Si pirang dengan mata sewarna langit itu sudah duduk di atas ranjang menunggu kedatangan Obito.
Ini adalah hari terakhirnya di rumah sakit dan dia sudah bersiap untuk pulang setelah seorang suster membantunya mencopot infus.
Deidara pikir akan susah bertemu Obito jika dirinya sudah sehat dan kembali pada rutinitasnya. Walau tak yakin Obito akan datang atau tidak karena lelaki itu tak berpesan apa pun, Deidara akan tetap menunggu sebab rasa penasarannya yang sudah teramat dalam. Karena jika dipikir lagi mana ada orang yang akan menolong orang asing tanpa alasan yang jelas.
Ceklek...
Pintu terbuka dan memunculkan seorang lelaki berpakaian seba hitam. Lengan kemeja digulung hingga siku dan memperlihatkan urat-urat disepanjang garis tangannya yang kekar, celana bahas membalut kaki jenjangnya dengan ikat pinggang mewah melingkar dipinggang ramping tersebut. Pemandangan di depannya membuat Deidara sedikit. . .
Wow. . .
Terpesona
"Dokter bilang kau boleh pulang hari ini. Sudah siap? Mau pulang sekarang?"
Lelaki itu kini sudah berdiri tepat di depannya. Dengan kedua tangan yang dimasukkan dalam saku celana serta wangi parfum yang dengan tidak sopannya memasuki indera penciuman Deidara.
Sungguh. Lelaki di depannya ini membuat Deidara hilang fokus."Hey, Deidara. Mau pulang sekarang?" Obito melambaikan tangannya di depan wajah Deidara membuat si pirang itu mengerjapkan mata gugup.
"Tentu, aku ingin pulang sekarang." Jawab Deidara setelah memastikan bahwa suara yang akan keluar dari mulutnya tidak terbata, "Obito, tadi malam kau bilang bahwa aku pernah menolongmu, kan. Kapan?"
Bukannya langsung menjawab, Obito malah melepas kacamata hitamnya dan terkekeh pelan, "Kau penasaran, ya?"
"Jawab saja." Deidara mulai gemas dengan Obito yang seakan menertawakannya.
Lelaki bermarga Uchiha itu maju semakin dekat dan meletakkan tangannya pada kedua sisi tubuh Deidara. Membuat si pirang membelalakan mata karena posisi mereka kini sangat dekat. Tangan Deidara bahkan refleks menahan dada bidang lelaki itu supaya tubuh mereka tak semakin menempel."O-obito..."
"Saat kau masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Kau ingat pernah menolong seseorang yang hampir terjun dari jembatan dihari hujan dengan mengatainya bodoh dan idiot karena akan mengakhiri hidup. Membawanya ke kediamanmu dan memberinya selimut hangat serta cokelat panas. Itu aku, Deidara."
Penjelasan Obito membuat Deidara mengingat kejadian beberapa tahun silam ketika dirinya menolong seorang lelaki yang hampir terjun dari jembatan. Otaknya dipaska mengingat bagaimana rupa lelaki yang pernah ditolongnya kala itu. Seseorang yang terlihat begitu putus asa pada kehidupannya, tatapan mata kosong serta wajah pucat dengan ekspresi datar tanpa sinar kehidupan.
Deidara memejamkan mata sejenak lalu kembali membukanya yang langsung mendapati sepasang mata sehitam jelaga milik Obito menatapnya dengan begitu lembut.
Ditatapnya dengan seksama wajah tampan milik si Uchiha. Hingga Deidara seakan menyadari satu hal.
Tatapan mata itu seperti milik seseorang, begitupun dengan garis wajah dan helaian rambutnya. Deidara berusaha mengingat-ingat kiranya dimana dia pernah melihat wajah di depannya hingga sekelebat bayangan tiba-tiba muncul membuat sepasang pupil birunya melebar terkejut.
"Tobi?"
"Huh? Dari mana kau tau nama itu?"
TBC or END
???
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasokare (Tobi/ObitoxDeidara) END
FanfictionTasokare adalah saat kondisi bukan sore atau malam. Keadaan saat garis dunia menjadi samar dan mungkin bisa bertemu sesuatu yang lain. Semua tokoh yang ada dalam cerita adalah milik Masashi Kishimoto. Penulis hanya meminjam nama dan visual. Tags:...