Untuk siapapun yang gasuka karakter Karina di sini, mohon segera keluar.
FF ini tidak bermaksud untuk menjelekkan suatu identitas seseorang, membuat karakter buruk, dan sebagainya.
Karya ini murni sebuah fiksi, imajinasi dari seorang penggemar, tidak berkaitan kenyataan pemain.***
"Perkenalkan nama saya Karina."
Sebenarnya Jeno paling benci dengan pesta penjamuan, atau apapun bentuk pesta lainnya; seperti pesta penerimaan mahasiswa baru, perayaan kenaikan jabatan, ataupun penerimaan karyawan baru. Karena hal itu hanya membuang waktu Jeno secara percuma.
Seperti hari ini.
Setelah hampir setengah jam kepala Divisi memaksa Jeno untuk ikut bergabung dalam pesta penjamuan karyawan baru, akhirnya Jeno mau-tidak mau menuruti kemauan kepala divisinya.
Jeno duduk di sudut meja yang tak terjamah, menontoni para senior yang duduk dan minum dengan santai sembari melemparkan candaan kepada karyawan perempuan yang usianya lebih muda. Dalam hati, Jeno mendecih saat melihat pemandangan itu.
Pesta penjamuan hanyalah akal bulus para senior untuk berbuat seenaknya; menggoda para karyawan perempuan dengan dalih senioritas.
Jeno memutar bola matanya ---mengalihkan pandangan dari penampakan di sekitarnya.
Tangannya kemudian mengambil satu gelas di depannya, menegak minuman yang tersedia di gelas itu sampai habis tak bersisa dalam satu tegukan. Jeno kemudian dengan kasar menaruh kembali gelasnya. Matanya menelusur, memeriksa sekitar sampai suatu suara menarik perhatiannya.
"Mau tambah minumannya lagi, Senior?"
Mendengar hal itu, Jeno melemparkan pandangannya ke arah sumber suara dan dirinya terpaku pada perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Perempuan muda itu tersenyum lebar seraya membawa sebotol minuman alkohol di tangan, membuat Jeno mengarahkan gelasnya ke arah perempuan muda itu. Dengan gesit perempuan muda itu menuangkan minuman alkohol ke dalam gelas Jeno.
Jeno menerima tuangan dari gadis itu dan meminum minumannya dengan baik. Setelah meminum minumannya, Jeno kemudian melemparkan pertanyaan pada perempuan muda itu. Perempuan yang menjadi pusat perhatian dalam acara ini---si bintang utama.
"Siapa namamu tadi?" Tanya Jeno yang tak membuat perempuan itu tersinggung karena mengingat beberapa menit lalu perempuan itu berdiri di tengah-tengah meja untuk memperkenalkan dirinya.
"Karina, Senior."
Senior?
Jeno mendengkus, menertawakan panggilan yang dibuat perempuan bernama Karina itu kepadanya.
Jeno kemudian memerhatikan penampilan Karina dari atas sampai bawah, tak jauh berbeda dari gadis kebanyakan. Karina memiliki selera fashion yang cenderung Feminin---dengan blouse putih serta rok bahan berwarna pastel. Rambutnya yang panjang menutupi dada dibuat bergaya gelombang cantik. Penampilan Karina sangat memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Termasuk Jeno.
Mungkin memang itu niatan gadis itu sedari awal---menarik perhatian Jeno.
"Kamu manggil aku Senior, emangnya kamu enggak tau siapa aku?"
"Maaf?"
Jeno menggoyangkan gelasnya di udara, "Sori, lupain aja omongan yang tadi."
Toh, cepat atau lambat, Karina akan mengetahui siapa Jeno dan bersikap seperti para gadis yang selama ini selalu berada di sekitarnya.
.
.
.
.
.Jeno menghela napasnya, lantas menaruh tangannya di kepalanya di detik di mana sinar matahari pagi menyelinap masuk ke ruangan pribadi Karina dan mulai menghalau pandangannya. Suara burung di pagi hari berhasil membangunkan Jeno dari lelapnya. Dan tak lama, Jeno menutup matanya kembali.
Kegiatan panasnya bersama Karina tadi malam nyatanya sukses melemparkan dirinya ke alam mimpi. Di sana ia mengingat kembali pertemuan awal dirinya dengan Karina. Saat itu Karina masih murni dan bersih, begitu lugu dan lembut, berbeda dengan setelah ia mengenal Jeno lebih jauh.
Kalau saja Karina tak pernah mengenal Jeno lebih dalam, mungkin Karina akan masih baik-baik saja sampai saat ini. Karina dapat bertemu dengan pria yang lebih baik, jatuh cinta dan membangun keluarga bersama laki-laki itu, tak perlu berantakan bersama Jeno.
Ya, seandainya saja memang seperti itu, mungkin Karina akan memiliki akhir bahagia yang diinginkan gadis kebanyakan. Tapi, apakah memang itu yang sebenarnya Jeno inginkan?
Lamunan Jeno buyar kala dirinya mendengar suara dering ponsel yang membuatnya membuka kembali matanya. Perlahan Jeno mendudukkan tubuhnya di ranjang Karina dan mengambil ponsel yang terletak di meja nakas.
Jeno dapat melihat dengan jelas nama penelpon yang tertera jelas dalam layar ponselnya. Tanpa ragu Jeno mengangkat sambungan telpon itu.
"Ya, Ma?"
"Dimana sekarang kamu, Jeno?"
Jeno melirik ke sebelah kirinya, nampak Karina masih terlelap tenang dalam tidurnya. Tangan Jeno lantas mengusap surai Karina yang selembut sutera.
"Maaf, Ma, Jeno ada perjalanan bisnis tadi malam."
"Perjalanan bisnis di akhir pekan?" Ibu Jeno tampak meragukan ucapan putranya itu, tetapi beliau memilih untuk percaya pada Jeno karena bagaimanapun Jeno sudah dewasa dan dapat menentukan pilihan hidupnya sendiri.
"Baiklah, Nak. Tapi, bisakah kamu menghubungi pihak rumah dulu sebelum kamu pergi? Kamu tahu 'kan betapa cemasnya Arra saat kamu tidak pulang semalam?"
"Maaf, Ma. Ke depannya Jeno bakal telfon Arra dulu. Jeno enggak bakal ngulang kesalahan ini lagi."
"Sudahlah, Jeno, tidak apa-apa. Nah, Arra, ini Papa, kamu mau bicara dengan Papa, Sayang?"
"Papa, Nek?"
Jeno tersenyum saat suara gadis mungil terdengar dari sebrang telfon.
"Papa?"
"Iya, Arra, ini Papa. Maaf tidak pulang semalam ya, Sayang."
***
Kalian dapat mengunjungi karyakarsa/Joylada dakkodakkochan untuk mendapatkan chapter lebih banyak/spesial
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMAT
FanfictionLee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila bahkan berhalusinasi untuk menjadi istrinya. Salah satunya mungkin Karina, tidak, Karina bukan salah satu dari sekian banyak orang yang ingin...