⚠️
Part ini mengandung adegan melukai diri sendiri. Dimohon kebijakannya untuk pembaca agar tidak meniru adegan tersebut.
Sudah lewat berapa waktu semenjak kejadian buruk itu terlewati, entah Chaeyoung bahkan lupa kapan kejadian itu terjadi. Chaeyoung bahkan sudah merelakannya. Jangan tanya tentang perkembangan hubungan suami istri—mereka masih bisa disebut pasangan, kan?
Semakin buruk, Chaeyoung memang menurut untuk sekadar menelan makanan dan sesekali menonton televisi. Namun dirinya masih sangat membenci Jaehyun, tidak pernah sekalipun dia membalas ucapan Jaehyun. Iya dia mendiaminya, bukankah itu bagus. Pria itu juga tidak merasa keberatan, jadi mereka impas. Hatinya masih tergelitik untuk mengakhiri nyawanya. Jika kalian menganggap Chaeyoung adalah pecundang, iya memang benar. Dirinya memang pecundang karena menginginkan jalan pintas dan berlari dari kenyataan. Dan hari ini adalah hari yang tepat. Tuhan, maafkanlah Chaeyoung, yang sudah menyerah untuk hidup lebih baik.
Penthouse luas ini nampak sepi, jelas karena hanya dihuni oleh dua orang saja. Jaehyun hanya mempekerjakan orang untuk membersihkan dan memasak di rumah ini. Dan mereka tinggal di lantai bawah gedung ini. Entah berapa kekayaan pria ini, Chaeyoung tidak peduli. Kini dia berjalan menuju dapur, mencari dimana pisau berada. Dan kini sebuah pisau sudah berada di genggaman tangannya. Dengan tarikan panjang nafasnya, Chaeyoung menyayat pergelangan tangannya. Darah nampak jelas mengalir deras dari tangan kurus miliknya. Sakit, sangat sakit. Rasanya seperti nyawanya mengalir keluar dari tubuhnya.
Tubuhnya limbung, kehilangan kekuatan untuk menopangnya berdiri. Meringis menahan sakit yang menjalar di pergelangan tangannya. Lambat laun, pandangannya menjadi buram, matanya tak kuat lagi terbuka. Chaeyoung kehilangan kesadarannya. Tidak menyadari lagi teriakan histeris pekerja yang menghampiri dirinya.
Maaf, maafkan aku. Ibu, Jisung, Bibi Sunmi, Seyoung. Aku sudah kalah, selamat tinggal.
***
Jaehyun memandangi istrinya yang terbaring lemah di Rumah Sakit. Beruntung nyawa Chaeyoung masih bisa diselamatkan, meski kehilangan banyak darah. Sejak awal Chaeyoung memasuki dapur, dia sudah mengamati gerak-gerik wanita ini melalui kamera pengawas. Dan tanpa di duga, Chaeyoung nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Jaehyun yang masih berada di kantor tentu dengan cepat menghubungi pekerja di gedung miliknya, dan menghubungi ambulans. Sedetik saja terlewat, mungkin dirinya akan kehilangan Chaeyoung. Jaehyun yang seperti sedang kesetanan langsung meluncur menuju Rumah Sakit tempat Chaeyoung di rawat. Penampilannya nampak kacau, jiwa dan batinnya sedang kacau.
Tentu Jaehyun ingat sekali bagaimana rasanya kehilangan orang yang mengakhiri nyawanya sendiri. Dan Jaehyun tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Pikirannya melayang dengan pernyataan dokter yang telah merawat Chaeyoung.
"Tuan Jaehyun, keadaan istri anda sangat lemah. Nyonya Chaeyoung kehilangan banyak darah, namun sekarang keadaannya sudah stabil. Luka di pergelangan tangannya juga sudah kami tangani."
Pria berumur yang menggunakan kaca mata itu menarik nafas panjang. "Tuan Jeong, saya juga akan menyampaikan satu keajaiban lagi. Kami juga tidak dapat menjelaskannya, namun bayi kecil anda sangatlah kuat. Usianya masih 3 minggu, dan sepertinya bayi anda sangat bersemangat untuk melihat dunia, sehingga dia melindungi Nyonya Chaeyoung dari kematian."

KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Time [Tamat]
RomancePark Chaeyoung yang harus mendekam di penjara karena merundung teman sekelasnya, yang menyebabkan temannya mengakhiri hidupnya. Disaat angin kebebasam akan menyambutnya, Jeong Jaehyun datang untuk meminta bayaran kepada Chaeyoung atas kematian adik...