Jeno melihat jam tangannya sekali lagi. Benar-benar memastikan untuk terakhir kalinya.
Setelah enam kali mengecek keadaan jam mahal yang melingkar di pergelangangan tangannya itu, Jeno lagi-lagi dibuat kecewa dengan kenyataan.
Jam itu nyatanya masih berfungsi dengan baik.
Jarum jam pendek itu menunjukkan pukul berapa saat ini.
Jam delapan malam, lewat lima menit.
Kurang lebih sudah lewat lima menit dari waktu yang telah ditentukan, tetapi Jeno sebenarnya sudah menunggu di tempatnya selama dua puluh menit lamanya.
Memang mungkin salah Jeno karena ia sudah siap sedari tadi, karena ia tidak ingin membuat Karina menunggu, tetapi ia tidak menyangka bahwa Karina akan terlambat malam ini.
Apa yang sebenarnya dilakukan Karina saat ini?
Jeno mengetuk-etuk mejanya, perasaan khawatir menghinggapinya.
Jeno tidak akan merasakan perasaan ini kalau saja Karina menerima ajakan Jeno untuk berangkat ke tempat janji mereka bersama-sama.
Akan tetapi, Karina menolak ajakan Jeno karena Karina sudah berjanji terlebih dulu akan menjemput Haechan, laki-laki yang digadang-gadang sebagai kekasih Giselle itu, dan menyisakan Jeno seorang diri menunggu dalam kekalutan.
Hah, Jeno benci apalagi ia harus menunggu seperti ini.
Setelah dua menit lebih menunggu, akhirnya sosok yang ditunggu Jeno telah datang. Karina datang dengan terpogoh-pogoh bersama Haechan, mereka berdua menghampiri meja tempat Jeno berada.
Tanpa sadar, Jeno mengulas senyum saat Karina tampak begitu berusaha menghampirinya secara terburu.
Ketika Karina sudah berada di hadapan Jeno, Jeno segera menyembunyikan senyumannya, tidak ingin terlalu mencolok memperlihatkan ekspresi aslinya. Sengaja Jeno memasang topeng serius di wajahnya.
Karina yang melihat wajah serius Jeno, menganggap laki-laki itu tengah marah kepadanya karena Karina terlambat dari waktu yang dijanjikan.
Sembari mengatur irama napasnya, Karina berujar, "M-maaf, Pak, saya sedikit terlambat datang ke sini."
"Aku tidak yakin apakah aku harus menerima permintaan maafmu atau tidak, Karina," ujar Jeno, menggoda Karina.
Karina dengan wajah merah padam, kepayahan mengatur napas dan ritme jantungnya pun merajuk, "Pak Jeno, saya mohon, Pak, berhenti mengejek saya."
Jeno tertawa kecil.
Pun Karina segera menarik Haechan untuk bergabung dengan Karina dan Jeno, "Kenalkan, Pak. Ini Haechan, pacarnya Giselle."
"Selamat malam, Pak." Sapa Haechan. "Mungkin saya datang tiba-tiba, tapi saya berterima kasih kepada Bapak karena saya mendengar dari Karina bahwa Bapak ingin membantu saya."
Jeno mengangguk saja sebagai tanggapannya terhadap Haechan, perhatiannya kembali teralih pada Karina, "Sampai kapan kamu mau berdiri di situ terus, Karina? Duduklah."
Mendengar hal itu, Karina mengajak Haechan duduk bersamanya.
Di meja itu, Karina duduk bersebelahan dengan Haechan dan bersebrangan dengan Jeno.
Jeno senang karena dari tempat duduknya, dia dapat melihat seluruh ekspresi yang ditampakkan Karina saat ia bercerita, tapi yang mengganggu bagi Jeno adalah Haechan yang duduk tak jauh dari Karina.
Melalui cerita Karina, Jeno jadi tahu alasan kenapa Karina dan Haechan datang terlambat. Hal itu karena dosen pembimbing Haechan tiba-tiba meminta Haechan menyelesaikan revisi laporan penelitiannya dalam waktu 2 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMAT
FanfictionLee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila bahkan berhalusinasi untuk menjadi istrinya. Salah satunya mungkin Karina, tidak, Karina bukan salah satu dari sekian banyak orang yang ingin...