21 - Pangeran Diculik

13 5 0
                                    

Viola bersama Evano telah berada di lantai dua, dan mereka juga sedang menghajar anak buah Aksara yang sudah menunggu kedatangan Viola.

Sekali lagi Viola tidak bisa pergi menyusul Aksara karena anak buah laki-laki itu terus menghalanginya. Viola bahkan lupa sudah berapa lama dia menghajar semua anak buah Aksara.

Semakin lama Viola menghajar anak buah Aksara semakin kuat juga perasaan tidak tenangnya. Viola tidak tahu hal apa yang membuatnya tidak tenang, padahal Evano sudah berhasil menenangkannya lagi.

Viola tidak menyukai perasaan tidak tenangnya sekarang, perasaan ini bahkan lebih ke firasat buruk. Firasat Viola tidak pernah salah, dia yakin akan ada berita buruk yang akan segera datang padanya.

“Viola, kau pergilah lebih dulu.”

Viola melirik Evano sekilas lalu kembali menatap lawannya. “Tidak, aku tidak akan membiarkanmu melawan mereka sendiri.”

“Kenapa? Kau membiarkan Bryan melawan mereka sendiri. Tapi giliran aku, kau menolaknya.”

Viola mendengus kesal mendengar perkataan Evano. “Aku percaya dengan kemampuan Bryan. Dia adalah orang yang melatih keterampilan beladiriku selama sepuluh tahun.”

“Sedangkan dirimu Evano, aku belum yakin dengan kemampuanmu. Aku tidak mau kau kewalahan melawan mereka.”

Evano menatap Viola dengan sedikit terkejut. “Kau khawatir padaku?”

Viola diam, dia lebih fokus melawan anak buah Aksara yang mengincarnya. Evano mengalihkan pandangannya dari Viola saat salah satu anak buah Aksara mencoba menendang kakinya.

Evano menghindar dari tendangan, lalu dia menangkap kedua pundak anak buah Aksara itu lalu memukul perutnya dua kali dengan lututnya. Evano kembali menoleh pada Viola.

“Viola kau belum menjawab pertanyaanku. Apa kau mengkhawatirkanku?”

Viola melirik Evano sebentar, lalu kembali fokus melwan ank buah Aksara. “Kau adalah senjataku. Kau yang bilang padaku jika kita harus bersama, maka aku tidak akan pergi meninggalkanmu.”

Evano terdiam, dia sungguh sangat-sangat terkejut sekarang. Evano tidak pernah mengharapkan Viola untuk membalas pengakuan cintanya. Dia tahu dia salah memilih waktu untuk menyatakan cinta, tapi dia tidak bisa menahan perasaannya lagi pada waktu itu.

Evano juga tidak pernah berharap Viola akan menerima pengakuan cintanya. Evano tahu Viola pasti akan memprioritaskan Jarrel daripada dirinya yang hanya orang asing di kehidupan Viola.

Tapi dia mendengar Viola berucap tidak mau meninggalkannya sendiri tadi, bisakah Evano berharap lebih dari kalimat itu? Bukankah itu artinya Viola menerima pengakuan cintanya?

Evano merasakan dirinya mulai bersemangat, dia menghajar anak buah Aksara dengan penuh semangat. Viola bahkan melihat  Evano dengan kebingungan. Gadis itu bingung, kenapa Evano tiba-tiba sangat bersemangat.

Viola terlalu lama berpikir kenapa Evano bersemangat sampai gadis itu tidak tahu jika anak buah Aksara sudah dikalahkan oleh Evano. Viola baru sadar saat Evano menepuk pundaknya, dia terkejut melihat semua anak buah Aksara sudah kalah.

“Ayo kita pergi Viola.”

Viola menganggukkan kepala dengan penuh kebingungan. Viola tidak marah saat Evano menggenggam tangannya dan membawanya masuk ke dalam suatu ruangan.

Viola terdiam, tubuhnya tidak dapat bergerak. Ruangan yang Viola dan Evano masuki penuh dengan kegelapan, musuh terbesar Viola. Viola tanpa sadar mundur ke belakang, tapi Evano menahannya.

“Viola, ada aku disini. Kau tidak sendirian dan aku tidak akan meninggalkanmu sendiri.”

Viola menatap Evano sejenak, lalu dia mencengkram kuat bajunya berusaha untuk menguatkan diri. Evano tersenyum melihat Viola yang perlahan mulai melangkah maju. Mereka berdua berjalan bersama, Evano tidak melepaskan kaitannya pada Viola sama sekali.

Janji Kesatria || Chaewon Le SserafimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang