Ada satu hal di dunia ini yang tidak Deidara suka. Bau menyengat obat-obatan dan cairan desinfektan yang ada diseluruh penjuru rumah sakit. Itu benar-benar menyakiti indera penciumannya.
Namun, dirinya kini tengah berjalan tergesa menelusuri lorong rumah sakit dengan Tobi yang selalu setia mengikuti. Beberapa saat lalu, Sasame mengabarinya bahwa Karin mengalami kecelakaan ketika akan berangkat ke cafe. Deidara khawatir bukan main, Karin itu adalah salah satu orang berjasa yang selama ini selalu membantunya ketika dia kesulitan.
Tadi Sasame memberitahunya bahwa Karin di rawat di lantai 8 ruang 812. Asumsi Deidara, mungkin Karin terluka cukup parah hingga mengharuskannya untuk dirawat.Ting...
Lift yang membawanya menuju lantai 8 akhirnya berhenti juga. Namun ketika pintu terbuka, Deidara mengerutkan kening bingung. Lorong ini panjang dan cukup sepi, hanya ada beberapa perawat yang berlalu-lalang, bisa dihitung dengan jari.
"Apakah aku tidak salah lantai?" Gumam Deidara pada dirinya sendiri.
"Dei cari saja dulu, siapa tahu teman Dei ada disalah satu kamar itu." Itu suara Tobi yang memang sejak tadi ada di samping Deidara.
Menuruti apa yang dikatan arwah itu Deidara berjalan pelan mencari kamar dengan nomor 812.
Kalau dipikir lagi, bangsal ini terlihat cukup mewah dan hampir tak terlihat seperti bangsal rumah sakit. Apakah Karin memang ditempatkan di bangsal seperti ini. Bukannya apa, tapi ini seperti terlalu mewah.
Tap...tap...
Deidara berhenti tepat di depan sebuah pintu dengan nomor 812. Memandangnya dengan ragu lalu menggeser pintu tersebut.
Sepasang mata sewarna langit itu melongo takjum melihat ruangan yang cukup luas untuk digunakan sebagai kamar rawat. Deidara bisa melihat satu set sofa, lalu matanya terarah pada ranjang yang ada di tengah ruangan.
Kakinya dengan refleks berjalan mendekat ke arah ranjang. Memperhatikan seseorang dengan wajah yang setengahnya terbalut perban, jarum infus menacap di telapak tangan sebelah kiri, serta banyaknya beberapa kabel yang menempel pada tubuhnya.
'Orang ini sakit parah', batin Deidara prihatin melihat keadaannya.
Tak sengaja matanya melihat sebuah papan nama yang tertempel di depan ranjang, disana tertulis 'Uchiha Obito'. Jadi, ini si aktor terkenal yang baru saja mengalami kecelakaan dan tengah koma.
Deidara melangkah semakin dekat, mempehatikan setengah wajahnya yang tak tertutup perban dengan seksama. Batinya berkata bahwa dia seperti pernah melihat wajah ini, tapi bukan di tayangan televisi atau sosial media. Deidara seperti pernah melihat wajah ini secara langsung, tapi dimana.
"Hey, gadis kecil, apa yang kau lakukan disini?" Sebuah suara mengagetkan Deidara membuatnya refleks menoleh kearah sumber suara berasal.
Di sana, berdiri seorang pria dengan setelan jas rapi yang membalut tubuh tingginya, seakan setelan itu memang dibuat khusus hanya untuknya. Rambutnya berwarna hitam pekat diikat rendah serta sebuah kacamata hitam berbentuk bulat melengkapi penampilannya. Bersandar pada pintu dengan tangan bersidekap dada.
"M-maaf, Tuan. Sepertinya aku salah memasuki kamar." Sungguh Deidara merasa malu karena ketahuan salah memasuki kamar.
Cukup ceroboh sebenarnya, sudah tau yang terbaring di atas ranjang bukan Karin, tapi Deidara tetap saja melangkah masuk.
"Kalau begitu saya akan keluar." Bergegas Deidara melangkah pergi dari sana.
Namun, Deidara menghentikan langkah saat dirinya sudah berdiri di samping pria tersebut, "Tuan, aku bukan gadis, aku ini pria." Deidara berucap sambil sedikit mendongak karena perbedaan tinggi badan mereka, "Dan aku tidak kecil, aku sudah 22 tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasokare (Tobi/ObitoxDeidara) END
FanfictionTasokare adalah saat kondisi bukan sore atau malam. Keadaan saat garis dunia menjadi samar dan mungkin bisa bertemu sesuatu yang lain. Semua tokoh yang ada dalam cerita adalah milik Masashi Kishimoto. Penulis hanya meminjam nama dan visual. Tags:...