RADENTARA 15

14 2 0
                                    


Ohayooo Hujann in here!!
Tolong untuk vote dan komennya ya sebagai bentuk apresiasi dan support ke aku.
Kalian juga bisa kasih krisar agar cerita ini bisa jadi lebih baik lagi.
Selamat membaca🤍

_________

Raden sudah memantapkan dirinya untuk ngambek pada Yosep gara-gara kejadian semalam. Pokoknya dia tidak akan mau menerima permintaan maaf Yosep begitu saja. Raden harus ngambek minimal sampai ... jam istirahat kedua.

Gak boleh lama-lama ngambeknya, tar Raden gak bisa nebeng Yosep pas pulang sekolah. Cukup berangkat sekolah tadi saja Raden naik ojek. Kalau pulangnya naik ojek lagi bisa habis uangnya. Kita itu harus berhemat tahu!

Ada rasa syukur juga dalam hati Raden karena hari ini ia sudah memilih untuk tidak berangkat bareng Yosep. Cowok sunda itu datang telat ternyata hari ini dan sekarang dia tengah dihukum membersihkan WC bersama murid-murid lain yang juga datang telat. Bayangkan kalau tadi Raden berangkat bareng Yosep? Bisa kena hukum juga dia pasti!

Tapi  di sisi lain, keterlambatan Yosep juga membuat Raden agak bete. Gara-gara Yosep terlambat, cowok itu dipastikan tidak akan bisa ikut pelajaran olahraga hari ini. Raden jadi bingung mau melakukan pemanasan sama siapa sekarang.

Raden mengumpat di dalam hati, "Sial! Kenapa sih, nih sekolah harus bikin sistem pemanasan secara berpasangan?! Padahal, kan pemanasan sendiri-sendiri juga bisa."

"Andai aja  Albi masih di sini. Gue pasti gak akan sebete dan sepusing ini nyari pasangan untuk pemanasan kalau Yosep lagi gak ada begini." Raden bergumam pelan dengan benaknya yang seketika memutar kembali kenangan saat Albi masih ada bersamanya.

"Gak mau tahu, gue sama Albi! Lo cari pasangan lain sana." Raden mendorong-dorong Yosep agar segera pergi dari hadapannya dan Albi.

"Kamu, mah gitu. Padahal aku duluan tadi yang ngajakin Albi," gerutu Yosep, sembari menatap kesal ke arah Raden yang terus memeluk lengan kekar Albi dengan sangat erat.

"Udah sana," usir Raden lagi. "Buruan cari pasangan untuk pemanasan. Nanti Pak Hartono dateng, lo dijitak. Mau?"

Dengan perasaan dongkol Yosep pergi dari hadapan keduanya. Raden tersenyum puas melihat Yosep yang akhirnya mau mengalah.

Albi yang sejak tadi jadi objek rebutan kedua temannya itu hanya bisa menghembuskan napas.

"Lo, nih ya, kebiasaan banget suka mau menang sendiri. Kasian Yosep jadi harus nyari pasangan lain buat pemanasan." Wajah Raden berubah cemberut saat mendengar omelan Albi.

"Kalau gak lo aja sama Yosep. Biar gue cari pasangan lain aja."

"Gak mau!" tolak Raden mentah-mentah. Lingkaran tangannya di lengan Albi semakin mengerat. "Pokoknya gue sama lo. Titik gak pake koma!"

"Batu banget, sih," ucap Albi sembari menjewer telinga Raden.

"Aww!!" Raden berteriak keras. "Sakitt," aduhnya sembari mengusap-usap telinganya yang tampak memerah.

"Raden, ayo buruan masuk ke barisan!" Seruan seorang guru pria bertubuh agak gempal yang muncul dari dalam ruang guru, membuat kenangan yang sedang berputar di benak Raden tersebut seketika langsung buyar begitu saja.

"Saya boleh izin aja gak, Pak?" tanya Raden tepat saat guru itu berjalan melewatinya.

Guru laki-laki pemilik nama Hartono itu menghentikan langahnya. Lalu ia berbalik badan menatap ke arah Raden yang masih duduk ngampar di pinggir lapangan. "Kenapa emangnya? Kamu sakit?" Ia balik bertanya pada Raden.

RADENTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang