“Viola, kau baik-baik saja? Apa kau ingin minum air? Apa kau ingin makan buah?”
Viola menggelengkan kepalanya. Elaine sudah berulang kali bertanya tiga kalimat itu padanya. Viola sudah tidak lagi dipasangkan infus, gadis itu berkata jika dia baik-baik saja tanpa infus. Farrel pun hanya menutup bekas tusukan infus di tangan Viola dengan perban. Tapi Elaine masih khawatir padanya, ini salahnya juga sampai membuat sepupunya seperti itu.
Viola menatap perawat yang ingin menyuntikkan sesuatu ke Jarrel, dia tertunduk di lantai dengan kedua tangannya terborgol dari belakang. Borgol itu berasal dari seseorang yang Viola tidak kenal tadi. Viola menatap laiki-laki itu yang masih mengobrol dengan Bryan.
“Apa anda polisi yang menangani dengan kasus Jarrel?”
Pertanyaan Viola tersebut membuat laki-laki itu mengalihkan perhatiannya pada Viola. Laki-laki itu tersenyum ramah pada Viola. “Saya Mahesa Praditya, anda benar saya yang menangani kasus saudara anda Jarrel Abinaya.”
Viola berekspresi datar. “Apa ada yang ingin anda bicarakan dengan saya atau Bryan?”
Mahesa tetap tersenyum ramah. “Ada yang ingin saya bicarakan pada anda. Sebelumnya, terima kasih karena berkat anda, kami berhasil menemukan pelaku, walaupun dia sudah tewas. Anda memiliki pengawal yang sangat handal.”
“Juga saya disini untuk memberitahu, jika saudara anda sebelum pergi ke rumah sakit dia didatangi oleh seorang wanita. Setelah berbincang sebentar dengan wanita itu, dia melamun dan kemudian tertabrak mobil seperti kesaksian Evano waktu itu.”
Viola menatap Evano yang tersenyum canggung padanya. Viola kembali menatap Mahesa. “Apa hanya itu yang ingin anda katakan?”
“Tidak, masih ada lagi. Nona Viola, anda meminta Bryan untuk menyelidiki kembali kasus ibu anda, bukan? Saya sudah menyelidikinya lebih dulu, seperti yang anda duga dua kecelakaan itu berhubungan.”
“Ibu anda menemui seorang wanita yang memiliki perawakan yang sama dengan wanita yang menghampiri Jarrel. Sayangnya, kami tidak bisa melihat wajah wanita itu dari cctv yang kami dapat, juga tidak ada saksi yang melihat wajah wanita itu.”
Mata Viola berbinar mendengar jika kecelakaan ibu dan saudara terhubung, tapi kemudian binar gembira itu hilang menjadi redup mendengar ucapan Mahesa selanjutnya. Elaine mengusap pelan tangan Viola, dia tahu Viola sangat kecewa sekarang.
“Adik sepupu saya beberapa minggu lalu melaporkan Cakra dan komplotannya ke saya. Evano tidak memberitahu saya soal anda, tapi Cakra yang memberitahukan kronologi anda menghajarnya dan komplotannya. Mungkin anda sudah menyimpan surat yang dimaksud Cakra, bisakah saya melihatnya?”
Viola menoleh pada Thea, yang ditatap dengan segera memberikan surat yang dimaksud kepada Mahesa. Mahesa melihat isi surat itu dan menganggukkan kepala pelan.”Sepertinya pengirim surat ini adalah orang yang sama dengan dalang kecelakaan ibu dan saudara anda.”
Viola megepalkan tangannya kuat, Elaine kembali mengusap pelan tangan Viola. Kepalan itu perlahan mengendur dan Elaine menghela nafas lega, dia kemudian menoleh ke Mahesa.
“Jika Cakra juga menjadi pion si pengirim surat, kenapa dia tidak dibunuh juga seperti yang lain?” Tanya Elaine.
Mahesa menatap Elaine. “Itu kemungkinan karena Cakra tidak tahu seperti apa rupa pengirim surat. Sedangkan dua pelaku pelaku yang tewas, mereka beberapa hari sebelum tragedi kecelakaan bertemu dengan pengirim surat. Sekali lagi kami tidak bisa mendapatkan wajah wanita itu dari cctv tempat dia bertemu dengan penabrak.”
“Tapi, sepertinya kita mendapatkan titik terang karena ada perawat ini. Sepertinya dia dikirim oleh orang yang sama dengan yang membuat ibu dan saudara anda kecelakaan,” tambah Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kesatria || Chaewon Le Sserafim
Fiksi PenggemarBagi seorang Viola Ivander, saudara kembarnya Jarrel Abinaya adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya. Dia adalah pusat kehidupan Viola. Mereka telah berpisah selama sepuluh tahun karena keegoisan orang dewasa. Viola berusaha sekuat mungkin unt...