Serius, bersahabat dengan cowok tidak akan membuatmu kecewa, tapi itu tergantung bagaimana kau menghadapinya, intinya jangan terjebak friendzone yang baper hanya kau sendiri.
"Who fell first?" Mungkin itu yang akan kalian tanyakan jika membaca ini.
...
Kesalahpahaman terjadi karena komunikasi tidak berjalan lancar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
____
Gianak
udah kelas kan? gue di bawah
TUNGGUU DOSEN GUE BELUM SELESE NGOMONG LAGI gue tu heran liatnya gak capek apa??? dari tadi perasaan pembahasannya gak abis-abisnya gue aja yg denger cape
udah?
bentar, masih ngasih motivasi...
udah? capek diri
UDAHHH INI LAGI TURUUN
oke, temenin gue asistensi dulu
dimana? FTI?
iya
LAH??? LO BISA AJA LANGSUNG BIMBINGAN, BIAR GUE YANG NYAMPER APA GAK RIBET BOLAK-BALIK FMIPA—FTI????
gue di tempat duduk samping tangga
🙄
____
Giana berjalan menghampiri Jovan yang duduk di samping tangga, ia bersama Nini.
"Ayo." Ajak Giana ketika ia sudah berdiri di depan Jovan.
Jovan mendongak dan melirik Nini.
"Apa?" Tanya Nini saat melihat tatapan heran Jovan.
"Lo mau ikut juga?"
Nini menatapnya malas, "Ogah banget." Nini menatap Giana, "Na, gue duluan." Nini kembali menatap Jovan dengan wajah galak, "Dan lo! Jangan lupa janji Lo."
Giana menatap keduanya bingung, "Janji apa?"
Jovan mengedikkan bahu.
"JANJI APA NIII!????"
"KEPOOO." Teriak Nini yang sudah menjauh.
Giana kembali menghadap Jovan, "Janji apa?" Tanyanya dengan nada mendesak.
"Ada."
"Iya apa!? Bilang gak!"
Jovan menutup mulut Giana sebelum pertanyaan-pertanyaan keluar dari mulutnya itu, keduanya berjalan menuju gedung fakultas Jovan.
Setelah lepas dari bekapan Jovan, Giana seketika sibuk melemparkan senyumnya kepada orang-orang yang ia kenal— lebih tepatnya anak himpunan FTI.
"Kak Giana.." sapa Jian saat mereka berjalan melewati kelas Jian, junior Jovan yang pernah mengantarnya pulang dulu.
Giana menoleh mencari suara itu, ia lalu tersenyum, "Hai Jian!!! makin cakep aja pake kaca mata. Aduh. Gue gak bisa liat ginian."
Jian tersenyum, ia lalu menyapa Jovan yang hanya menatapnya datar. Jovan malah menarik Giana yang sudah heboh dan ingin menghampiri Jian. Sedangkan Jian segera pergi setelah menyapa dua seniornya itu. Sebelum kena omelan sang Kahim.