"Ciee di cium bunda," Ledek Azran kepada Raya.
"Cie ga pernah ya?" Ucapkan Raya membalas ledekan Azran.
"Sering lah! gue mah yang nyium bunda gue."
"Oh anak bunda ceritanya."
Mereka tertawa bersama. Azran merasa senang. ini yang diinginkannya, setidaknya bisa bercanda dengan Raya. Padahal ini hal biasa sekali, tapi menjadi tidak biasa untuk Azran jika orang itu Raya.
Jam pelajaran terakhir kosong. Azran meminta bantuan teman-temannya untuk menghibur Raya yang ia lihat habis menangis itu. Azran langsung menghampiri Raya yang sedang bermain ponsel, ia duduk di samping Raya.
"Raya! Udah kangen gue belum?" Ucapkan Azran dengan jahil.
"Pede lo!"
"Eh foto-foto yu Ya! Mau?" Tanya Azran. Ia sudah menyiapkan diri untuk di tolak.
"Boleh."
Teman-temannya yang lain menghampiri dan ikut berfoto, mereka jadi foto beramai-ramai. Raya merasa lebih baik saat itu, gerumunan orang-orang yang berfoto bersamanya, dia sama sekali tidak merasa terasingi.
Suasana hati Raya yang tadinya redup, gelap, dan sangat hampa, kini jauh lebih baik, ada titik terang yang tumbuh. Raya percaya memiliki teman bisa menjadi kebahagiaan, tapi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi sumber masalah.
"Aduh panas banget hari ini," Ucap Raya.
Ia menaruh tas dan langsung berbaring di ruang depan televisi. "Gue harus mandi, make up, terus berangkat kerja lagi. Gue ngantuk banget, cape nya kerasa ya kalo sambil sekolah gini. Gaada penyemangat lagi, hhh mau main!!!"
Raya memang selalu bicara sendiri di rumahnya, ya dia tidak punya tempat berkeluh kesah selain bicara sendiri.
Raya pergi ke warung membeli mie rebus untuk cemilan. Berkali-kali ia melewati warung minuman dekat rumahnya, pasti selalu ramai anak muda yang selalu menggoda Raya. Ia sangat risih, bahkan tidak jarang ia putar balik ataupun cari jalan lain.
"Hai sayang, sendirian aja aku temenin sini," Ucap salah satu anak muda itu.
Jelas, tidak akan ada respon yang Raya beri. Ia diam terus bejalan, menganggap manusia manusia pengganggu itu tidak ada.
Sampai di rumah, ia langsung merebus mienya. Raya selalu membuat mie susu kesukaannya, kuah creamy susu dan ditambah bubuk cabai. Dengan makan itu saja membuat Raya sangat senang.
Dering ponsel Raya berbunyi, yang ternyata itu telfon dari Narla. Ia segera mengangkatnya dan berhenti makan.
Dalam Panggilan
Halo kenapa Nar?
Halo Ya. Lo dimana? Ini kita mau kerkom sekarang, lo bisa ga?
Bisa Nar.
Oke, di rumah Alno ya nanti gue jemput. Lo shareloc sekarang.
Raya bersiap-siap untuk berangkat kerja kelompok, dengan celana kulot hitam yang sangat sering ia kenakan, juga crop top dan cardigannya. Tak lupa kalung angsa hitam dan jedai yang ia sangkutkan di tali tas hitamnya, terakhir topi putih yang menghiasinya. Tidak lama kemudian, Narla datang menjemput Raya.
Sangat banyak makanan yang disiapkan Alno, karena ini teman-temannya betah berlama-lama di sini. Ibunya Alno benar-benar meratukan tamunya, selalu menghidangkan begitu banyak makanan.
"Emang best banget nyokap lo No!" Ucapkan Azran sambil mengambil gorengan kacang kesukaannya.
"Ganti gue ngetik yang boleh?" Tanya Raya kepada Desima.