1. Awal

2K 157 4
                                    

⚠️

Terdapat adegan tidak terpuji, yang tidak patut ditiru untuk pelajar.














"Kau pembunuh!"

Nampak seorang gadis dengan badan berlumuran darah mendekati Chaeyoung. Wajah gadis itu sangat menyeramkan dengan darah yang mengalir dari matanya. Chaeyoung ingin sekali berlari, jika tubuhnya dapat dia gerakkan.

"Ampun Jeong Chaeyeon, tolong maafkan aku. Aku memang bersalah," Chaeyoung berkata dengan lirih dan bergetar.

Gadis bernama Chaeyeon itu terus menyeringai, melangkah mendekati Chaeyoung lalu mencengkeram leher Chaeyoung dengan kuku tajamnya. Seringaiannya nampak menyeramkan, membuat Chaeyoung bergidik ngeri.

"Kau harus mati, Park Chaeyoung. Aku akan membawamu ke neraka! HAHAHA!"

"TIDAK!"

Chaeyoung terbangun dari tidurnya, keringat membasahi pelipisnya, dia memegangi lehernya untuk mengecek apakah terluka atau tidak. Ketika tidak terdapat luka di badannya, dia menatap sekeliling lalu bernafas lega saat mendapati dirinya masih berada di dalam selnya dan teman satu selnya masih berada disini.

Ah, mimpi buruk lagi. Mimpi buruk yang setiap hari datang menghantuinya. Mimpi yang akan menemaninya seumur hidup karena dosa di masa lalunya. Chaeyoung menerima itu semua, karena dia pantas menerimanya. Dia memang jahat, dan pantas dihukum. Jika mati adalah hukuman untuknya, dia dengan sukarela menerimanya.

"Mimpi buruk lagi?"

Chaeyoung mengangguk lemah menanggapi pertanyaan dari Sunmi, teman satu selnya yang telah dia anggap sebagai bibinya sendiri.

"Lebih baik kau segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk menjahit."

Chaeyoung menggangguk lagi, merapikan selimutnya dan bersiap menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sudah hampir 5 tahun dia mendekam disini. Tak terasa sebentar lagi dia akan menghirup udara kebebasan.

Entahlah, tak ada rasa bahagia dari dirinya. Kebebasan memang akan dia rasakan, akan tetapi rasa bersalahnya akan tetap menggerayanginya seumur hidup. Satu-satunya kebebasan yang dia inginkan adalah mati—jiwanya memang sudah lama mati. Dia ingin bebas dari rasa bersalah yang menyiksa batinnya, tolong siapapun bunuh Chaeyoung.

***

"Hei matikan rokokmu Chaeyoung, sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai."

Chaeyoung menggerutu sebal, menginjak rokoknya yang sudah tinggal setengah itu. Mengeluarkan kotak riasan dari tasnya, lalu melihat pantulan dirinya di cermin. Dirasa wajahnya sudah cantik, dia memasukkan lagi kotak riasan tersebut di dalam tasnya.

Chaeyoung bergerak menuju kelasnya dengan malas, mengambil tempat duduknya dan mendaratkan kepalanya di meja. Tak berselang lama, nampak wali kelasnya datang. Donghae mengetuk papan tulis untuk mengalihkan perhatian murid di kelasnya.

Donghae mempersilahkan murid baru tersebut untuk mengenalkan dirinya. Dengan malu, gadis tersebut mengenalkan diri dan menyapa kelas barunya.

"Hai, perkenalkan nama saya Jeong Chaeyeon."

Suara lembut itu mengalihkan perhatian Chaeyoung. Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat rupa murid baru tersebut. Dipandanginya dari ujung rambut hingga kaki yang membuatnya tersenyum penuh arti. Barang bermerk mahal yang menghiasi tubuhnya, suara yang lembut, wajah yang cantik, ah sudah pasti gadis tersebut bukan berasal dari keluarga sembarangan. Sungguh target yang sangat tepat untuk dijadikan hiburan, karena dia bosan dengan mainan lamanya.

