Raya memasuki rumahnya dan memberikan martabak itu kepada tantenya.
"Wah enak nih makasih ya kak, pacar kamu ya?"
"Ah engga Tante temen itu, temen sekelas. Kebetulan lagi sekelompok juga sekarang."
Tantenya sudah mengintip sedikit dari jendela melihat Azran, itu membuat Raya terus di ejek.
"Kayanya dia suka tuh sama kamu."
"Ih apasi Tante.. ga mungkin lah."
"Ih kamu ga percaya. Cowok itu kalo suka, dari matanya juga udah keliatan. Percaya deh sama Tante," Ledek Tantenya Raya yang terus menerus, jelas saja Raya risih.
"Tante mah! Udah ah, mending ini martabaknya dimakan, aku mau mandi," Ucap Raya yang segera meninggalkan.
Selesai mandi, Raya berdiam diri di kamarnya dan memakan brownis manis dari pria manis. Raya merasa senang sekali bisa menikmati malam ini, healing yang baik untuknya. Ia sangat lega, rasanya ia selalu ingin melakukan itu.
Menurutnya, walaupun Azran begitu menyebalkan tetapi Azran sangat baik, entah maksudnya apa memperlakukan Raya seperti itu. Padahal tadi ia bilang tidak ingin memecahkan uangnya, tapi itu tidak akan terjadi jika bukan untuk Raya. Entah Azran memang memperlakukan semua orang seperti ini atau karena hal lain.
"Enak bangett, eh iya? Ko dia beliin rasa ini ya? Tau darimana dia Choco Tiramisu Marble kesukaan gue?" Gumam Raya.
Keesokan hari di kelas, Narla menghampiri Raya.
"Cieee yang abis jalan," Ledek Narla.
Narla menanyakan perasaan Raya kepada Azran yang jelas-jelas Raya sama sekali tidak berpikir ke arah sana, Raya hanya berteman. Apalagi ia masih termasuk baru mengenal Azran, jadi soal perasaan ya belum memungkinkan.
"Masa gaada pengiraan sih Ya."
"Gaada. Gue gak mikirin gituan."
Azran menghampiri Raya dan memberikan bulu ayam yang ia ambil dari kemoceng. Bulu itu cukup bagus dengan kilapan warna hijau.
"Nih ya jaga baik-baik, jangan ilang."
"Ih lucuu!"
"Suka ga?"
"Suka."
"Yauda simpen ya."
Raya memainkannya. Bulu itu tak lepas dari tangannya, Raya terlihat sangat menyukainya.
Hari ini jadwal Raya piket, hanya saja ia sedang terburu-buru untuk bekerja, jadi ia hanya mengangkat bangku-bangku di kelas. Saat Raya ingin mengangkat bangku, Azran menghampiri dan melarang Raya untuk mengangkat bangku-bangku itu.
"Gue aja," Ucap Azran sambil mengambil bangku yang ingin Raya angkat.
"Gue yang piket!"
Raya mengangkat bangku yang lainnya. Azran menghampiri dan menatap gadis itu sambil menghela nafasnya. Raya membalasnya dengan tersenyum jahil.
"Gue aja Raya, udah lo duduk. Nanti lo capek, ini berat."
"Lebay, gue kuat kali."
"Bandel, udah ayo lepas bangkunya.. duduk, oke."
Mau tidak mau Raya duduk, menuruti yang Azran katakan.
"Rayaaa piket!" Teriak salah satu teman kelas Raya.
"Gabole sama mas bawel."
"Siapa mas bawel?"
Azran menghampiri tempat duduk Raya, ia berdiri di samping Raya duduk.