🍼Twenty five🍼

14.3K 1.3K 87
                                    

•••

Dua hari berlalu dengan cepat. Tepat dihari ini Nmt akan segera menampilkan penampilan band mereka.

Sorak sorakkan penonton bak menggebu gebu tiap keempat pemuda berjalan. Menapak langkah kaki dengan perasaan campur aduk.

Donghyuck menghembuskan nafasnya normal. Pandangannya mengedar kepenjuru sekitar. Memperhatikan tiap bangunan yg berdiri kokoh. Tentu saja donghyuck kenal ini dimana. Sekolahan renjun.

Yg ternyata event sekolah diadakan di sekolahan lain. Maniknya melirik sela sela kelas yg kini tampak berwarna warni penuh hiasan kerlap kerlip.

Tepat sesaat lagi band mereka akan tampil. Sedikitnya gugup melanda, namun keempat pemuda tampan itu tidak menunjukkan ekspresi apa apa. Mereka sadar, ini pertunjukkan terbesar Nmt untuk pertama kalinya.

Karena bukan hanya disaksikan oleh mereka yg bersangkutan, namun juga melibatkan orang luar. Yg berarti orang tua atau sanak saudara akan melihat penampilan anak anak mereka. Serta mengapresiasi usaha si buah hati.

Donghyuck juga sama. Matanya sedari tadi ikut melirik bangku terdepan. Dimana sudah ada jisung dipelukan doyoung, taeyong, dan juga kakaknya. Keluarganya kompak sekali kemari dan itu sukses membuat donghyuck menatap tak percaya.

Tampak sang mommy melambai lambaikan tangan jisung padanya untuk menarik perhatian. Donghyuck mengangguk saja. Setelahnya kembali memasuki camp untuk menyetel alat musik yg akan dibunyikan.

Yangyang memeriksa mic dengan seksama. Pemuda jerman memutar kepalanya melirik teman teman yg lain. "Kalian siap?"

Jeno mengangguk diikuti juga oleh donghyuck. Namun jaemin tak membalas. Remaja Na tampak menunduk lesu mengundang perhatian tiga lainnya. Donghyuck mendekat lebih dulu. Menepuk pundak sang sahabat, "Jaem.."

Jaemin langsung mengangkat wajahnya. Memberi pemuda itu sebuah senyuman, seraya mengatakan tak ada masalah. Namun berbeda dengan jeno, ia tahu jaemin tidak benar benar dalam keadaan baik.

"Aku ingin beli minum dulu." Donghyuck meletakkan stick drum ketempat semula. Berjalan keluar diikuti yangyang yg juga ingin pergi.

Jeno menatap kepergian teman temannya yg lain. Lalu berjalan menghampiri jaemin yg saat itu juga berubah murung. Jaemin segera mengacak surainya hingga berantakkan.

"Sekedar berbagi cerita tidak akan membuatmu gila, jaem. Aku memang tidak bisa memberi kata kata bijak. Tetapi setidaknya kami bisa membantu memecahkan masalahmu. Kau tidak sendiri. Ada aku, hyuck dan yangyang." Gelagar jeno serius. Tangannya menepuk paha sang sahabat sebelum ikut berlalu keluar camp.

Jaemin terdiam ditempat. Memperhatikan punggung tegap jeno yg mulai menghilang.

"Bagaimana caranya mengatakan pada kalian, bila lusa adalah hari terakhirku disini.."

Pemuda Na mendesah pasrah, "Aku menyerah untuk sebuah penantian, jen."

.
.
.
.

Renjun sedari tadi tidak berhenti mondar mandir. Semenjak kemarin chenle tidak bisa dihubungi, dan itu terasa aneh untuknya. Biasanya pemuda manis itu akan selalu mengabarinya setelah ikatan pertemanan mereka hari lalu.

Menyibak gordeng, renjun mengintip situasi luar yg terlihat ramai. Ia tahu, acara sekolah akan dimulai sebentar lagi. Untuk itu renjun mencoba menghalau perasaan khawatirnya terhadap chenle.

"Mungkinkah lele berhalangan hadir?" Si manis menghembuskan udara lewat mulut. Setelahnya memilih keluar kelas. Ia ingin melihat apa yg event sekolah ini coba tampilkan untuk menarik sedikit perhatiannya.

BABY || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang