"Bunda!"Bocah laki-laki berumur dua belas tahun itu berlari ke arah sang ibu begitu melepaskan sepatunya. "Astaga, Abang! Kenapa baru pulang?! Abang enggak liat ini udah jam berapa? Ayah sekarang lagi cari Abang di luar, kita khawatir, tau."
Bukannya merasa bersalah, bocah itu malah cengengesan dengan wajah tak bersalahnya itu. "Abang tadi nyasar. Tapi ada Kakak-Kakak cantik gitu yang nolongin Abang! Eh, tapi kayaknya umurnya sama kayak Abang, sih."
Si ibu menggeleng pelan, jam setengah tujuh malam, anaknya ini baru pulang. Dikira tak ingat rumah, ternyata tersesat. Untung saja ada yang menolong.
"Abang dianterin sampe rumah?"
"Enggak. Sampe depan komplek aja. Hehe, Abang main keluar komplek tadi ... makanya nyasar. Yang nolong Abang perempuan! Namanya [Name], cantik kan!?"
Mendengar cerita anak laki-lakinya, sang ibu hanya terkekeh. Dia mengelus kepala anak pertamanya pelan, sebelum memberi perintah kepadanya.
"Ya sudah, sana ke dalam, mandi dulu. Kamu bau banget. Kayak enggak mandi dua hari."
"Bundaaa!"
"Bercanda."
Setelahnya, bocah laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya yang di sana sudah ada lima adiknya. Masing-masing dari mereka memiliki raut wajah yang berbeda begitu melihat si kakak tiba di rumah.
"Abang ke mana aja?" adik pertamanya bertanya dengan raut khawatir.
"Hihihi! Tadi Abang main bola di luar komplek, terus ketemuu cewek cantik, lucu. Dia ngasih ini ke Abang!"
FrostFire―si sulung―mengeluarkan delapan permen berbentuk bintang dengan bungkus yang warnanya berbeda-beda.
"Um―karena kita berenam, masing-masing ambil satu. Nanti sisanya kasih ke Ayah sama Bunda. Ets, Abang yang warna biru, ya!"
"Abang ... Sopan kan enggak boleh makan permen, dia lagi sakit gigi."
"Oh iya juga. Ya sudah, jatah Sopan buat Abang aja, hihihi."
Sopan, sang adik yang mendengar ucapan kakaknya langsung mengerutkan alisnya tak suka. Ia menepis tangan kakaknya yang mau mengambil permen miliknya,
"Ini milik Sopan." katanya.
Sopan langsung mengambil permennya itu, lalu menyimpannya di dalam kantung celana yang sedang ia pakai. "Sopan akan memakan permen ini ketika sudah tidak sakit lagi."
"Aduh, kapan tuh gak sakit nya? Toh, udah sebulan kamu sakit gigi. Dibilang jangan makan permen terus ngeyel, sih. Jadi gak sembuh, kan." kali ini, si anak ketiga yang berbicara, alias Supra.
"Diam. Sopan akan sembuh."
Semuanya hanya tertawa mendengar ucapan Sopan yang terlihat sangat bertekad itu. Walau mereka tau keesokan harinya pasti Sopan kembali memakan permen secara diam-diam.
.
.Keesokan harinya, di Hari Sabtu pada pagi hari, enam bocah itu berniat bermain bola di luar komplek lagi. Kali ini ditemani oleh kakak sepupu mereka; Beliung, agar tidak tersesat.
Sopan dan Sori tidak ikut bermain bola, sih. Sebenarnya Sopan malah tidak ingin ikut, tapi nanti dia bosan juga di rumah saja. Akhirnya ikut saja menonton saudaranya. Sori sendiri dia asik mencabut banyak bunga untuk diberikan pada bunda mereka.
Sopan sengaja duduk di tempat yang cukup sepi, tempat itu cukup jauh dari lokasi para saudaranya itu bermain bola, namun ia tetap bisa menontonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sinting; b. frostfire [√]
Fiksi Penggemar╰──> ˗ˏˋ BoBoiBoy FrostFire x Reader 𝘍𝘳𝘰𝘴𝘵𝘍𝘪𝘳𝘦 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 ... 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘳 𝘮𝘪𝘯𝘪𝘮𝘢𝘳𝘬𝘦𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘶𝘪. 𝘙𝘦𝘧𝘭𝘦𝘬, 𝘮𝘶𝘭...