RADENTARA 11

43 3 0
                                    

Ohayooo Hujann in here!!
Tolong untuk vote dan komennya, ya sebagai bentuk apresiasi dan support ke aku.
Kalian juga bisa kasih krisar agar cerita ini bisa jadi lebih baik lagi.
Selamat membaca🤍

_________

Napas Tara berhembus kasar untuk yang kesekian kali. Tangan kanannya terasa pegal karena sudah terlalu lama mengipasi dirinya menggunakan buku. Cuaca hari ini benar-benar terik.

"Kenapa sekolah ini gak pasang AC, sih? Panas banget gila!" Cewek itu menggerutu.

Pindah ke SMA Rajabasa merupakan mimpi buruk bagi Tara. Tak pernah terbayangkan sama sekali olehnya, bahwa dia akan berada di sini- di sekolah dengan fasilitas yang minim dan berisikan murid-murid biasa yang baginya sama sekali tak sederajat dengannya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran orangtuanya. Bagaimana bisa mereka memindahkannya ke sini? Minimal pindahkan dia ke sekolah lain yang setara dengan ESA dong.

Terlahir sebagai anak tunggal di keluarga dengan perekonomian yang sangat baik membuat Tara terbiasa hidup dengan kemewahan. Jujur saja dia banyak merasakan culture shock berada di sini.

Jam istirahat kedua sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Perut Tara terasa perih karena memang dia belum mengisi perutnya sejak tadi pagi. Tara mau ke kantin, tapi cuaca yang sangat panas membuatnya benar-benar malas untuk keluar kelas. Tidak ada yang bisa ia suruh sekarang karena Ayara dan Zera sedang pergi ke toilet.

Netranya bergerak memandangi sekeliling. Mencari seseorang yang bisa ia suruh untuk membelikannya makanan di kantin. Pandangan Tara jatuh pada seorang murid perempuan berkepang dua di bangku pojok depan dekat pintu kelas.

Seringaian kecil tercipta di wajah cantiknya. Kemudian tanpa basa-basi Tara langsung beranjak dari bangkunya dan berjalan menghampiri murid tersebut.

"Beliin gue roti dong di kantin." Benar-benar tanpa berbasa-basi, Tara langsung melontarkan kalimat perintah tersebut pada murid itu. Sebuah uang kertas bernilai lima puluh ribu ia taruh di atas buku tempat murid perempuan itu sedang menulis.

Kehadiran Tara itu tentu saja membuat murid perempuan itu terkejut sekaligus bingung. Apa gadis itu baru saja berbicara dengannya?

Dengan takut-takut murid itu bertanya pada Tara, "Kamu ngomong sama aku?"

"Menurut lo?" balas Tara dengan satu alis tertaut ke atas. "Di sini sekarang cuma ada kita berdua. Ya, kali gue ngomong sama angin."

Murid itu meringis. "Iya juga, sih," katanya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang mendadak terasa gatal.

"Tapi maaf banget, ya. Aku gak bisa beliin kamu roti ke kantin, soalnya aku masih harus nyelesain pr fisikaku." Murid itu mengucapkan kalimat itu dengan raut wajah merasa bersalah. Ia tak enak karena harus menolak permintaan Tara.

"Kan, bisa ditinggal sebentar. Buruan beliin gue roti dulu di kantin. Gue laper banget, nih."

"Gak bisa. Ini pr-nya masih banyak banget. Aku takut gak keburu nanti. Pelajaran Pak Imron habis istirahat ini. Aku bisa dihukum kalau belum nyelesain pr-nya." Lagi-lagi murid itu menolak. Kedua tangannya meremat kencang pena yang tengah dipegangnya. "Mm ... memangnya kamu gak bisa ke kantin sendiri? Kantin ada di belakang gedung kelas X, kalau kamu gak tahu tempatnya. Kamu tinggal jalan lurus ke kanan aja," ucapnya, sembari menatap sepasang obsidian Tara.

Tara balik menatap obsidian murid itu dengan tatapan dingin. "Lo menolak, nih ceritanya?"

"Iya. Maaf, ya, Tara. Aku lagi sibuk banget sekarang."

Sialan! Perintahnya benar-benar ditolak oleh murid culun ini? Seumur hidupnya, Tara biasa bertindak bossy. Tak pernah ada yang berani menolak perintahnya, bahkan kedua orangtuanya sekalipun. Tapi apa-apaan ini?! Gadis culun itu dengan berani menolak perintahnya.

RADENTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang