Raya sudah pasrah dengan hidupnya yang entah harus diservice kemana, tak ada keberuntungan yang ia dapatkan.
Ia kehilangan pekerjaannya, keluarganya yang sudah terpecah belah entah mencar kemana, Bundanya yang sudah sibuk menghidupi keluarga barunya, Ayahnya yang menikmati hidupnya sendiri, pertemanan yang mati rasa dan penuh pengkhianatan, bahkan sejak dulu Raya selalu tersingkirkan, percintaannya yang terlalu rumit, selalu ditinggalkan dan tergantikan oleh orang lain, tak jauh teman sendiri.
Semua kenyataan yang Raya tanggung membuatnya selalu tidak percaya diri dan merasa kurang, ia merasa tak pantas untuk siapapun. Sekarang hanya penyesalan yang akan Raya telan dengan perlahan, menjalani hidupnya yang entah masih bisa diperbaiki atau lebih baik berhenti di sini.
Bahagianya yang terkubur sejak dulu memang sudah ditemukan oleh pria yang kini akan selalu jadi tokoh utama di hidup Raya. Namun, pria itu membawa bahagia Raya pergi bersamanya.
Suasana rumah bunda Raya yang menjadi asing dan canggung karena suami barunya. Itu menjadi kerincuhan, pertengkaran Raya dan bundanya selalu terjadi. Apalagi yang Raya lakukan selain keluar dari rumah.
Seperti itulah Raya dari dulu, setiap keributan terjadi, untuk menenangkan dan menghindari berkepanjangan, ia menjadi sering kabur dari rumah. Bahkan rumahnya saja menjadi sumber luka untuk Raya.
Raya! Mau kemana kamu! Teriak bunda Raya.
Bukan urusan bunda, urusin aja keluarga baru bunda itu, Ucap Raya yang lansung beranjak ke taxi onlinenya yang sudah datang sejak tadi.
Gak pantes kamu seenaknya Raya!
Oh ya??? Terus, seorang ibu pantes kaya gini ke anaknya?.
Raya menginap di apartment temannya untuk beberapa hari, mungkin beberapa bulan, atau selamanya ia tak kembali ke rumahnya.
Kesana kemari ia melamar kerja tapi belum juga ia dapat. Sesampai di mana ia mendapat informasi soal
Ayahnya yang selama kabur ternyata sering sekali menyewa perempuan untuk kepuasannya, tidak hanya itu, ayahnya Raya juga menjadi Sugar Daddy untuk gadis-gadis remaja di luar sana.
Entah sudah serapuh apa hati Raya, tertikam berkali-kali. Semua orang di hidup Raya, menyakitinya secara bersamaan, ia tidak tau harus pulang kemana selain pulang ke Tuhan-Nya, hanya saja Tuhan belum menjemput Raya.
Satu minggu kemudian Raya sudah mendapatkan pekerjaan di Restoran Roti Bakar ternama di Jakarta. Hari ini, hari pertama ia bekerja. Walaupun hatinya terjadi kekacauan, ia tetap berusaha bersemangat di hari pertamanya.
Renata, teman kelas Raya bersama seorang laki-laki bertubuh tinggi yang ia gandeng tangannya mampir ke Resto itu.
Tak sengaja mereka bertemu, Raya sangat terkejut atas apa yang ia lihat. Badai apa lagi ini?
Raya? Lo di sini? Tanya Renata.
Ini siapa lo Ren? Tanya Raya tanpa menghiraukan pertanyaan Renata.
Hahaha biasa, Sugar Daddy.
Gila lo ya?!
Seorang pria berbadan tinggi yang bersama Renata adalah Ayahnya Raya yang lepas tanggung jawab dengan 2 anaknya. Benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan pria yang sudah muak ia sebut ayah itu.
Ayahnya sudah panik dan merasa malu karena banyak orang di sana, padahal dirinya sendiri yang membuat malu, mungkin memang sudah tidak tau malu.
Suka-suka gue.
Pertama, siapa yang gak kaget liat temennya jalan sama om-om bahkan udah mau kakek-kakek?
Lo kok jadi malu-maluin gue di depan umum gini sih?!
Kedua, asal lo tau, cowo brengsek yang lo gandeng itu, bokap gue. Puas lo?! Bentak Raya yang langsung melepas Apron, Topi dan Pin atribut kerjanya lalu pergi dari tempat itu.
Baru hari pertama ia bekerja, tapi ia langsung dipecat karena hal yang sangat tak terduga itu membuat malu restoran tersebut.
Raya berjalan menyusuri indahnya malam di kota Jakarta yang rasanya itu sudah tidak bisa mengobati sakit yang ia rasakan. Tak tersisa apapun selain luka, semua yang Raya miliki hilang. Ia hanya berharap Azran datang dan memeluknya dengan erat, untuk membantu membenahkan lukanya yang sangat banyak.
Azran, aku mau nyerah.. bantu aku, hidupku terlalu menyakitkan Zran, aku butuh kamu, aku mohon kembali.
Hanya saja harapannya takkan pernah terjadi, Azran sudah pergi terlalu jauh untuk Raya jemput kembali. Raya sangat menyesal atas sikapnya selama ini, ia kehilangan Azran karena terlalu memikirkan orang lain tanpa memikirkan perasaannya sendiri.
Kepergian Azran menjadi kehancuran besar dalam hidupnya. Menyesal sampai mati pun tidak berguna, itu tidak akan memperbaiki apapun yang sudah hancur.