40 - Trying to make peace

91.4K 8.5K 2.2K
                                    

Happy Reading!

-_-

Selepas mendapat telfon dari Bi Sumi bahwa Gaver masuk rumah sakit. Nara segera menyeret Gravi untuk ikut bersamanya, walau awalnya cowok itu sangat menolak.

Disinilah mereka sekarang, koridor ICU yang kini mengalami perlonjakan pengunjung. Terlihat Bi Sumi bersama beberapa asisten Gaver menunggu dengan raut wajah khawatir.

"Selamat pagi, Tuan muda," sapa Jovan saat menyadari kedatangan Gravi dan Nara. Pria itu mempersilahkan sang perempuan untuk duduk di kursi tunggu.

"Om, gimana keadaan Papa?" tanya Nara pada pria dengan jas formal yang merupakan asisten pribadi Gaver.

"Tekanan darah tuan naik, Nona. Beliau hampir saja pingsan saat akan berangkat ke kantor," ungkap Jovan.

Gravi sendiri memilih bungkam dengan pikiran yang beradu argumen. Menyadari keterdiaman Gravi membuat Nara menangkup tangan kekar itu, mengusapnya untuk memberi ketenangan seperti biasanya.

Tak lama pintu ruang ICU terbuka, nampak Gaver yang tengah dibawa oleh perawat untuk dipindahkan ke ruang inap.

"Gravi, bisa bicara sebentar?" tanya Dokter Sila pada Gravi.

Cowok itu menoleh sekilas pada Nara, setelah istrinya memberi anggukan, Gravi pun menyetujui ajakan Dokter Sila.

"Saya boleh ikut kan Dok?" tanya Nara meminta izin.

"Tentu, silahkan."

🦅🦅

Di ruangan pribadi Dokter Sila, kedua anak adam itu dihadapkan pada berkas cek kesehatan milik Gaver.

"Tekanan darah Pak Gaver naik karena faktor kelelahan, dan pola hidup yang tidak sehat. Apakah beliau masih mengkonsumsi alkohol dan rokok, Gra?" tanya Dokter Sila.

"Saya tidak tahu," jawab Gravi jujur. Karena memang dia tak mengetahui apapun tentang kehidupan Gaver. Sejauh itu, hubungannya dengan sang Papa.

Dokter Sila nampak menghela nafas, mengingat hubungan Gaver dan Gravi yang memang tidak akrab sedari dulu.

"Lalu, apa yang harus kami lakukan Dok?" Nara angkat bicara, melihat Gravi yang sepertinya memang tidak minat dalam pembicaraan ini.

"Alangkah baiknya Pak Gaver beristirahat total selama beberapa hari ini. Dan kamu harus menjaga pola makannya, jangan sampai beliau stres lagi," balas wanita paruh baya itu.

Genggaman tangan Nara semakin erat, perempuan itu tahu Gravi benci Papanya, namun ada rasa bersalah bahwa dia gagal menjadi putra saat melihat sang Papa terbaring lemah di rumah sakit seperti saat ini.

"Saya tahu kamu dan Pak Gaver memiliki hubungan yang tidak baik. Tapi, menurut saya kamu harus berbicara dengan beliau, jangan sampai terlambat," pesan Dokter Sila terdengar serius.

Gravi menundukkan kepalanya merasa bimbang. Luka yang pernah ditorehkan sang Papa sebenarnya belum kering dengan benar. Kebencian yang Gaver tanamkan, belum bisa Gravi maafkan sampai detik ini.

Walau begitu, bagaimanapun hubungan seorang anak dan Ayah tidak bisa terus seperti ini sampai esok.

Sebelum semuanya itu terlambat, dan Gravi menyesali apa yang telah dia lakukan.

"Terimakasih Dokter, boleh kami menemui Papa di ruang inapnya?" Nara meminta izin dan mendapat persetujuan dari Dokter Sila.

Setelah keluar dari ruangan Dokter itu, Nara segera menyeret Gravi ke koridor yang cukup sepi.

GRAVITASI : BAD HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang