🍼Seventeen🍼

11.7K 1.6K 189
                                    

•••

Setibanya dirumah sakit, donghyuck beserta renjun langsung membawa jisung menuju UGD. Memanggil suster ataupun penjaga yg berlalu lalang.

Mereka segera mengambil alih balita tersebut dari pelukan renjun yg membuat jisung sempat rewel. Renjun mencoba menenangkan sang bayi yg terisak dengan setia menggenggam jemari mungilnya. “Mmhaaa...hikss!!

“Hmm?? Ini mama disamping jisungie..”

Jisung menggeleng gelengkan kepalanya menolak. Ia tidak ingin dipisahkan dari renjun. “Nnyooonyoo...huuwaaaa~

Mau tak mau renjun pada akhirnya memilih menemani balita itu kedalam ruangan. Meninggalkan donghyuck seorang diri yg menatap keduanya dengan helaan nafas penat.

Didalam ruangan ugd, renjun masih terus mengelus kepala jisung. Hendak mengatakan bahwa ia bersama sang anak. Meskipun sudah tak serewel tadi namun jisung masih meneteskan air matanya.

Beberapa menit kemudian sang dokter datang dengan membawa alat alat pemeriksaan. Menyunggingkan senyum pada renjun yg terlihat berada disamping si bayi.

Setelah itu sang dokter memeriksa keadaan balita gemuk tersebut. Dari mulai detak jantung, tekanan darah hingga pengecheckkan mata dan sebagainya. Tangan wanita paruh baya itu terangkat mengelus lengan jisung yg entah kenapa menghindari tatapannya. Terbukti bocah gendut itu tak sekalipun menolehkan kepalanya untuk melihat apa yg sedang dokter lakukan pada tubuhnya. Ia hanya menatap renjun yg sama sekali tidak melepaskan tautan tangan mereka.

Dokter yg melihatnya jadi merasa gemas karena tingkah menggemaskan jisung. Lalu obsidian sang ibu dokter jatuh kepada pemuda manis yg sejak tadi terhitung sabar sekali menghadapi sang anak.

“Sepertinya aegi sangat dekat dengan mama, ya? Hahaha...kasian papanya kalau begitu.” Renjun terkekeh menanggapi. Memberi anggukan pada jisung, balita itu mulai mau memutar kepalanya kedepan. Tidak lagi mengunci perhatian kepada sang mama.

Tangan wanita dokter bergerak mengelus pipi bulat jisung yg membuat bocah tersebut berbalik menghadapnya. “Jangan takut. Ibu dokter tidak jahat, yakan mama?”

Mendengar orang lain memanggilnya dengan sebutan mama membuat renjun jadi salah tingkah sendiri. Ia kan masih muda. Memang renjun sudah cocok dipanggil mama?

Senantiasa memandangi jisung yg terlihat tak yakin, renjun mencoba meyakinkan sang bayi dengan penuh perhatian. “Iya. Ibu dokter kan hanya membantu agar jiejie cepat sembuh. Ibu dokter baik, jiejie tidak boleh tidak suka ibu dokter yaa..nanti siapa yg mengobati jiejie bila sakit lagi, hm?”  Ucap renjun dengan sapuan halus dipuncak kepala sang anak.

Mmhaaa...mmhaa mmhaaa??

Renjun tersenyum mendapati bayinya mulai cerewet. Itu berarti balita kecilnya sudah mulai membaik. “Mama tidak bisa menyembuhkan jisungie. Mama hanya bisa memberi susu dan memandikan jiejie, menidurkan, lalu bermain. Jadi bila baby jie badannya panas, datangnya ke ibu dokter, bukan pada mama...”

Ehhmmmm nnyangggg...mmhaa

Bbuuiii ppaaappaaa~

Yg ditanggapi tawa kecil dari renjun dan juga sang dokter.

Sibuk mengeluarkan celotehannya lagi, si dokter dengan cepat mengalihkan perhatian jisung. Mengusap lengan kecil itu sebelum menusukkan jarum suntik untuk menerima vitamin. Namun memang pada kenyataannya rasa sakit tidak bisa dihilangkan, jisung tetap berakhir menangis.

BABY || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang