S06

1K 77 3
                                    

Kuea dan Lian terdiam sepanjang jalan.
Lian merasa sangat kesal dan Kuea yang merasa takut dan bingung.

Sesampainya mereka dirumah Lian keluar terlebih dahulu dan masuk kedalam rumah.
Kuea yang masih bingung mengikuti Lian kedalam rumah.

Ketika masuk Kuea melihat Lian berdiri diruang tamu dengan wajah yang marah.

"Apa yang kau pikir kau sedang lakukan?" ujar Lian.

"Memangnya apa yang kulakukan?" ujar Kuea dengan bingung.

Kuea benar2 tidak tahu kesalahan apa yang sudah dia lakukan.

"Kau berjudi dan mabuk2an." ujar Lian lagi.

"Memangnya apa urusannya dengan Phi? Yang kupakai semuanya sudah menjadi uangku. Lalu apa urusan Phi?" ujar Kuea.

"Urusanku adalah kau sekarang berperan sebagai kekasihku. Dan jika ibuku tahu kalau aku mengencani seorang pemabuk dan penjudi, apa yang akan dia katakan."

"Bukankah bagus? Jadi Phi bisa katakan pada ibu Phi mengapa Phi putus denganku." ujar Kuea kesal.

"Seenaknya saja kau bilang begitu. Aku sudah membayarmu, jadi kerjakan pekerjaanmu dengan baik, jangan seenaknya seperti ini. Aku sudah cukup bersabar dengan kebodohanmu, jangan buat masalah baru untukku, kau itu benar2 sumber masalah." ujar Lian dan berjalan masuk kedalam kamar dengan membanting pintu.

Kuea melonjak kaget dan menundukkan kepalanya.
Lalu diapun tersenyum dengan airmata yang mengalir diujung matanya.

"Ternyata... Ucapan orangtua memang selalu benar, kalau aku ini adalah sumber masalah dan bodoh."

Sementara Lian berjalan mondar mandir dikamarnya karena merasa sangat marah mendengar jawaban Kuea.

Lianpun akhirnya terduduk diatas tempat tidur dan berusaha menurunkan amarahnya.

Setelah mereda Lian menyadari kalau mungkin kata2nya sedikit keterlaluan pada Kuea.

Namun mau bagaimana lagi, kebodohan Kuea dapat mendatang masalah, baik pada Lian ataupun pada diri Kuea sendiri.
Pertama bertemu saja dia hampir dipukuli atau mungkin juga terbunuh.

Lagipula jika ibunya sampai tahu kalau Lian berkencan dengan pemabuk dan penjudi, bukankah ibunya akan memutuskan dia dan Kuea berpisah dan ujung2nya dia tetap akan dinikahkan dengan orang yang ibunya pilih.
.

Sementara Kuea masuk kedalam kamarnya dengan airmata yang masih mengalir dipipinya.

Kuea membaringkan dirinya di atas tempat tidur.
Bayangan kedua orangtuanya kembali terlintas dimatanya.

Bagaimana ibunya yang selalu memukulinya hanya karena nilai2 disekolahnya buruk ataupun hal2 lainnya.
Sepertinya sejak kecil hingga sekarang, dimata ibunya dia tidak pernah benar dan juga bodoh.

'Kau ini selalu menyusahkan dan membuat malu. Kesalahan terbesarku adalah melahirkan anak seperti kau, Kuea.'

Kata2 itu selalu dia dapatkan, setiap kali Kuea dan ibunya bertemu.

Ayahnya pun tidak jauh berbeda.
Ayah Kuea tidak pernah peduli pada Kuea.
Satu2nya kata yang Kuea ingat dalam hati adalah ketika ayahnya mengatakan kalau Kuea adalah beban untuknya.

Maka dari itu sudah hampir 6 tahun Kuea tidak lagi pernah menginjakkan kakinya dirumah orangtuanya.

Namun sekarang Kuea mendapatkan lagi kata2 yang sama dari orang yang bahkan tidak begitu dia kenal.
Maka dari itu, Kuea merasa kalau kata2 orangtuanya adalah kebenaran.
.

Pagi harinya Kuea terbangun dan segera mandi lalu keluar dari kamarnya.
Kuea melihat Lian sedang sarapan di meja makan.

Kuea merasa segan namun akhirnya dia pun menghampiri Lian.

"Selamat pagi, Phi." ucap Kuea.

"Hm selamat pagi. Duduk dan makanlah." ucap Lian sambil menggeser piring dengan 4 potong roti bakar diatasnya ke hadapan Kuea.

Kuea pun tersenyum dan melihat pada Lian.
Lian kembali memakan roti bakarnya dan menundukkan kepalanya.

Kuea pun duduk dan mengambil piring dengan roti bakar itu lebih dekat padanya.
Kuea mengambil satu potong dan mulai memakannya.

"Maaf kalau kata2ku semalam keterlaluan." ujar Lian sambil menatap Kuea.

Kuea terkejut dengan kata2 Lian.

"Tidak apa2, Phi. Lagipula Phi bukan orang pertama yang mengatakan itu." ujar Kuea masih tersenyum.

Lian mengernyitkan dahinya.
Lian melihat senyum Kuea tapi Lian juga melihat kepedihan dimata Kuea.

"Phi tidak peduli siapa yang pernah mengatakan hal itu padamu, Kuea. Tapi menurut Phi, kata2 Phi kemarin cukup keterlaluan, jadi Phi minta maaf."

Kuea mengganggukkan kepalanya.

Ada rasa senang dalam hati Kuea mendengar kata maaf dari Lian, namun tidak bisa juga Kuea pungkiri, kalau mungkin kata2 Lian kemarin benar adanya.
Kuea berjanji dalam hatinya kalau dia akan mengerjakan 'pekerjaan'nya dengan baik demi Lian.

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

644

Secret (ZeeNunew) 010Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang