07 - Hari Yang Melelahkan Untuk Kesatria

23 6 0
                                    

“Viola, apa kau benar-benar tidak mau naik taksi saja?”

Kaiden menatap Viola khawatir, dia menatap Viola yang keadaannya lebih baik dari sebelumnya. Walaupun begitu, Kaiden masih merasa khawatir Viola akan bertambah sakit dengan pulang dengannya yang mengenderai motor.

Viola menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku akan pulang denganmu saja.”

Kaiden menghela nafas dia tidak bisa melawan kekeraskepalaan Viola. Mereka sudah sampai di parkirkan, Kaiden terlebih dulu mengeluarkan motornya. Kemudian laki-laki itu membantu Viola untuk naik ke atas motor.

Kaiden tidak menyadari, jika sedari tadi Evano memperhatikannya bersama Viola dari balik tembok. Berbeda dengan Viola yang menyadari ada yang memperhatikannya dan Kaiden, tapi dia mengabaikannya karena tidak ada ancaman bahaya dari orang itu padanya.

Evano bingung dengan dirinya sendiri, kenapa dia bertindak seperti seorang penguntit sekarang. Evano sudah berusaha tidak peduli dengan keadaan Viola, dia meyankinkan dirinya jika dia sudah bertindak dengan benar dan tidak salah.

Tapi semua keyakinan itu hilang saat Evano  melihat Viola datang ke parkiran motor bersama Kaiden. Evano langsung saja bersembunyi ke tembok dan memperhatikan mereka berdua. Evano merasa dia salah bertindak, seharusnya dia terus mengganggu Viola dengan permintaan maaf, agar Viola tidak pulang bersama Kaiden.

Viola menyandarkan kepalnya pada punggung Kaiden. Kaiden hanya bereaksi tipis merasakan Viola yang menyandar pada punggungnya. Tapi Kaiden merasa ada yang menatapnya dengan tajam, itu membuat Kaiden merinding dan membuatnya menambah kecepatan motornya.

“Apa kau benar-benar tidak mau aku antar sampai ke ruang rawat Jarrel?” tanya Kaiden pada Viola setelah mereka sampai di rumah sakit.

Viola menganggukkan kepalanya. “Aku masih sanggup berjalan hingga sampai di ruang rawat Jarrel. Kau tidak perlu khawatir dan pulanglah.”

“Baiklah, aku pamit pulang. Kau harus langsung beristirahat setelah sampai di ruang rawat Jarrel.”

Viola melambaikan tangannya pada Kaiden yang sudah menjalankan motornya pergi. Viola kemudian berbalik dan masuk ke dalam rumah sakit. Evano masih mengikutinya dengan tetap mengambil jarak aman.

Evano tidak tahu apa yang dibicarakan Viola dan Kaiden tadi, tapi sekarang dia merasa khawatir. Dia khawatir Viola merasa sakit lagi akibat tindakan cerobohnya tadi. Evano terus mengikuti Viola, dia bahkan nekat menaiki tangga agar bisa menyusul Viola yang memasuki lift ke lantai atas.

Viola sendiri merasakan jika dia masih diikuti tidak memperdulikannya. Viola masuk ke dalam ruang rawat Jarrel yang langsung disambut oleh Thea.

“Aku pulang.”

Thea mempaerhatikan Viola dari atas hingga bawah, lalu menatap Viola dengan ekspresi khawatir. “Nona, apa anda merasa sakit?”

Viola menggelengkan kepalanya. “Aku tidak apa-apa, Thea. Apa Bryan pergi ke kantor polisi?”

Thea menghela nafas lega, dia menerima tas yang Viola ulurkan padanya. “Iya, nona. Mungkin sebentar lagi dia akan kembali.”

Viola mengangguk mengerti. Dia berjalan ke kursi samping Jarrel dan mengecup punggung tangan Jarrel yang terpasang infus.

Viola tersenyum manis ke arah Jarrel. “Jarrel, aku pulang. Aku akan menceritakan kegiatanku hari ini di sekolah padamu.”

Viola tidak tahu jika Evano yang tertegun melihat senyumannya. Evano memang melihatnya dari jauh, tapi penglihatannya masih belum buram. Evano tahu jika senyuman Viola barusan adalah senyuman tulus, dan itu langsung membuatnya sadar akan satu hal.

Janji Kesatria || Chaewon Le SserafimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang