45 - Waiting for a Miracle

97.9K 8.7K 2.4K
                                    

Happy Reading!

-_-

Mahesa yang baru saja datang dikejutkan oleh Nara yang sudah berada dalam pelukan Gravi. Perempuan itu nampak kembali ketakutan setelah melihat kehadirannya.

"Haha, jadi lo penghianat Nara selama ini, huh? Come on dude, lo harus mati hari ini di tangan gue," kekeh Gravi dengan aura devilnya. Membuat atmosfer sekitar kembali memanas.

Mahesa menelan ludahnya kasar, tak ada yang bisa menyelamatkannya hari ini dari amarah seorang Gravitasi.

"Lo sentuh milik gue, kesayangan gue, dan itu artinya, lo memilih opsi mati Mahesa."

Gravi kembali mendudukkan Nara di kursi yang berada di sudut ruangan bersama Ares dan Damian. Tangan Nara menahan langkah Gravi yang sudah gatal ingin memberikan bogeman mentah kepada Mahesa.

"No, Gravi," larang perempuan itu. Perlahan, Gravi menyingkirkan jemari Nara yang menahan lengannya. Mengusap kecil rambut istrinya, seolah berkata semuanya akan baik-baik saja.

"Dia udah sakitin kamu, Ra. Sebentar aja, tunggu di sini," ucap Gravi lembut.

Tenaga Nara tak sebanding dengan Gravi. Hingga pada detik berikutnya, tubuh Mahesa sudah menghantam meja kayu dengan keras.

Dengan kasar, cowok itu mengusap pelipisnya yang berdarah. Sembari tertatih, Mahesa mencoba kembali berdiri.

"Bangun lo sialan! Lawan gue, sebelum lo bermimpi buat miliki Nara!" gertak Gravi dengan sorot penuh kebencian. Bahkan Damian sekalipun tak mampu menghentikan singa yang tengah mengamuk itu.

Bugh!

Mahesa bergerak memberi satu pukulan kepada Gravi, namun yang terjadi justru dirinya kembali menghantam lantai yang keras.

"Banci," Gravi meludah tepat di tubuh Mahesa. Menginjak pergelangan tangan cowok itu sampai sang empu memekik kesakitan.

"Lo bermain terlalu jauh, dude," bisik Gravi terdengar menyeramkan.

"Gravi, stop! Berhenti buat Nara takut!" bentak Damian menarik Gravi agar menjauh dari Mahesa. Damian juga marah, dia ingin sekali menghabisi Mahesa, namun Damian masih bisa berpikir jernih karena Nara masih ada di sini.

Cowok itu menoleh tepat pada istrinya yang sudah bergetar ketakutan dibalik tubuh Ares.

Gravi mendecih, membiarkan Mahesa hidup hanya karena Nara. Sementara perempuan itu, merasa iba pada kondisi Mahesa yang cukup memprihatinkan.

Sampai suara bass suaminya terdengar menyapa, dan sebuah pelukan hangat menangkup tubuhnya. Nara kembali menangis dalam pelukan Gravi, menumpahkan segala rasa sakitnya di sana.

"Ayo kita cari jalan keluar," ucap Damian.

Gravi kembali menuntun Nara untuk berjalan, menapaki lantai kayu yang sudah usang dan penuh dengan debu.

Nara berbalik, menatap Mahesa yang sudah terbaring lemah di lantai, cowok itu masih setia menatap kepergiannya. Nara kecewa, namun dia masih memiliki rasa kemanusiaan kepada Mahesa.

"Berhenti!" sebuah teriakan nyaring berhasil menghentikan langkah keempat orang itu. Neyza dengan sorot penuh kemarahan menodongkan pistol tepat ke arah Gravi dan Nara.

"Jangan gila Neyza!" pekik Ares panik. Mereka tak berpikir bahwa Neyza akan sampai membawa senjata api seperti itu.

Gadis itu tertawa keras, suaranya menggema memenuhi gedung tua itu. "Gue nggak akan biarin kalian semua keluar dengan keadaan hidup. Gravi or Nara yang bakal mati hari ini, hm?" tantang Neyza dengan senyum liciknya.

GRAVITASI : BAD HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang