Thirty Eight [Revisi]

3.4K 115 2
                                        

038.

《》

"Erlang!"

Tak ada sahutan Ivy dapati. Ternyata oh ternyata sang suami tengah tertidur di kamar mereka, berbagai macam buku berserakan di atas ranjang dengan layar ponsel yang menyala menampilkan sebuah video lucu. Di depan sana televisi sedang menyala. Ivy terkekeh, ia melepas blazernya lalu mengikat rambutnya.

Setelah berkelahi tubuhnya penuh dengan keringat. Ia mengambil handuk dan baju ganti lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Mendengar gemericik air, Erlang terbangun. Lamat-lamat ia pandangi pintu kamar mandi lalu beralih ke blazer yang sudah ditaruh rapi di gantungannya. Istrinya sudah pulang, senyum mengembang sempurna.

Pintu terbuka menampakan Ivy dengan dress casual bermotif bunga-bunga. 

"Lho, kok bangun?" tanya Ivy.

"Kangeeen," rengek Erlang merentangkan tangannya.

Ivy naik ke ranjang lalu membawa suaminya ke pelukannya, dielus rambut hitam itu dengan sayang.

"Udah makan?"

Erlang mengangguk, "Erlang makan masakan tadi pagi kok."

"Obatnya udah di minum apa belum?"

Erlang mengangguk antusias. Ia memeluk erat tubuh istrinya yang sangat wangi apalagi ia sudah mandi membuat dirinya tak ingin melepaskan Ivy barang sedetik saja. Tangan Ivy tak bisa diam saja, dielusnya punggung polos sang suami. Memang kebiasaan Erlang yang jika tidur tak suka memakai atasan.

"Sweetie~" kembali lagi Erlang merengek.

"Hm," dehem Ivy singkat sambil memejamkan matanya.

"Besok aku boleh sekolah?" Tanya Erlang hati-hati.

Ivy yang semula ingin tidur membuka matanya dan melayangkan tatapan tajam yang tentu saja membuat Erlang mengalihkan tatapannya dan memilih menduselkan wajahnya di dada sang istri. Ia yang kejam dan tak berperasaan kini tengah menciut di hadapan gadisnya.

"Cuman saran, sayang," gumamnya yang masih terdengar di telinga Ivy.

Ivy menghela napas sebentar, "Emang ngebosenin banget ya di rumah sendirian, hm?"

'Anjirr, hm-nya ngajak nikah. Eh tapi kan udah nikah,' batin Erlang yang baper dengan deheman Ivy yang berdamage.

"Iya," jawab Erlang yang benar adanya.

Jika ada Ivy, ia tak akan merasa bosan. "Tangannya masih sakit atau gak?"

"Udah mendingan, kalau kerja yang berat-berat belum bisa."

"Emm... dipikir-pikir dulu," ujar Ivy pada akhirnya.

"Iihh, sweetie. Ayolah, mau sama sweetie. Kalo di rumah aku kesepian, ya ya ya," bujuk rayu Erlang lakukan demi bisa bersekolah dan selalu berada di sisi sang istri.

Ivy yang tak tahan lagi langsung mengiyakan saja, dari pada kasihan suaminya kesepian di rumah. Tapi, ia juga tak bisa menjamin keadaan sang suami di luar nanti.

Sudahlah, ia akan siap siaga selalu di samping Erlang dan selalu memastikan keamanan cowok jakun kesayangannya itu.

"Sweetie, aku bisa nulis pakai tangan kiri selain tangan kanan jadi jangan khawatir," ucap Erlang yang kasihan Ivy selalu mengerjakan tugasnya.

"Beneran bisa?" tanya Ivy tak percaya.

"Iya," jawab Erlang.

"Yaudah, selamat tidur sayangnya Ivy," Ivy mengecup sebentar dahi Erlang.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang