RADENTARA 5

83 25 60
                                    

Ohayooo Hujann in here!!
Tolong untuk vote dan komennya ya sebagai bentuk apresiasi dan support ke aku.
Kalian juga bisa kasih krisar agar cerita ini bisa jadi lebih baik lagi.
Selamat membaca🤍

_________



"WOIII BAYAR UTANG LO PADA!!"

"RAJU!!"

"WAHYUU!!"

"INDRAA!!"

"JAKAA, BAYAR!!"

Yosep menutup wajahnya malu melihat teman sebangkunya-Raden, yang sedang menagih uang bayaran joki tugas pada teman-teman sekelasnya.

Sebenarnya hal ini biasa terjadi setiap pagi. Tapi tetap saja Yosep malu melihat kelakuan Raden yang sudah seperti rentenir, berkeliling mengitari sekolah sambil membawa sebuah buku tulis berwarna merah yang berisikan daftar nama murid yang belum membayar jasa joki tugasnya.

Setelah berhasil menagihi semuanya. Raden berjalan sumringah menuju bangku tempat duduknya yang ada di barisan paling ujung dekat dinding. Bangku Raden ada diurutan kedua dari belakang.

"Banyaknya duit kamu. Traktir makan dong!" cetus Yosep dengan menampilkan cengiran lebar.

Raden yang baru saja tiba di bangkunya, langsung memasang raut wajah datar.

"Lo gue suruh bantu tagihin mereka tadi gak mau. Terus sekarang ada hati mau minta traktir?! Gue tinju dulu sekali lo, mau?" timpal Raden, dengan kepalan tangan kanan yang terangkat naik, sejajar dengan dadanya.

"Eh, gak jadi gak jadi. Bercanda doang aku. Kamu mah emosian." Dengan buru-buru Yosep menarik ucapannya kembali sambil cengengesan dan kedua tangan yang menangkup di depan dada. Bisa habis dia kalau bogeman Raden beneran melayang ke wajah tampannya ini.

Raden merotasikan matanya malas. Dia menarik mundur bangkunya. Kemudian duduk dengan rapih, dan mulai sibuk mengeluarkan buku-buku untuk pelajaran pertama hari ini.

Pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran fisika. Dari arah pintu masuk kelas, Pak Imron datang dengan buku tebal dipelukannya.

"Pagi an-"

"Permisi, Pak." Sebuah suara dari arah pintu kelas terdengar, membuat kalimat sapaan yang baru saja hendak pak Imron ucapkan terpaksa terjeda.

Pak Imron dan seluruh murid di dalam kelas XI-C kompak menoleh ke arah pintu. Tara, Zera, dan Ayara terlihat berdiri di depan pintu dengan raut wajah gugup.

"Maaf, Pak, kita telat," cicit Ayara.

"Tidak apa-apa. Silahkan segera duduk di bangku kalian masing-masing," titah pak Imron.

Ketiganya langsung melangkah masuk menuju bangku masing-masing.

Setiap langkah ketiga gadis itu tidak lepas dari pandangan mata Raden. Ralat, bukan ketiganya. Namun hanya satu, yaitu pada gadis pemilik rambut hitam bergelombang seketiak yang tidak lain dan tidak bukan adalah Tara, Gistara Ayu Nindya.

Gadis itu yang kemarin eye contact dengan Raden. Rasa kesal Raden kembali datang, kala mengingat gadis itu sempat merotasikan mata dengan sangat sinis padanya kemarin.

"Anjir bau parfum siapa nih? Gak enak banget baunya," celetuk Raden sambil mengendus-endus lebih dalam sebuah aroma parfum yang tiba-tiba menyengat masuk ke dalam indra penciumannya. Bau parfum tersebut terasa aneh dan asing di indra penciumannya.

Bau tersebut membuatnya menjadi lupa akan rasa kesalnya pada gadis yang duduk di bangku sampingnya itu.

Wajah Raden bergerak mengikuti kemana bau aneh yang mengganggu indra penciumannya itu berasal. Pergerakan wajah Raden berhenti tepat saat ia menghadap bangku Tara.

RADENTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang