RADENTARA 12

41 4 0
                                    


Ohayooo Hujann in here!!
Tolong untuk vote dan komennya, ya sebagai bentuk apresiasi dan support ke aku.
Kalian juga bisa kasih krisar agar cerita ini bisa jadi lebih baik lagi.
Selamat membaca🤍

_________

"Udahlah, Tar lupain aja."

Setelah bercerita panjang lebar tentang kejadian yang ia alami saat istirahat kedua tadi. Respon singkat yang diberikan Zera membuat Tara semakin badmood.

Bukan itu respon yang dia mau.

"Gimana mungkin gue lupain gitu aja? Dia merendahkan dan meremehkan gue tau!

Napas Zera berhembus kasar. Sahabatnya itu memang kadang suka berlebihan.

"Merendahkan itu kalau dia bilang, lo adalah anak manja yang berani hanya karena orang tua lo yang punya power, Tar. Tapi nyatanya dia gak ngomong gitu, kan?" Kali ini, Ayara yang sejak tadi hanya fokus menyimak sambil menonton talk show yang sedang tayang di televisi, pun ikut memberikan tanggapan tanpa memalingkan pandangannya dari televisi di depannya.

"Lagian yang dia omongin itu bener—" Ayara memberi jeda singkat. Dipalingkannya wajahnya ke belakang menghadap Tara dan Zera yang duduk bersama di atas sofa yang sedang ia sandari. "Dunia ini bukan milik lo. Jadi berhenti bersikap seenaknya ke orang lain."

Gistara itu adalah bentuk manusia egois yang hanya peduli dengan dirinya sendiri. Tak peduli bagaimana kebenaran sesungguhnya. Baginya, jika yang orang lain lakukan tak sesuai dengan apa yang dia inginkan, maka orang itu bersalah.

Nada bicara Ayara yang terdengar sinis membuat Tara mengerutkan kening.

"Lo kenapa, sih? Gue perhatiin dari di sekolah tadi sikap dan cara ngomong lo beda banget dari biasanya." Tara akhirnya mengutarakan pertanyaan yang sejak tadi pagi menjadi tanda tanya besar di kepalanya.

Sejak setelah kembali dari toilet pagi-pagi tadi, sikap Ayara memang agak berubah. Cewek itu jadi lebih banyak diam. Kalaupun merespon, responnya selalu jutek dan dingin. Bukan tipikal Ayara sekali. Karena biasanya cewek itu banyak omong dan nada bicaranya agak manja-manja begitu.

"Gak papa," jawab Ayara singkat. Dan itu membuat Tara menjadi geram dengan tingkah Ayara. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?

"Lo kenapa?" Tak puas dengan jawaban Ayara, Tara kembali bertanya. Kali ini ia mencondongkan tubuhnya ke depan agar lebih dekat dengan Ayara.

"Ayara!?"

"Apa?"

"Lo kenapa?"

"Gak papa."

"Gak usah bohong. Jawab gue, lo sebenarnya kenapa?"

Ayara menghela napasnya jengah. Dipandanginya obsidian milik Tara dengan tatapan dingin dan penuh kemarahan. "Gue itu kesel sama lo tahu!" kata Ayara memberitahu.

Kening Tara semakin mengerut. Ia tak paham dengan arah pembicaraan temannya itu. Kenapa jadi dia?

"Gue jadi gagal punya pacar gara-gara lo yang buang risol pemberian Yosep kemarin." Ayara kembali berucap.

"Hah? Gimana-gimana maksudnya?" Kedua mata Zera mengerjab beberapa kali dengan mulut yang agak sedikit terbuka. Ia juga tak begitu paham dengan yang Ayara katakan.

Napas Tara berhembus kasar. Masalah risol kemarin masih saja berlanjut ternyata.

"Raden bilang ke gue kalau Yosep ngasih risol kemarin karena dia suka sama gue."

Tak ada tanggapan yang wah dari Zera maupun Tara. Mereka memang sudah menduga Yosep ada maksud lain. Ayaranya saja yang tak paham soal pdkt begitu.

"Dia orang pertama yang suka sama gue." Ayara berucap lirih. Kedua matanya yang semula menatap nanar ke arah lantai, kini berpindah menatap kedua temannya. "Sekarang dia mungkin udah memutuskan berhenti menyukai gue karena kecewa risol pemberiannya dibuang gitu aja. Ini semua gara-gara lo! Gara-gara lo, gue kehilangan kesempatan untuk punya pacar!"

RADENTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang