09 - Tameng Si Kesatria

33 7 1
                                    

“Kau yakin membiarkan sepupumu itu pergi ke sekolah?”

Viola menoleh pada Farrel dan tersenyum tipis. “Aku tidak yakin jika dia tidak akan membuat keributan. Tapi, aku yakin jika dia akan menyembunyikan identitasnya sebagai sepupuku.”

Beberapa menit lalu sebelum Elaine pergi, Viola dengan pasrah menyetujui permintaan Elaine untuk menemaninya termasuk di sekolah. Tentu ada syarat yang harus Elaine patuhi, yaitu dia tidak boleh memberitahukan identitasnya sebagai sepupu Viola. Elaine harus bertindak selayaknya seperti baru berkenalan dengan Viola.

“Kau sangat percaya sekali dengannya ya. Walaupun dia tidak ikut dalam persaingan pewaris, dia masih memiliki kemungkinan untuk berkhianat.”

Viola masih dengan senyuman tipisnya. Dia dulu juga pernah berpikir seperti Farrel. Dia bersikap dingin kepada keluarga Nelson di pertemuan pertama mereka. Dia bahkan pernah berucap kasar pada Elaine tapi gadis itu tidak menyerah sama sekali, begitu juga dengan orang tuanya. Ketiga orang tersebut tidak pernah menyerah menghadapinya.

“Ya, ucapanmu mungkin benar. Tapi, aku telah mengenalnya lebih lama darimu. Lagipula dia sudah mewarisi perusahaan Nelson dari ayahnya serta Elaine suka dengan kebebasan, dia tidak mau direpotkan dengan tumpukan dokumen.”

Farrel mengangkat kedua bahunya. “Baiklah, terserah dirimu saja. Aku hanya memberitahumu saja.”

Farrel berjalan untuk keluar dari ruang rawat Jarrel, tapi Viola menghentikannya dengan berucap, “Farrel, kau tidak perlu memikirkan apa yang Elaine beritahukan padamu.”

“Aku memang tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Namun, aku mempunyai firasat jika kau terlalu memikirkan ucapannya. Kau cukup memikirkan Jarrel dan adikmu saja, tidak perlu memikirkan yang lain.”

Farrel hanya membalas ucapan Viola dengan anggukan saja, lalu keluar dari ruang rawat Jarrel. Farrel tidak bisa mengikuti ucapan Viola, dia tidak bisa memikirkan apa yang Viola alami selama ini.

Selama berjalan menuju ruang kerjanya, Farrel terus memikirkan hal yang diberitahukan Elaine padanya. Hal itu membuat kebenciannya kepada Damian Ivander semakin dalam. Farrel tidak menyadari jika dia melewati ruang kerjanya.

“Mau kemana Dokter Farrel? Kau melewati ruang kerjamu.”

Farrel kemudian tersadar, dia menoleh dan melihat Elaine dengan senyum menggodanya berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Farrel menghampiri perempuan itu dan bertanya, “Kau kenapa masih disini? Bukankah tadi kau bilang ingin ke apartemenmu?”

Elaine memeluk lengan Farrel dengan manja. Tindakan Elaine tersebut membuat Farrel terkejut. Dia ingin melepaskan tangan Elaine yang memeluk lengannya, tapi gadis itu memeluk lengannya dengan sangat erat.

“Apa yang kau lakukan, perempuan gila!” seru panik Farrel.

Elaine tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. “Biarkan aku tinggal di apartemenmu.”

Farrel membulatkan matanya terkejut. Bagaimana bisa dia membiarkan Elaine yang bisa membawa dampak buruk pada adiknya, Sekar untuk tinggal bersamanya. Farrel dengan tegas menggelengkan kepalanya.

“Tidak!”

“Ayolah aku mohon Farrel!”

Farrel tetap menggelengkan kepalanya. “Kau bisa meminta Viola mencarikanmu apartemen.”

Elaine menggeleng tegas. “Tidak mau! Aku tidak bisa tinggal sendirian. Asistenku berada di Inggris, dia tidak ikut denganku kesini. Apa kau tega membiarkanku sendirian?”

Farrel memijit dahinya, dia merasa sangat diuji tingkat kesabarannya hari ini oleh Elaine. Farrel pada akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak tega melihat ekspresi Elaine yang sangat memohon padanya.

Janji Kesatria || Chaewon Le SserafimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang