RADENTARA 6

71 26 72
                                    


Ohayooo Hujann in here!!
Tolong untuk vote dan komennya ya sebagai bentuk apresiasi dan support ke aku.
Kalian juga bisa kasih krisar agar cerita ini bisa jadi lebih baik lagi.
Selamat membaca🤍

_________



"Raden Pramudya, salah satu murid berprestasi yang ada di SMA Rajabasa. Anaknya suka jadi perwakilan olimpiade, dan sering menyumbangkan banyak piala untuk sekolah."

Tara melirik ke arah Zera yang tengah bersandar di depan pintu toilet dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Lo ngomong sekali lagi soal tuh cowok, gue lempar lo pake nih wastafel," ucap Tara mengancam.

Moodnya masih buruk sekali gara-gara cowok bernama Raden itu. Dan temannya itu justru terus saja membicarakan cowok itu ke Tara. Membuatnya makin bad mood saja.

Zera mendengkus sebal. "Sensi banget sih," gerutunya sembari memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Ayo kita susul Ayara," ajak Tara, setelah selesai memandangi wajahnya selama lima belas menitan di depan kaca dalam toilet.

Zera mengangguk saja. Keduanya pun melangkah keluar dari toilet. Kemudian bergegas menuju ke kantin-tempat Ayara kini berada.

*****

"Ini buat kamu," kata Yosep sembari memberikan seplastik risol kepada Ayara.

Dengan senang hati Ayara menerima risol tersebut. "Awww, baik banget lo. Makasih yaa," ucap Ayara dengan sangat exsaited.

Senyum Yosep mengembang lebar, melihat respon baik yang ditunjukkan cewek itu.

"Itu makanan favorit dan best seller di sini loh!" ucap Yosep memberitahu.

Kepala Ayara mendongak menatap cowok tersebut sambil menampilkan ekspresi wajah kagetnya. "Really!?"

"Iya."

"Gue jadi kepo. Seenak apa risolnya sampai jadi best seller gitu?"

"Enak banget pokoknya!" sahut Yosep dengan mengacungkan dua jempolnya. "Cobain deh. Aku jamin kamu juga bakal suka dan ketagihan nantinya," imbuhnya, menyakinkan Ayara.

Ayara hendak menjawab lagi. Namun seruan suara Zera menghentikannya.

"Buruan sini!" ucap Zera melambai-lambaikan tangannya dari arah bangku di pojok depan kantin. Ada Tara juga disebelahnya.

Ayara mengangguk mengiyakan. Wajahnya kembali menatap ke arah Yosep. "Nanti deh gue cobain bareng temen-temen gue," ucap Ayara. "Sekali lagi thanks yaa, Sep. Gue permisi pergi duluan, temen gue udah pada nungguin." Ayara melambaikan tangannya dengan tersenyum manis ke pada Yosep.

Hati Yosep meleleh melihat senyuman manis Ayara.

"Geulis, bageur. Ahh, sungguh idaman sekali!" batin Yosep memuji Ayara tanpa henti.

*****

"Ngapain lo senyum-senyum?" Satu alis Raden terangkat naik. Tatapannya terlihat mengintimidasi Yosep yang tak sengaja dia temui di tengah jalan dirinya hendak ke kantin.

"Lo dari mana?" Raden kembali melontarkan pertanyaan pada Yosep.

"Aing dari kantin," jawab Yosep, masih dengan terus senyum-senyum. Membuat Raden semakin keheranan melihatnya. Kesambet setan, kah, nih anak?

"Lo kenapa senyum-senyum, monyet!" Nada bicara Raden naik seoktaf. Tangannya pun ikut melayang naik memukul pundak Yosep dengan cukup kuat.

"Aing kayanya beneran naksir, Den," ucap Yosep, kedua matanya tampak berbinar-binar mengucapkan kalimat tersebut.

"Hah? Naksir sama siapa!?"

"Budak anyar di kelas kita itu, si Ayara," jawab Yosep. "Maneh tahu teu? Aing tadi ke kantin beliin risol untuk dia. Dan risolnya diterima dengan baik sama dia. Mana bilang makasihnya sambil senyum deui. ARGHH GEULIS PISAN POKOKNYA MAH!!" Kedua tangan Yosep terkepal erat sangking gemasnya saat teringat kembali dengan senyuman manis Ayara-Sang pujaan hati.

Wajah Raden menampilkan ekspresi julit dengan satu alis terangkat naik. Rasanya ingin ia layangkan lagi tangannya ke arah wajah Yosep. Manusia kalau jatuh cinta kadang emang suka alay begini ya?

"Menurutmu kalau aing sama si ayara nikah pake adat sunda. Dia mau gak ya?" Perkataan Yosep malah makin ngelantur. Raden tak bisa lagi menahan tangannya untuk tidak memukul kepala cowok sunda tersebut.

"Nikah, nikah. Yang dia terima tuh cuma risol pemberian lo, bukan cinta lo, Yosep!" Perkataan yang cukup menyakitkan, tapi itu memang faktanya.

"Yee, iri aja kamu tuh!" gerutu Yosep, sembari mengusap-usap kepalanya yang terkena pukulan Raden. "Itu tuh manifesting tau! Siapa tahu, kan, nanti beberapa tahun kedepan aing nikah beneran sama dia."

"Gak usah halu! Cewek kaya dia, mana mau sama cowok kaya lo, Yosep."

"Dih, naha emangnya!?" tanya Yosep. "Aing kasep kok," imbuhnya dengan sangat pede.

"Iya ganteng. Tapi lo miskin, Sep!" sahut Raden menohok. "Beda kasta kita sama mereka. Udah deh, gak usah banyak berkhayal lo. Nanti jatuh sakit."

"Ari sakit mah tinggal ge berobat," timpal Yosep.

Raden mendesis pelan. Lama-lama dia lelah sendiri berbicara dengan Yosep.

"Terserah lo aja, deh, Sep," ucap Raden, kemudian melenggang pergi meninggalkan Yosep begitu saja.

"Yee, pundung tuh pasti," cibir Yosep seraya menatap kepergian Raden.

*****


"Gue tahu kita lagi berhemat. Tapi gak risol juga dong yang lo beli!" ucap Tara dengan wajah datarnya.

"Tahu lo. Emangnya gak ada makanan lain apa?" Zera ikut berkomentar.

Kening Ayara mengerut heran. Dia menatap ke arah plastik risol yang dipegangnya. Lalu kemudian melirik ke arah kedua temannya tersebut.

"Apa yang salah sih? Risol juga makanan tahu," ujar Ayara. "Lagian ini gak beli kok. Ini dikasih sama Yosep. Temen sekelas kita itu yang duduknyabdi samping cowok yang tadi dihukum bareng lo, Tar," imbuhnya memberitahu.

"Iya makanan. Tapi lo tahukan risol itu berminyak. Makanan berminyak itu gak bagus buat kesehatan," sahut Tara. "Lagian lo ngapain sih asal terima makanan dari orang lain aja. Gimana kalau ini ada racunnya?!" Tara merebut kasar plastik risol tersebut dari Ayara. Kemudian ia berjalan mendekati tong sampah. Lalu ia buang plastik tersebut ke dalamnya.

"Tar ...." Ayara berucap lirih. Ditatapnya plastik risol yang sudah berada bersama sampah-sampah lainnya tersebut dengan tatapan tak rela.

"Udah deh ikhlasin," ucap Tara. "Ayo ke kelas. Kita makan di sana aja," ajaknya sembari menepuk bahu Ayara sekali.

Meskipun masih tidak ikhlas. Ayara tetap mengangguk mengikuti ajakan Tara. Ketiganya berbalik badan, hendak meninggalkan area kantin. Namun belum sempat kaki mereka melangkah. Sebuah suara laki-laki terdengar dari belakang ketiganya.

"Orang kaya emang sulit untuk menghargai, ya kayaknya?"

Ketiganya kembali berbalik badan mengarah ke sumber suara itu berasal.

"Lo!?"

*
*
*
*
*

Bersambung ....

So, gimana dengan part ini? Suka?
Aku harap suka yaa
Terimakasih untuk vote dan komen yang udah dikasih, Gengg💗
See you next part okeyy!!

RADENTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang