Mawar yang sedingin es, empat kata itu mewakili Viola Ivander, putri dari pemilik perusaahan terbesar di Inggris, Damian Ivander yang terkenal akan kecantikan dan sikap dinginnya. Semua orang memuja Viola, terlebih lagi dia telah terpilih menjadi pewaris selanjutnya dari perusahaan Vendari, mengalahkan semua sepupunya. Sekarang perempuan hebat itu telah berada di dalam ruang kantor ayahnya.
“Selamat Viola, kau berhasil menjadi pewaris perusahaan Vendari.”
Damian menyambut kedatangan putrinya dengan perasaan bangga, senyumnya tak pernah luntur semenjak Viola masuk ke ruang kantornya.
Viola menatap ayahnya dengan datar, dia tidak terkesan dengan pujian dari ayahnya. “Anda tidak perlu repot-repot mengucapkan selamat atas keberhasilan saya, Tuan Damian. Sekarang cepat berikan berkas-berkas tentang Jarrel padaku.”
“Viola, mari kita makan malam bersama lebih dulu untuk merayakan keberhasilanmu. Sudah lama juga kita tidak makan bersama di rumah,” ujar Damian, dia mengabaikan ucapan dingin Viola.
“Saya tidak mau. Jika anda ingin makan malam maka silahkan, tapi tidak perlu mengajak saya.”
Damian menghela nafas pelan, lalu menyerahkan berkas yang diinginkan Viola. “Apa kau benar-benar ingin kembali ke Indonesia? Kau hanya akan membuang waktumu disana, Viola.”
“Membuang waktu? Anda salah Tuan Damian. Saya tidak membuang waktu dengan kembali ke Indonesia. Hidup bersama dengan Jarrel tidak membuang waktu saya sama sekali. Saya lebih merasa membuang waktu dengan tinggal di Inggris selama sepuluh tahun ini.”
Viola mengambil berkas yang Damian serahkan, kemudian berbalik untuk pergi. Viola tidak tahu jika Damian menatapnya dengan tatapan bersalah. Pria paruh baya itu ingin menahan Viola untuk tidak pergi, tapi dia tidak bisa.
Damian melihat jika ponselnya bergetar, tanda ada yang menelponnya. Damian menerima panggilan telpon itu, tapi baru beberapa detik ponsel itu berada di telinganya, dia menggebrak meja kerjanya dengan kuat. Tindakan Damian itu membuat Thea dan Bryan, sekretaris dan pengawal pribadi Viola memasuki kantor Damian dengan panik.
“Apa?! Jarrel kecelakaan?!”
Viola menghentikan langkahnya, dia dengan pelan menoleh pada Damian. Damian melihat ekspresi Viola yang berbeda dengan sebelumnya. Putrinya itu tidak lagi menatapnya datar ataupun dingin, tapi sekarang gadis itu menatapnya dengan ekspresi terkejut bercampur panik.
Viola berlari menghampiri Damian. dia mencengkram kuat jas ayahnya, air matanya perlahan mulai mengalir. “Jarrel... Ada apa dengan Jarrel?! Cepat katakan ada apa dengan Jarrel?!”
“Viola, tenanglah jangan seperti ini. Kamu membuatku sangat khawatir,” pinta Damian berusaha menenangkan Viola, tapi usahanya gagal karena Viola tidak tenang sama sekali.
“Cepat beritahu aku, ada apa dengan Jarrel?! Tolong beritahu aku, Ayah!”
Damian terdiam mendengar kata ayah terucap dari mulut Viola. Kata yang sudah lama tidak dia dengar semenjak dia dan Viola tinggal di Inggris. Kedua tangan Damian mengepal kuat, dia tidak ingin membuat Viola semakin panik, tapi dia tidak bisa melihat keadaan Viola yang sekarang.
“Ja-Jarrel kecelakaan dan sekarang dia koma.”
Cengkraman Viola pada jas Damian terlepas. Viola menatap Damian dengan tatapan kosong, secara perlahan dia mundur. Bryan dan Thea menghampiri Viola, mereka memanggil Viola terus menerus tapi Viola tidak menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kesatria || Chaewon Le Sserafim
FanficBagi seorang Viola Ivander, saudara kembarnya Jarrel Abinaya adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya. Dia adalah pusat kehidupan Viola. Mereka telah berpisah selama sepuluh tahun karena keegoisan orang dewasa. Viola berusaha sekuat mungkin unt...