Sembilan

1.6K 127 19
                                    

Semiran angin terasa sejuk dengan suasana sepi dan hening di sebuah pemakaman begitu damai tanpa gangguan sedikitpun.

Seorang pria dengan pakaian hitam lengkap dengan topi dan juga kaca mata hitam, Berdiri dengan sebuah buket bunga di tangannya. Menunduk, menatap sebuah makam kecil didepannya dengan sendu.

"Aku kembali"

Pria itu tersenyum sendu menatap batu nisan yang masih terlihat bagus walaupun sudah bertahun-tahun. Sejak lima tahun lalu, Dirinya akan selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung kesini.

"Sudah berapa lama kau pergi? 21 tahun atau 23tahun? Haha, entahlah, aku lupa menanyakan itu pada ibumu"Tawanya terdengar begitu hambar.

"Aku tidak tau dirimu, bahkan aku belum pernah bertemu denganmu. Tapi, rasanya aku begitu menyayangimu"Kini dirinya berjongkok di samping makam itu.

"Aku sangat mencintai ibumu, sangat-sangat mencintai ibumu hingga aku tidak peduli bagaimanapun keadaannya... Aku jatuh cinta bukan karna kecantikan ibumu, aku sendiri juga tidak mengerti mengapa aku mencintai ibumu dan memiliki rasa untuk menjaga ibumu melebihi aku menjaga nyawaku sendiri "Pria itu tersenyum tipis.

"Keadaan ibumu masih belum stabil, aku belum bisa membawanya keluar dari neraka yang telah dia buat"Mata pria itu berkaca-kaca ketika mengingat wajah seseorang.

"Dan satu hal yang akhir-akhir ini mengganggu fikiranku-"Jedanya sebentar, "Tentang kematianmu"Lanjutnya.

"Entah kenapa aku merasa jika kau belum tiada, padahal kita tidak memiliki ikatan apapun. Aku juga tidak tau mengapa aku bisa ikut merasakan apa yang ibumu rasakan tentang dirimu yang masih hidup"Wajahnya terlihat begitu serius menatap kearah makam.

"Benarkah kau yang berada di bawa tanah ini? Atau orang lain yang menggatikanmu"Suasana yang begitu hening membuatnya sedikit merinding.

"Jika memang benar kau belum tiada, aku berharap pada tuhan agar membuatmu cepat-cepat bertemu dengan ibumu-" jedanya, "Tapi jika nyatanya kau memang sudah berada di samping tuhan, bisakah kau meminta pada tuhan agar memberiku kekuatan untuk menjaga ibumu menjadi pendamping hidupku"Dirinya kini bangkit dan membersihkan sedikit tanah yang menempel di celananya.

"Tunggulah sebentar lagi, tunggu hingga keadaan ibumu kembali stabil, baru setelah itu aku bisa mencari tau semuanya... tentang kematianmu dan alasan mengapa dia mengirim ibumu kedalam neraka itu"

"Doakan aku, dan berilah restu pada calon ayahmu ini hehe"Pria itu tertawa karna merasa lucu dengan apa yang dirinya ucapkan.

"Aku pergi dulu oke... karna aku merasa kau belum tiada, aku akan berdoa untuk keselamatan untukmu dimana pun kau berada"

"Aku akan kembali lagi setelah aku tau tentang semua hal ini, doakan calon ayahmu yang paling tampan ini oke hehe"

Kakinya perlahan jalan menjauh dari makam itu. Memikirkan cara untuk membuat hal yang sedang dia cari tau agar cepat terbongkar. Sudah betahun-tahun terlewati tapi masih belum ada titik terang tentang apapun. Tapi dirinya memiliki satu hal yang sedang dia yakini hingga membuatnya mengambil langkah untuk mencari tau semua hal yang terjadi pada seseorang yang dia cintai.









.....









"Ughhh"Lengkuhan terdengar dari bibir mungil Rain yang baru saja bangun dari pingsannya. Iya pingsan.

Phayu benar-benar menggempur Rain hingga rasanya lubang Rain terasa mati rasa. Phayu yang di selimuti rasa cemburu membuatnya tidak mengampuni Rain sedikitpun. Terus menggempur lubangnya bahkan ketika Rain pingsan.

J A L A N G (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang