“Jadi, apa yang ingin kau jelaskan padaku tentang Viola?”
Farrel menatap Bryan tidak sabar, dia ingin segera pulang tapi Bryan menahannya. Tangan Bryan mengepal kuat untuk menahan kemarahannya.
“Nona Viola tidak pernah bersenang-senang selama di Inngris seperti yang kau kira, Farrel.”
Salah satu sudut bibir Farrel naik, dia tidak percaya dengan ucapan Bryan. Bryan mengetahui maksud dari senyuman Farrel. Dia kembali berkata, “Nona Viola benar-benar tidak bersenang-senang seperti belanja di mall, liburan setiap hari, membeli banyak barang mewah, dan yang lainnya. Nona Viola tidak pernah melakukan itu semua selama sepuluh tahun.”
Farrel terdiam, ekspresinya berubah. “Aku tahu kau setia pada Viola, tapi kau tidak perlu berbohong padaku seperti ini.”
“Aku tidak berbohong, Farrel Abinaya,” ujar Bryan dengan nada penekanan.
Bryan menatap Farrel dengan tajam. “Nona Viola selama sepuluh tahun ini hanya belajar dan belajar sepanjang hari. Dia tidak pernah berhenti belajar, walaupun tubuhnya dalam keadaan lemah sekalipun.”
“Lalu, apa yang salah dengan itu? Itu memang kewajibannya untuk belajar.”
Bryan menundukkan kepala dan tertawa pelan. “Kau benar, memang itu kewajibannya untuk belajar. Tapi jika dia sampai hampir meregang nyawa karena hal itu, apa itu masih disebut kewajiban?”
Farrel menatap Bryan dengan ekspresi kebingungan. “Apa maksudmu? Bagaimana bisa dia hampir meregang nyawa hanya karena belajar.”
Bryang menoleh pada Farrel. “Farrel, apa kau lupa di lingkungan mana Nona Viola tinggal? Dia tidak tinggal di lingkungan yang penuh keharmonisan sepertimu dan Tuan Jarrel. Dia tinggal di lingkungan yang penuh persaingan, dirinya dipaksa melampaui batas maksimal dirinya sendiri.”
“Farrel, kau mengenal Tuan Jarrel dan Nona Viola sedari kecil dibanding aku dan Thea. Kau tentu tahu jika yang unggul dalam hal akademik hanya Tuan Jarrel, sedangkan Nona Viola tidak.”
Farrel mengepalkan tangannya kuat. Apa yang diucapkan Bryan memang benar, dalam hal akdemik hanya Jarrel yang paling unggul. Viola hanya unggul dalam hal non-akademik khususnya beladiri.
“Lalu, apa masalahnya dengan itu? Jika nonamu itu mengalami kesusahan ayahnya pasti mengirim orang untuk menjadi guru pribadinya.”
“Guru pribadi? Nona Viola belajar dengan caranya sendiri, tanpa bantuan guru pribadi sama sekali. Dia terus menerus memaksa dirinya sendiri, bahkan kesehatannya tidak dia pedulikan. Dia berulang kali pingsan dan mimisan bahkan dehidrasi yang mengancam nyawanya, tapi setelah diobati dia kembali memaksa dirinya lagi.”
Farrel terdiam dan kedua tangannya terkepal kuat. Perasaan bersalah mulai muncul dalam dirinya, tapi dengan cepat dia menepisnya. Dia tidak mau menerima fakta jika Viola juga tersiksa tinggal di Inggris.
“Kau tau alasan dia belajar sekeras itu untuk apa? Untuk menjadi pewaris perusahaan Vendari dan kembali hidup bersama Tuan Jarrel.”
Farrel menatap Bryan bingung. “Apa hubungan dia menjadi pewaris Vendari dengan hidup bersama Jarrel?”
“Ada hubungannya. Tuan Damian memberikan janji pada Nona Viola yang masih berusia tujuh tahun. Dia berjanji pada Nona Viola untuk bisa kembali pada Jarrel jika Nona Viola mau menjadi pewaris Vendari.”
Farrel kembali terdiam, dia terkejut mengetahui Damian meminta hal sesulit itu pada anak berumur tujuh tahun. Bahkan ini bukan lagi disebut sebagai janji, tapi lebih tepat disebut sebagai kesepakatan.
“Nona Viola juga terus mendapatkan percobaan pembunuhan berkali-kali, bahkan dia menderita trauma akibat itu semua. Nona Viola tidak hidup tenang sama sekali seperti yang kau kira.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kesatria || Chaewon Le Sserafim
FanficBagi seorang Viola Ivander, saudara kembarnya Jarrel Abinaya adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya. Dia adalah pusat kehidupan Viola. Mereka telah berpisah selama sepuluh tahun karena keegoisan orang dewasa. Viola berusaha sekuat mungkin unt...