akhir

2K 233 75
                                    


FrostFire panik.

Jam dua siang ketika dirinya sedang berada di perusahaan Halilintar, dia mendapat kabar yang membuat dirinya panik.

Ketuban istrinya sudah pecah, dan yang mengabarkan hal itu adalah Sopan. Adik bungsu FrostFire yang berniat bermain ke rumahnya, namun, malah mendapati sosok [Name] yang terbaring lemah di dekat tangga dengan air yang terus menerus keluar.

Dari situ, Sopan paham. Saat itu juga bibi sedang keluar untuk membeli sayur, ponsel [Name] berada di kamarnya, dan kamarnya berada di lantai dua. Tidak ada orang sama sekali di dalam rumah selain [Name]. Syukur Sopan datang ke sana.

Masa bodo dengan FrostFire yang belum tahu, Sopan lebih dahulu membawa [Name] ke rumah sakit. Lalu ketika sudah sampai di rumah sakit, barulah dia hubungi FrostFire.

Entah bagaimana jika Sopan tidak datang. Mungkin bibi yang akan menolong dan menghubungi FrostFire. Itupun jika bibi kembali dengan cepat.

Hmz, ada bagusnya juga Sopan gebet [Name].

"GIMANA, PAN?!"

Sampai di Rumah Sakit dengan napas yang terengah-engah, FrostFire langsung berjalan ke depan pintu ruangan [Name] berada.

"Kita doakan saja yang terbaik. Abang lebih baik duduk di sebelah hamba. Nona [Name] itu wanita yang kuat―itu juga salah satu alasan kenapa hamba menyukai Nona."

Niatnya, menyelipkan kalimat seperti itu agar FrostFire bisa tenang sedikit. Sopan tahu jika berbicara seperti itu dirinya akan terkena pukulan kecil dari FrostFire. Namun, kali ini FrostFire hanya diam dan ikut duduk di samping Sopan.

"... Makasih, Pan."

Sopan menaikkan sebelah alisnya bingung, "hah...? Sama-sama (?)" dia tidak paham. Untuk apa kakaknya ini berterimakasih?

"Kalo gak ada lo tadi, gue ... gue gak bisa bayangin ke depannya gimana."

Oh, ngajak drama nih maksudnya?

"... Hamba tidak paham. Nona [Name] akan melahirkan, namun, Abang tetap bekerja dan tidak memperhatikan Nona [Name] lebih dari biasanya."

"Gue juga gak mau, Pan. Ini mendadak banget, gue udah bilang ke Bang Hali, gue bulan ini gak bakal bisa fokus dan rajin sampe dia lahir. Tapi, hari ini gue beneran harus ke kantor Bang Hali ... haish."

Dia mengacak rambutnya sebal. Kenapa di saat dirinya pergi keluar sebentar, malah seperti ini?

"Hamba mengerti. Tidak apa-apa, sekarang Nona [Name] sedang di dalam, berjuang melahirkan keponakan laki-laki hamba."

"... Tau dari mana lo kalo anak gue cowok?"

"Nona [Name]. Sudah ada nama yang cocok?"

FrostFire mengerutkan keningnya bingung, bukannya waktu itu [Name] bilang tidak akan memberitahu siapapun tentang gender anak mereka sampai anak mereka lahir? Kok Sopan tahu? Wah.

"... Gue ada, sih. Baru banget gue kepikiran."

"Wah, siapa?"

"Pan, gue mau nanya dulu."

"... Apa?"

"Lo memang gak bisa milikin [Name] lagi sekarang. Tapi kalo misal nantinya ada anak kecil yang selalu kita; gue sama [Name] panggil 'Sopan', lo ngerasa keberatan, gak?"

Detik itu pula, otak Sopan langsung berhenti bekerja―sampai suara bayi menangis mulai terdengar dan membuat percakapan mereka tadi terpotong.

'Sopan, ya....'

Ku ingin kamu menjadi pasanganku,
cintaku, sayangku, Kasih.
Sopan yang menyerah tapi masih berharap dikit.

4 tahun.

sinting; b. frostfire [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang