih Karina yang telanjang. "Kenapa Bapak di sini?"
"Aku hanya ingin membantumu membersihkan tubuhmu," Jawab Jeno sembari mengusap pundak Karina dan membuat buluk kuduk Karina merinding karenanya, "Seperti permintaanmu akhir minggu lalu, Karina."
"Di sini? Di kolam permandian wanita?"
Jeno yang sedang mengendus aroma tubuh Karina sedikit terdistraksi oleh pertanyaan yang diberikan sekretarisnya itu. "Kenapa? Kamu mau kita pindah ke sebrang?"
Kolam di seberang permandian ini adalah kolam permandian yang dikhususkan untuk laki-laki. Kedua kolam permandian ini hanya dibatasi sekat tipis di antara keduanya.
Mendapati Karina yang menggeleng membuat Jeno berbisik menggoda di telinga gadis itu. "Kalau kamu mau, tentu saja aku tidak keberatan dengan itu."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMAT
FanfictionLee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila bahkan berhalusinasi untuk menjadi istrinya. Salah satunya mungkin Karina, tidak, Karina bukan salah satu dari sekian banyak orang yang ingin...