Waktu belajar terus berlanjut seperti biasa hingga bel istirahat berbunyi. Chaeyoung bergegas menuju kantin untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Matanya memandang area makan tersebut yang membuat murid lain hanya menunduk tak ingin berurusan dengan Chaeyoung dan kawannya. Chaeyoung mendudukkan dirinya di tempat makan yang sudah dia klaim sebagai miliknya. Mengetukkan sepatunya dengan muka yang tidak senang.

"Dimana gadis miskin itu? Kenapa dia belum membawakan makanan untukku."

Yena, sahabat dekat Chaeyoung mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia bosan mengantarkan makanan padamu." Ucapnya acuh sambil berkaca dan memainkan rambutnya.

Chaeyoung menggeram kesal, "sialan! Sudah kuberi kesempatan malah menipuku."

Perhatiannya teralihkan ketika melihat seorang gadis berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Gadis itu terus menundukkan kepalanya serta air mata terus mengalir dari matanya.

"Chaeyoung, m-maaf aku terlambat mengantarkan makananmu. Sungguh aku tidak sengaja," ucap Minji jujur. Suaranya sampai bergetar karena takut.

Chaeyoung mencengkram rahang Minji dengan kuat. Matanya menelusuri wajah Minji, melihat adakah kebohongan yang tersimpan di wajahnya. Sontak mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh murid yang ada disitu. Murid-murid itu menanti apa yang akan dilakukan Chaeyoung terhadap Minji.

"Kim Minji, kau seharusnya tahu kalau tugasmu adalah membawakan makanan untukku disini. Apakah kau lebih memilih berurusan dengan siswi tua kelas tiga itu?"

Minji menggelengkan kepalanya, "tidak Chaeyoung. Aku tidak mau."

Chaeyoung tersenyum, senyumannya nampak menyeramkan dimata Minji. Jari lentiknya sudah tidak mencengkram rahang Minji, namun mengelusnya dengan pelan. "Kalau begitu cepat ambilkan makananku, dan segera menyingkir dariku."

Minji mengangguk patuh, dia berjalan dengan cepat menuju tempat pengambilan makan. Memilih makanan yang sekiranya disukai oleh Chaeyoung. Minji menuju meja dimana Chaeyoung sudah menunggunya, meletakkan nampan dengan hati-hati dan bergegas pergi.

"Hei Kim Minji, ambil makananmu juga dan segera makan. Aku tidak mau menjadi tersangka kalau kau mati kelaparan."

Minji mengangguk dan melenggang pergi untuk mengambil makanannya sendiri. Semua pasang mata yang memperhatikan adegan tadi sontak beralih kearah makanan mereka masing-masing, tak ingin ikut campur dengan urusan Minji. Kecuali satu mata, yang masih setia memperhatikan langkah Minji mengambil makanannya dan duduk sendirian menikmati makan siangnya.

Chaeyeon memandang Minji dengan iba. Entah apa kesalahan yang telah dibuat Minji terhadap Chaeyoung, tetapi tidak seharusnya sesama teman berbuat seperti itu bukan? Dan lagi, kenapa semua orang disini nampak tidak peduli? Kenapa mereka bertingkah seolah kejadian tadi merupakan hal biasa yang terjadi di sekolah ini?

Ah banyak sekali pertanyaan yang berada di dalam otak Chaeyeon. Sebaiknya esok dia bertanya langsung saja kepada Minji. Siapa tahu mereka bisa berteman. Chaeyeon tidak yakin dirinya bisa berteman dengan murid lain disini, apalagi ketika dirinya disuguhkan dengan hal yang tidak terduga tadi. Padahal, sekolah tempatnya belajar ini merupakan sekolah elit yang diisi oleh anak konglomerat dan orang tua yang berpengaruh di media. Tetapi mengapa kesan pertama yang dia dapatkan sangat buruk?

Bersambung.
















Tes dulu, gak peduli ada yang baca atau nggak yang penting nulis (kalo inget) 😭🙏🏻

Out of Time [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang