Happy Reading!
-_-
Gravi merasakan tangannya yang pegal karena menjadi bantalan Nara tidur selama semalam. Cowok itu bergeser pelan agar tak membuat Nara terbangun.
Masih pukul empat pagi, Gravi beranjak untuk mencuci wajahnya dan mengambil air wudhu.
Gravi tentu masih ingat dengan tuhannya, apalagi ada Nara yang selalu mengingatkannya akan kewajiban.
Setelah keluar dari kamar mandi, Gravi kembali ke ranjang. Mengusap pelan rambut Nara berusaha untuk membangunkannya.
"Ra.. bangun yuk," panggil cowok itu lembut.
Nara menggeliat kecil. Kelopak matanya perlahan terbuka, dan disuguhi pemandangan wajah Gravi, dengan helaian rambut yang menjuntai menambah kesal cool.
"Nnghh.. Masih ngantuk," gumam Nara sembari membalikkan badannya, memunggungi Gravi.
Gravi berdecak malas melihat istrinya itu, entah kenapa akhir-akhir ini Nara menjadi susah bangun pagi.
Tanpa aba-aba cowok itu segera mengangkat tubuh mungil Nara dan membawanya ke kamar mandi.
"Gravi!" pekik Nara kaget saat tubuhnya melayang begitu saja. Nara melingkarkan tangannya di leher Gravi supaya tidak jatuh.
Gravi terkekeh kecil melihat wajah sayu Nara dan rambutnya yang berantakan.
"Bayinya nggak akan kegencet kalau digendong gini kan?" tanya Gravi begitu sadar dia membawa Nara seperti koala.
"Nggak akan Gra, kan perut aku belum besar banget," balas Nara.
Gravi mendudukkan Nara di westafel, menyalakan kran dan mulai membasuh wajah istrinya.
"Mata lo cantik, gue suka," gumam Gravi tanpa sadar.
Nara nyaris tersedak ludahnya sendiri kala mendengar kalimat itu. Mulutnya terbuka kecil dan pandangan tak percaya ke arah Gravi.
"Apaansih Gra, gombal mulu," sinis Nara sembari memalingkan wajahnya, menyembunyikan rona merah pada pipinya.
"Lucu banget istri gue, buruan ambil air wudhu gih, apa perlu gue bantuin?" tawar Gravi sembari menggerling nakal.
Bibir Nara mengerucut sebal, dengan penuh kekesalan perempuan itu menendang tubuh Gravi.
"Jauh-jauh sana, dasar suami mesum!"
🦅🦅
Selesai melaksanakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim, Nara memilih untuk merapikan tempat tidur. Hari masih terlalu pagi untuk bersiap-siap ke sekolah.
"Gra, kayanya aku harus segera berhenti sekolah," ucapan Nara membuat aktivitas menyapu Gravi menjadi terhenti. Ada siratan sedih yang Nara berikan kala dia melontarkan kalimat itu.
Cowok itu meletakkan sapunya, lalu memeluk Nara yang masih diam termenung. "Maafin gue udah buat lo kaya gini Ra," sesalnya sembari mengusap punggung Nara.
"Nggak papa, Gra. Lagian semuanya udah terjadi, aku harus segera berhenti sebelum semua orang tahu kalau aku hamil," ucapnya menenangkan.
Ada sebuah rasa sesak yang hinggap di hati Gravi. Dia tahu, dialah yang menyebabkan semua kekacauan ini, namun Gravi tak tahu harus menebusnya dengan cara apa.
"Gue bakal cari guru buat home schooling lo. Lo nggak boleh sakit lagi, Ra. Lo harus bahagia, harus," bisik Gravi, namun terdengar penuh penegasan.
Nara mengangguk kecil dalam pelukan Gravi. Dapat perempuan itu rasakan bahunya mulai basah, dan punggung Gravi mulai bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITASI : BAD HUSBAND [END]
Teen FictionLove and Revenge Hamil seorang anak dari pembully-nya sendiri? Hidup Kanara Audrey Valentiorus yang awalnya baik-baik saja tiba-tiba hancur saat dirinya berurusan dengan Gravitasi. Gravitasi Caesar Leonides, si 'iblis tampan' yang menderita DID (Dis...