S03

1.2K 96 2
                                    

Kuea merapikan pakaiannya dan berjalan masuk kedalam mansion dengan lian.

Didalam mansion kuea merasa sangat takjub dengan mansion itu hingga mulutnya pun setengah menganga.

"Tuan lian anda datang. Akan saya panggilkan nyonya segera." ujar salah satu pembantu disana.

Lian pun berjalan kearah ruang tamu namun ketika dia akan duduk dia melihat kuea masih berdiri didepan pintu dengan mulut yang sedikit menganga.

Lian tertawa kecil melihat itu.
'Dia sungguh polos dan lucu.'
Lian pun menghampiri kuea dan menepuk bahunya.

"Hey, sadarlah dan ikuti aku." ujar lian dan menggenggam tangan kuea dan membawanya ke kursi tamu.

Namun lian tidak sadar kalau mae sudah ada disana dan melihat itu.

"Lian, siapa dia?"

Lian terkejut dengan suara mae dan juga keadaan dia yang sedang menggenggam tangan kuea.

Kuea pun terpana melihat ibu lian.
'Dia sangat cantik. Dia tidak seperti ibu phi lian tapi seperti kakaknya phi lian.' ujar kuea dalam hati.

"Dia kekasihku mae." ujar lian gugup.

"Apa kekasihmu? Apa kau tidak salah." tanya mae.

"Iya mae, maafkan lian. Ini adalah alasan lian tidak mau menikah. Karena lian menyukai sesama jenis."

Mae melihat kuea atas dan bawah.
Kuea hanya diam dengan kedua tangannya terkepal didepan perutnya.

"Kenalkan ini kuea, kekasih lian." ujar lian.

"Sawadikhap nyonya, salam kenal, nama saya kuea."

"Sawadikhap. Lian kau yakin dia kekasihmu?"

"Tentu saja mae."

"Nyonya, mohon maaf tapi Anda sangat cantik sekali seperti bidadari. Ingin sekali saya memanggil anda mae, bolehkah?"

Lian dan mae sama2 terkejut dengan kata2 kuea. Dan mae pun tersenyum.

'Ada apa dengan anak ini?' pikir lian.

"Tentu saja boleh, sayang. Kau adalah calon istri anakku."
Sekarang giliran lian dan kuea yang terkejut dengan kata2 mae.

"Apa mae, calon istri?" teriak lian.
Namun kuea hanya membelalakkan matanya mendengar ucapan mae.

"Kuea memang kekasih lian tapi menikahi kuea, lian belum siap mae."

"Sudah mae bilang sejak awal kalau mae ingin kau menikah. Mae juga tidak pernah bilang kalau kau harus menikah dengan seorang wanita. Lagipula mae menyukai kuea. Dia manis dan lucu." ujar mae sambil tersenyum menatap pada kuea yang masih melamun.

Lian mengutuk dirinya sendiri dalam hati. 'Mati aku.' pikir lian.

Sementara kuea bingung akan bilang apa. Jika dia bilang kalau dia bukan kekasih lian maka uangnya akan hilang dan jika dia diam saja mungkin dia akan berakhir menjadi istri seorang pria yang dia tidak kenal.

"Tapi mae, pernikahan sesama jenis masih tidak sah dinegara kita, bagaimana kami bisa menikah?" ujar lian gugup.

"Lian, mae ingin kamu menikah bukan untuk mencari status ataupun keturunan. Mae ingin kamu menikah agar kau lebih mapan dan dewasa. Dengan menikah, seseorang bisa belajar lebih bertanggung jawab. Kalian harus menikah atau setidaknya tinggal bersama dulu. Bagaimana?"

Lian dan kuea saling pandang dengan wajah bingung.

"Kami akan bicarakan ini dulu, mae." ujar lian menunduk dan mae pun tersenyum.

"Baiklah aku beri waktu kalian sampai besok. Beri mae jawabannya besok. Atau mae akan menghubungi semua rekan2 mae yang mempunyai anak untuk kau pilih. Bukankah tinggal bersama dengan yang kau cintai lebih baik daripada dengan orang asing yang mae akan kenalkan padamu. Bicarakanlah kalian berdua." ujar mae dan pergi dari sana.

Lian dan kuea akhirnya masuk ke mobil dan keduanya terdiam dan bingung. Lian tidak menyangka kalau masalah ini akan semakin besar.

"Bagaimana, phi? Perjanjian kita hanya satu hari, kan? Sekarang bagaimana?" ujar kuea ikutan bingung.

Sebenarnya gampang saja untuk kuea keluar dari masalah ini, tapi dia merasa kasihan juga pada orang disebelahnya itu. Namun dia juga tidak mau mengorbankan dirinya untuk orang yang dia tidak kenal.

"Kau ikutlah dulu ke rumahku dan kita bicarakan disana, ok? Sambil kau ambil uangmu untuk hari ini." ujar lian dan menyalakan mobilnya.

"Ok."

Akhirnya mereka pun pergi kerumah lian.

"Masuklah." ujar lian setelah membuka pintu.

Lian masuk kedalam diikuti oleh kuea.

"Rumahmu nyaman juga, tp kenapa sekecil ini, maksudku untuk ukuranku ini besar tapi melihat rumah orangtuamu.. Ini seperti sangat kecil." ujar kuea sambil duduk disofa.

"Aku tidak suka ada orang lain dirumahku." ujar lian dan kuea hanya mengganggukkan kepalanya.

Lalu lian menulis pada sebuah kertas kecil.

"Ini bayaranmu."
Lian menyerahkan kertas kecil itu pada kuea.

"Terima kasih. Tapi bagaimana urusanmu dengan ibumu? Aku tidak mau tinggal bersamamu apalagi menikah denganmu." ujar kuea.

"Aku akan membayarmu perhari selama tinggal bersamaku, bagaimana?"

"Hah. Mengapa aku harus tinggal bersamamu, phi tinggal bilang saja kalau kuea tinggal bersamamu, dan panggil aku jika suatu waktu ibu phi datang kemari."

"Kau tidak tahu siapa ibuku. Dia mempunyai mata disetiap gerakku. Dia akan tahu kalau aku berbohong seperti itu. Masalahmu saja aku sudah mencari alasan mengapa dia selama ini tidak tahu. Turuti saja mauku dan kau kubayar, bagaimana?"

"30.000 perhari?" ujar kuea dan dibalas anggukkan oleh lian.

"Ok, deal."

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

768

Secret (ZeeNunew) 010Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang