18 - Ketakutan Elaine

10 1 0
                                    

Viola bersama Evano bergegas menuju ruang rawat Tania. Elaine menelponnya tadi jika dia membawa Tania yang sedang krisis ke rumah sakit.

Viola membuka pintu ruang rawat Tania cukup keras. Elaine, Farrel dan beberapa pengawal Elaine di dalam ruangan itu menoleh ke arah pintu. Viola tidak mempedulikan itu, dia dengan segera menghampiri Farrel yang telah selesai memeriksa Tania.

“Bagaimana dengan kondisi Tania, Farrel?”

Sekarang Viola, Evano, Elaine dan Farrel berada di ruang rawat Tania. Farrel menoleh pada Viola dan tersenyum tipis.

“Dia seakarang baik-baik saja. Luka tembakan yang dia terima tidak terlalu dalam dan Elaine membawanya tepat waktu kesini. Kemungkinan besok pagi dia akan sadar.”

Elaine tersenyum senang mendengar ucapan Farrel. Dia menoleh pada Viola, tapi sayangnya sepupunya itu menatapnya sangat datar. Elaine dapat merasakan jika Viola sekarang sangat marah padanya.

“Apa yang kau inginkan Elaine?”

Elaine terdiam mematung mendengar nada dingin Viola. Viola benar-benar marah padanya. Elaine mengepalkan kedua tangannya kuat, lalu menghampiri Viola. Elaine ingin menggenggam tangan Viola, tapi Viola menghindar.

“Elaine Nelson, katakan padaku apa yang kau inginkan?”

Elaine terdiam sejenak, dia menatap kedua mata Viola. “Aku ingin dia mendapatkan balasan atas semua perbuatannya padamu Viola.”

“Tania adalah dalang dari semua masalah ini, Viola. Jika dia sudah tertangkap dan mendapatkan balasan atas perbuatannya kehidupanmu akan tenang.”

Viola menghela nafas mendengar ucapan Elaine. “Elaine, Tania bukanlah dalangnya. Dia hanya pion dari dalang yang sebenarnya.”

Elaine mengernyitkan dahi tidak mengerti. “Apa maksudmu? Perawat itu jelas-jelas mengatakan nama Tania sebagai orang yang mengirimnya untuk membunuh Jarrel.”

Evano menghampiri Elaine dan berkata, “Elaine, orang yang mengirim perawat itu menggunakan nama Tania. Kakak sepupuku, Mahesa sudah menunjukkan wajah Tania pada perawat itu. Setelah melihat wajah Tania, perawat itu berkata jika bukan Tania yang mengirimnya.”

Elaine terdiam. Dia mulai mengingat dua orang pelaku yang menabrak Kartika dan Jarrel. Mereka berdua tewas dalam keadaan yang sama yaitu di dalam rumah yang terbakar. Viola benar, Tania hanyalah pion dari dalang sebenarnya. Elaine menatap Viola yang tidak lagi menunjukkan kemarahannya.

“Vi-Viola, aku-“

Viola memeluk Elaine, dia mengusap pelan punggung Elaine. Suara isakan tangis Elaine mulai terdengar, Viola dapat merasakan Elaine mencengkram bajunya dengan kuat.

“Maaf, Viola.”

Viola semakin mengeratkan pelukannya. Dia merasakan tubuh Elaine yang gemetar dalam pelukannya.

Sebenarnya Viola tahu alasan Elaine sampai bertindak gegabah seperti ini. Semua ini tidak lepas dari dirinya, karena ini semua akibat Oliv yang muncul kemarin malam. Elaine adalah perempuan yang selalu berpikir logis seperti ibunya. Tapi kelemahannya hanya satu yaitu Oliv.

Alasan kenapa selama ini Viola tidak menolak dan menuruti semua permintaan Elaine, itu karena Viola merasa bersalah pada Elaine. Dia merasa bersalah membuat Elaine memiliki ketakutan. Gadis itu takut dengan Oliv.

Sebenarnya pada waktu Oliv muncul bukan hanya Diana yang ketakutan pada Oliv hingga pindah dari Inggris. Tapi, Elaine juga ketakutan bahkan gadis itu hanya mendengar suara Viola sudah ketakutan. Pada waktu itu Elaine terlalu muda untuk melihat hal keji yang Oliv lakukan.

Janji Kesatria || Chaewon Le SserafimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang