Ternyata sulit bagi Azran untuk memusnahkan perasaannya. Semakin ia mencoba untuk melepas, semakin melekat juga rasa itu. Azran hanya bisa memperhatikan Raya dari belakang, ia benar-benar menjaga gadis itu dari jauh.
Namun, hubungan Raya dengan kekasihnya itu tidak berjalan dengan baik. Raya gadis polos yang belum terlalu mengerti itu mendapatkan laki-laki yang tidak baik, sangat tidak baik. Hubungan mereka toxic.
Raya selalu di kekang untuk hal-hal yang tidak masuk akal, Raya selalu salah, masalah kecil yang selalu dibesar-besarkan, bahkan tidak jarang Erga memberikan kata-kata kasar dan makian untuk Raya.
Kabar buruk itu terdengar oleh telinga Azran, ia sangat tidak terima Raya diperlakukan seperti ini. Berkali-kali ia mencoba menasihati dan memarahi Raya untuk tidak menuruti Erga.
Jelas saja! Bagaimana ia rela peri kecilnya yang selama ini berusaha ia hapus air matanya, ia bahagiakan dan selalu ia berikan kelembutan itu seketika di perlakukan seenaknya, sampai berkali-kali Raya mengeluarkan tangisnya di hadapan Azran.
Ingin sekali Azran memeluk tubuh mungil yang hatinya rapuh itu, namun apa daya? Azran menghargai jika ia bukan siapa-siapa untuk Raya, ia menyadari bahwa dirinya tidak berhak melakukan itu.
Sesampainya di mana Narla mengantar Raya pulang, saat itu sudah hampir tengah malam, jadi Narla pun segera pulang setelah mengantar Raya. Semenjak Narla mengetahui Raya sudah memiliki pacar, Narla kembali bersikap seperti semula, seperti biasanya, dan itu membuat Raya lega.
Saat Raya mengeluarkan kunci dan membuka pintu gerbangnya, Erga datang. Pria itu langsung mengambil kunci rumah Raya, Erga marah karena menduga Raya habis pergi dengan Azran..
"Udah selingkuhnya? Puas?" Ucap Erga sambil merenggut kunci dari tangan Raya.
"Apasih! Jelas jelas aku sama cewek, kamu ga liat tadi?" Ucap Raya yang berusaha merebut kuncinya kembali.
"Halah alesan lo! Kaya cewek apaan aja! Ini hukuman buat lo!"
Erga dengan seenaknya langsung pergi membawa kunci rumah Raya. Raya tidak bisa apa-apa, ia sangat kebingungan.
"Heh emang lo siapa bisa kaya gini?! Balikin!" Teriak Raya yang tidak terima. Ia mengejar Erga dan berusaha mengambilnya dengan menarik-narik tangan Erga.
Saat itu, Narla kembali ke Rumah Raya karena ponsel Raya tertinggal di dasbor motornya. Narla melihat kejadian itu dari jarak 3 meter.
"Gue cowok lo! Nurut dong!" Ucap Erga yang tidak disangka ia mendorong Raya hingga terjatuh.
Narla yang melihat itu bergegas menghampiri Raya.
"Ya!!"
"Kunci rumah gue diambil Nar!"
"Hah? Wah brengsek!"
Narla mengejar pria itu, hanya sayang, pria itu sudah tidak terlihat. Narla kembali dan membantu Raya duduk di motornya. Ternyata tangan Raya terluka terkena pecahan keramik yang adatepat di sebelah Raya saat Erga mendorongnya.
"Bener-bener ya tu cowok! Putusin Ya, gue gak mau tau!" Sentak Narla sambil membersihkan luka Raya dengan tissue. Raya sibuk memikirkan harus tidur di mana ia sekarang? Narla tidak bisa membantu karena rumahnya yang sedang di renovasi.
Raya menahan rasa sakit lukanya itu, mungkin itu tidak seberapa dibandingkan yang sudah pernah ia lewati.
"Bentar gue call Azran," Ucap Narla. Sudah tiga kali Narla menelfon tetapi Azran tidak mengangkat.
"Nah diangkat.
Dalam Panggilan
Halo?