22 - Pergi Menyelamatkan Pangeran

21 5 2
                                    

Viola membuka matanya perlahan, dia melihat langit-langit ruang rawat Jarrel. Viola ingat apa yang terakhir kali dia lakukan sebelum kehilangan kesadaran. Dia mengingat setiap kalimat Evano yang membuatnya maupun Oliv tersentuh.

Viola sudah berniat tidak mau bangun dan membiarkan Oliv mengambil ahli. Tapi ucapan Evano membuatnya sadar, begitu juga dengan Oliv. Oliv bahkan mempercayakan Viola pada Evano.

Viola melirik ke sampingnya dan dia melihat Elaine yang tertidur. Viola mengingat tindakan terakhir yang dia lakukan pada Elaine. Dia merasa bersalah karena marah pada Elaine.

Viola mengusap rambut Elaine dengan pelan. Elaine merasakan usapan Viola, dia membuka matanya. Dia terkejut melihat Viola yang sudah bangun dan tersenyum padanya. Elaine dengan cepat langsung memeluk sepupunya itu dan menangis.

“Lala, akhirnya kau bangun. Tolong maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga Jarrel. Maafkan aku, Viola.”

Viola merasakan air mata Elaine membasahi bajunya. Viola membalas pelukan Elaine, dia mengusap punggung Elaine yang bergetar.

“Elaine, kau tidak perlu meminta maaf. Ini bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

Elaine menggelengkan kepalanya. “Tidak, ini salahku. Seandainya aku dapat mengalahkan wanita itu dia tidak akan membawa Jarrel pergi.”

Viola mendorong pelan Elaine untuk melihat wajah Elaine. Viola tersenyum tipis dan mengusap air mata Elaine. “Elaine jangan menyalahkan dirimu. Kita semua tertipu oleh rencana musuh. Aku bahkan tertipu dengan Kanaya yang merupakan musuhku.”

Elaine ingat sebelum Ayudisa diantarkan pulang oleh Bryan, gadis itu mengatakan padanya jika Kanaya yang menculiknya. Elaine juga terkejut mendengar fakta itu, ternyata musuh mereka berada didekat mereka.

Melihat Elaine sudah mulai tenang, Viola merasa lega. “Elaine, bisakah kau meminta yang lain untuk masuk? Aku ingin membahas rencana menyelamatkan Jarrel bersama mereka.”

Elaine menggelengkan kepalanya, tidak setuju. “Viola, kau baru saja sadar dari pingsan. Kau harus istirahat, jangan memirkan hal terlalu berat dulu.”

“Aku tidak bisa melakukan itu, Elaine. Kanaya bisa mengancam nyawa Jarrel, dia memintaku datang secepatnya,” ujar Viola tetap teguh dengan pendiriannya.

Elaine menghela nafas. “Baiklah aku akan memanggil mereka, tapi aku harus ikut terlibat dalam rencana ini.”

Viola terkejut dan menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak, Elaine. Kau bisa terluka jika ikut terlibat. Aku tidak mau kau terluka, Elaine.”

“Aku ikut atau aku tidak akan memanggil mereka.”

Viola menghela nafas, dia pada akhirnya menganggukkan kepalanya. Viola tidak menolak permintaan Elaine. Elaine tersenyum karena Viola setuju untuk mengikutsertakan dia.

Elaine pergi keluar ruang rawat Jarrel memanggil yang lain untuk masuk. Evano dengan segera menghampiri Viola dan memeluk gadis itu. Viola langsung membeku, dia kebingungan.

“Viola, tolong jangan membuatku takut lagi,” kata Evano masih memeluk Viola.

“H-Hah? Maksudnya?”

Evano melepaskan pelukannya, dia menatap mata Viola dengan lekat. Viola sendiri masih bingung dengan tindakan Evano. Dia juga sedikit gugup dengan tatapan Evano.

“Jangan pernah untuk menyerah lagi Viola. Kau menyerah dan membiarkan Oliv menggantikanmu tadi. Itu membuatku takut, aku takut tidak bisa melihat sosok aslimu lagi.”

Evano menyentuh kedua pipi Viola, dia mengusap kedua pipi itu dengan ibu jarinya. “Aku tidak membenci Oliv, dia bagian dalam dirimu. Tapi bukan berarti aku mau dia menggantikanmu. Dirimu yang sebenarnya adalah Viola bukan Oliv, jadi tolong jangan menyerah lagi.”

Janji Kesatria || Chaewon Le SserafimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang