"Apa kau hamil Rain?"Tanya Phayu dengan harap.
"Aku... positif Phi"Rain menyodorkan testpack pada Phayu. Si tampan itu melihat dengan jelas jika ada dua garis biru yang menandakan jika Rain benar-benar hamil.
Senyum di bibirnya mengembang melihat itu. Bohong jika Phayu bilang dia tidak bahagia, nyatanya perasaan bahagia, terharu, dan senang, semua menjadi satu. Phayu tidak bisa mengutarakan bagaimana isi hatinya saat ini.
"Hiks"
Phayu menoleh dan terkejut mendapati Rain yang menunduk dengan suara tangisan yang terdengar.
"Kenapa kau menangis Rain?"Tanya Phayu panik. Rain masih menundukkan kepalanya.
"Hiks, ak-aku harus apa Phi, bagaimana jika orang tua ku tau, mereka pasti akan kecewa ketika tau anak mereka mengandung anak dari suami orang hiks, Phi"Tangisan Rain semakin deras. Phayu buru-buru menenangkan si calon ibu.
"Nasib anakku akan bagaimana Phi? Dia akan di kenal sebagai anak dari hasil perselingkuhan hiks, apa aku jahat Phi?"Rain mendongak menatap Phayu yang sedang memeluknya.
"Jangan menangis Rain, Phi mohon jangan menangis"Phayu mengecup sayang kening si manis, lalu kembali memeluk tubuh kecil itu. Mengelus punggung Rain agar si manis kembali tenang.
"A-apa yang harus aku katakan pada orang tua ku Phi? Bagaimana jika mereka kecewa? Hiks, aku... aku harus apa hiks" Phayu memejamkan matanya. Perasaan bersalah tiba tiba bersarang di hatinya.
"Maafkan Phi, maaf karna membuatmu berada di posisi seperti ini"Dengan pelan Phayu mendudukan si manis di atas pangkuannya.
Rain hanya diam dengan tangis yang masih terdengar. Phayu sendiri hanya bisa mengelus punggung sempit Rain dan terus mengecup kepalanya. Dirinya juga ikut membayangkan bagaimana dengan reaksi kedua orang tuanya jika mereka tau kalo Phayu menghamili sekertarisnya di saat Phayu memiliki istri.
Tapi Phayu juga tidak munafik jika dia begitu senang ketika mengetahui jika Rain sedang mengandung darah dagingnya. Salah satu keinginan Phayu yang tidak pernah bisa Ple wujudkan, justru di buat menjadi kenyataan berkat si manis.
15 menit akhirnya suara tangisan Rain tidak terdengar lagi. Phayu menunduk, melihat kearah Rain yang juga menatap dirinya dengan tatapan, errrr..... takut?
Tidak, Phayu benar benar tak mengerti dengan arti tatapan Rain.
"Apa Phi akan meninggalkan Rain?"Satu pertanyaan yang tidak mungkin Phayu lakukan. Bagaimana bisa Phayu meninggalkan Rain di saat si mania itu bagaikan hidupnya, nyawanya, mataharinya. Phayu lebih menyayangi Rain di banding dirinya sendiri.
phayu menangkup kedua pipi Rain dengan lembut, mengecup singkat bibir si manis sebelum menatap matanya dengan dengan serius.
"Aku tidak akan berjanji padamu, aku takut akan mengingkari kembali janjiku... tapi akan aku pastikan jika aku tidak akan pergi kemanapun selama masa kehamilanmu, aku akan selalu ada di sampingmu selam 24jam"Ucap Phayu panjang lebar.
"Dan soal orang tuamu, aku yang akan berbicara pada mereka, jangan takut aku akan pergi meninggalkanmu, hidupku adalah milikmu, kau berhak atas diriku mulai hari ini"Perasaan Rain sedikit lega, ya hanya sedikit. masih banyak rasa takut di hatinya.
"Apa anakku akan lahir tanpa status Phi?"Tanya Rain khawatir.
"Tentu tidak, setelah aku memberi tahu kedua orangtua kita, aku akan segera menikahi mu"
"Tapi aku tidak mau menjadi yang kedua Phi!"Kesal Rain dengan tangan yang memukul bahu Phayu.
"Siapa yang bilang jika kau menjadi yang kedua hmm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
J A L A N G (On Going)
RandomDisaat pernikahan sudah terasa hampa, sang istri juga semakin sibuk dengan pekerjaan dan tidak bisa memberinya momongan. Phayu mulai tertarik dengan sekertaris sekaligus juniornya di jaman kuliah dulu. Diam-diam keduanya memiliki hubungan spesial ta...