17 - Elaine Pergi

13 1 0
                                    

“Nona anda baik-baik saja?”

Viola tersadar dari lamunannya. Dia menoleh pada Thea dan menganggukkan kepalanya. Thea mengernyit heran melihat respon nonanya itu. Thea sudah menyadari ada hal aneh saat dia masuk ke ruang rawat tadi. Tapi, dia tidak tahu apa yang dibicarakan Evano pada Viola hingga membuat Viola seperti ini.

Sedangkan Viola, dia terus memikirkan ucapan Evano padanya. Kalimat hanya dialah pemilik Evano terus terngiang-ngiang memenuhi otaknya. Viola sebenarnya tahu jika Evano memiliki ketertarikan padanya, tapi dia tidak pernah berpikir rasa tertarik itu akan membuat Evano dengan suka rela masuk ke dalam dunianya.

Elaine pernah mengajaknya menonton film ataupun drama romantis dari berbagai negara. Viola masih ingat bagaimana tokoh utama pria menyatakan cintanya pada tokoh utama perempuan. Mulai dari pergi ke pantai, membuat pesta kejutan, pergi ke tempat romantis, ataupun liburan di luar negeri.

Pernyataan cinta Evano memang tidak seperti di film dan drama romantis yang pernah dia tonton. Tapi, pernyataan cinta laki-laki itu sangat membuat Viola kewalahan. Viola kewalahan menahan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya. Perasaan yang tidak pernah Viola duga akan dia rasakan.

Viola sudah berdedikasi untuk menghabiskan waktunya dengan selalu bersama Jarrel. Dia tidak mau memikirkan cinta atau kekasih sama sekali. Ditambah dengan tindakan ayahnya yang menceraikan ibunya, dia tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Hanya Jarrel satu-satunya laki-laki yang paling berharga bagi Viola.

Tapi tiba-tiba Evano datang, dia memang tidak seperti laki-laki lain yang pernah mendekatinya. Viola seperti melihat dirinya sendiri dalam diri Evano. Bahkan pernyataan cintanya juga berbeda dengan yang lain.

Viola turun dari ranjangnya, Thea dengan segera membantu Viola yang masih merasa lemas. “Nona, anda mau pergi kemana?”

Viola menundukkan kepalanya, dia merasa pipinya sangat panas saat ini. “Antarkan aku ke toilet, aku ingin membasuh muka. Kau tidak perlu ikut masuk, temani Jarrel saja.”

Sekali lagi Thea mengernyit bingung. Tidak biasanya Viola memberi perintah dengan menunduk, terlebih telinga Viola juga memerah. Tapi, Thea tidak bertanya, dia tidak ingin menghancurkan perasaan Viola sekarang. Biarkan saja nonanya sendiri yang mulai bercerita padanya.

Viola membasuh mukanya dan cukup lama terdiam menatap pantulan dirinya di cermin. Viola terkejut melihat wajahnya sangat memerah hanya karena memikirkan pernyataan cinta Evano.

Sekali lagi Viola membasuh mukanya, dia juga menepuk pelan kedua pipinya. Perlahan wajahnya tidak memerah lagi, Viola menghela nafas melihat wajahnya yang tidak memerah lagi.

Viola membuka pintu toilet dan dia terdiam melihat Evano yang berdiri disamping Thea. Evano menoleh pada Viola sambil tersenyum. Sekali lagi Viola merasakan perasaan aneh dalam hatinya.

“Kalau begitu aku pergi dulu.”

Evano menatap Thea lalu menatap Viola lagi. Dia kemudian berjalan keluar dari ruang rawat. Viola masih terdiam, dia belum menggerakkan anggota badannya sama sekali. Melihat nonanya yang hanya terdiam, Thea dengan segera menghampirinya.

“Nona, apa anda tidak kuat untuk berjalan?”

Viola kembali tersadar, dia menoleh pada Thea dan menggelengkan kepalanya. Viola berjalan ke ranjang pasiennya dan kembali berbaring disana. Viola berusaha mengontrol pernafasannya agar dia kembali tenang.

Viola menoleh pada Thea setelah merasa tenang. “Apa yang Evano bicarakan padamu?”

Thea mengerjap sebentar. “Evano berkata jika dia akan kembali kesini nanti malam untuk menemani anda.”

Janji Kesatria || Chaewon Le SserafimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang