RADENTARA 3

103 29 70
                                    

Ohayooo Hujann in here!!
Tolong untuk vote dan komennya ya sebagai bentuk apresiasi dan support ke aku.
Kalian juga bisa kasih krisar agar cerita ini bisa jadi lebih baik lagi.
Selamat membaca🤍

_________

Raden memperhatikan layar ponselnya yang sedang menampilkan sebuah room chat whatsApp. Terlihat satu pesan yang sudah ia kirim sejak tiga hari yang lalu belum juga dibalas oleh Sang penerima.

"Lo kemana sih, Al? Kenapa gak ada satupun chat gue yang lo balas." Raden bermonolog lesu.

"Iya, gue akan sering-sering hubungi lo. Gue gak mungkin akan lupain kalian semua, Rad. Mana bisa gue lakuin itu."

Kalimat itu kembali berputar dikepala Raden. Kalimat itu adalah kalimat yang sempat diucapkan sahabat karib Raden di panti. Albiandra Lautama namanya.

Raden masih ingat dengan jelas bagaimana lantangnya Albi mengucapkan kalimat itu sebelum dia pergi ikut dengan sepasang suami-isteri muda yang mengadopsinya.

Pandangan Raden beralih menatap bingkai foto yang terdapat fotonya dan Albi di dalamnya. Foto itu diambil saat keduanya merayakan kelulusan SMP.

"Lo bohong, Al. Buktinya ini udah mau dua minggu lo hilang gak ada kabar." Raden mengoceh sambil menatapi foto tersebut. Seolah dirinya sedang berbicara dengan Albi secara langsung.

"Nyatanya kalimat itu cuma kalimat penenang biasa. Bukan sebuah janji yang akan lo tepati." Air mata menetes turun dari pelupuk mata Raden.

Raden marah, sedih, rindu dengan remaja laki-laki yang ada bersamanya dalam foto itu.

"Hilap lo ya semenjak jadi anak orang kaya?!" Raden kembali mengomel pada foto tersebut. "Lupa lo sama gue yang selalu senantiasa nemenin lo agar gak kesepian?! Lupa lo sama anak-anak panti yang lain, hah!?"

"Sekar sakit sialan!" seru Raden memaki. "Dia sakit karena sangking rindunya sama lo. Kemana sih lo!?" Suara Raden bergetar hebat.

"Arrgghhh, bangsat, balas pesan gue!!"

Raden frustasi sendiri karena Albi yang tak kunjung membalas pesan ataupun mengangkat teleponnya.

Albi diadopsi tiga bulan yang lalu oleh sepasang suami-isteri kaya dari kota. Sebulan pertama setelah diadopsi, Albi memang masih mudah untuk dihubungi dan diajak bertemu. Dia bahkan sesekali masih suka datang berkunjung ke panti.

Namun sejak dua bulan setelah diadopsi, Albi mulai sulit dihubungi dan diajak ketemu. Cowok itu selalu bilang tidak punya waktu. Sesibuk apa sih memang hidupnya di sana?! Kenapa untuk membalas pesan saja tidak punya waktu.

Pintu kamarnya yang dibuka membuat pandangan Raden beralih dari foto tersebut. Dia melirik ke arah pintu sembari tangannya bergerak menaruh kembali bingkai foto tersebut diatas nakas.

Seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar 40 tahunan berjalan ke arah ranjangnya dengan langkah pelan. Itu Ibu Uli, ibu panti yang selama ini merawatnya dan merawat anak-anak panti lain.

"Belum tidur, Den?" tanya wanita itu.

Raden menggeleng singkat. Diubahnya posisi duduknya menjadi bersila agar ibu Uli juga bisa ikut duduk di atas ranjang yang sama dengannya.

Ibu Uli mendudukkan bokongnya di atas ranjang. Tepat di hadapan Raden.

"Kenapa belum tidur? Ini udah jam sebelas malam loh."

"Raden baru selesai ngerjain tugas, Buk," jawab Raden jujur. Dia memang dari mengerjakan tugas sekolah tadi.

"Kamu masih suka buka joki tugas ke teman-temanmu di sekolah?" tanya buk Uli, yang dibalas anggukan oleh Raden.

RADENTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang