“Bryan, berapa lama lagi kita sampai di tempat Ayu dan Naya disekap?”
Viola menatap Bryan di kursi supir dengan sangat gelisah. Dia sungguh khawatir dengan keadaan Ayudisa dan Kanaya sekarang. Dia takut RB melukai dua orang itu.
Viola tidak mengira jika si pengirim surat membuat masalah lagi setelah membakar kediaman Diatmika. Viola sampai harus pergi meninggalkan Mahesa yang menginterogasi Tania.
“Sebentar lagi kita akan sampai nona.”
Viola menatap jalanan sambil menghela nafas berulang kali, mencoba untuk menenangkan diri. Evano yang duduk disebelah kursi supir menolehkan kepalanya untuk menatap Viola.
“Viola, tenangkan dirimu. Ayudisa dan Kanaya akan baik-baik saja, kita akan menyelamatkan mereka.”
Viola melirik Evano dan menganggukkan kepalanya. Ucapan Evano tersebut berhasil membuat Viola tenang, gadis itu kembali menatap jalanan.
Bryan sedikit terkejut melihat respon yang diperlihatkan Viola atas ucapan Evano. Dia tidak mengira Evano berhasil masuk ke dalam zona aman Viola dengan secepat ini.
Bryan kemudian teringat perkataan Thea yang berkata jika Viola bersikap aneh setelah Evano menemaninya setelah dia sadar. Bryan jadi penasaran apa yang dua orang itu bicarakan hingga hasilnya seperti sekarang.
Viola tidak pernah marah dengan sikap perhatian Evano padanya, padahal Bryan sangat tahu nonanya itu sulit menerima perhatian dari orang lain. Perhatian darinya atau Thea saja kadang ditolak oleh Viola.
Tidak lama kemudian mobil Bryan berhenti di depan gedung tua. Bryan, Evano dan Viola turun dari mobil dan masuk ke dalam gedung tua tempat Ayudisa dan Kanaya disekap.
“Selamat datang Viola Ivander.”
Viola menatap tajam laki-laki yang berada di depan kerumunan pria yang menyambutnya. Viola tidak mengenali laki-laki itu, dia baru pertama kali bertemu dengan laki-laki itu.
“Apa kau RB?”
Laki-laki itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Maaf sekali aku bukanlah orang yang kau cari, Viola.”
“Lalu kau siapa? Apa hubunganmu dengan RB?” tanya Bryan.
Laki-laki itu menoleh pada Bryan. “Aku Aksara Brijaya, aku hanyalah orang yang dipercaya RB untuk mengirim teror pada nonamu dengan menggunakan nama Tania. Kali ini aku dipercaya olehnya untuk menyekap kedua temanmu.”
“Lepaskan teman-temanku. Jangan libatkan orang lain dalam masalah ini.”
Aksara tertawa mendengar ucapan Viola. “Kau persis seperti yang dikatan RB padaku. Kukira dia hanya bercanda denganku tapi ternyata tidak. Maaf saja aku tidak bisa melepaskan teman-temanmu.”
Aksara membalikkan badannya lalu menoleh sekilas ke arah Viola sambil menyeringai. “Jika kau mau mereka selamat, maka kejar dan kalahkan aku. Aku akan menunggu kedatanganmu Nona Ivander.”
Aksara berjalan pergi ke dalam anak buahnya, lalu sosoknya menghilang ke tangga menuju lantai dua gedung. Anak buah Aksara itu langsung menyerbu Viola, Bryan dan Evano setelah bis mereka pergi.
Viola dengan sigap langsung menjatuhkan satu orang. Bryan dan Evano juga langsung menghajar para pria itu. Beruntungnya untuk Viola, Bryan dan Evano anak buah Aksara tidak memakai senjata tajam dan pistol.
Viola dalam waktu lima menit sudah menumbangkang tujuh orang, sedangkan Bryan dan Evano baru menumbangkan lima orang. Selama seepuluh menit kemudian Viola, Bryan dan Evano masih menghajar anak buah Aksara.
Viola mulai gelisah, dia tidak bisa mengejar Aksara karena anak buah Aksara yang selalu menghalanginya untuk pergi menyusul bos mereka. Setelah Viola menghajar mereka pun ada saja yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kesatria || Chaewon Le Sserafim
FanfictionBagi seorang Viola Ivander, saudara kembarnya Jarrel Abinaya adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya. Dia adalah pusat kehidupan Viola. Mereka telah berpisah selama sepuluh tahun karena keegoisan orang dewasa. Viola berusaha sekuat mungkin unt...