Chapter 10

139 19 6
                                    































Denting lonceng, suara kursi yang digeser, daging yang dipanggang, serta suara yang bersahutan antar pelanggang menjadi hal biasa yang Deidara dengar selama setahun belakangan sejak dirinya bekerja di cafe ini.

Sepasang mata berwarna biru itu memperhatikan pasangan kekasih di seberang jalan sana yang tengah berteduh di depan sebuah toko roti. Hujan deras yang tiba-tiba datang membuat beberapa orang harus sejenak menghentikan aktifitas mereka.

"Hahh....." Helaan nafas terdengar dari bibirnya yang sewarna delima.

Melihat pasangan itu membuatnya iri, sebab selama berhubungan dengan Sasori jarang sekali mereka pergi menghabiskan waktu berdua. Salah satu risiko yang harus diterima karena berpacaran dengan orang sibuk.

"Apa yang kau pikirkan, pirang?" Pertanyaan dari perempuan yang kini ada di sebelahnya membuat Deidara menoleh, "Kau patah hati, ya?"

"Memang kentara sekali, ya?" Bukan jawaban yang diberikan, Deidara malah mengajukan pertanyaan lain.

"Benarkah?!" Nada suara itu terdengar begitu bersemangat, ""Kau putus dengan si rambut merah itu?"

Deidara menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan, lelaki dengan surai yang dikuncir tinggi itu menghela nafas kasar. Bagaimana Karin bisa langsung menebak dengan benar apa yang kini tengah dirasakannya.

"Iya." Jawab Deidara lirih.

"Sungguh? Akhirnya semua orang di cafe kita jomblo." Perempuan dengan surai merah itu menangkup kedua tangannya di depan dada dengan mata berbinar bahagia.

Deidara mendongak, lalu melihat Karin dengan pandangan sebal, "Beri aku semangat. Bukannya malah bersyukur."

"Semangat, Deidara-chan." Perempuan itu tersenyum lebar dan menepuk kepala Deidara dua kali seperti kucing.

Pandangan Deidara mengedar, melihat pengunjung cafe yang mungkin malah untuk beranjak karena hujan yang mengguyur bumi.

"Karin, jika salah satu temanmu pergi tanpa pamit. Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Deidara.

Hening cukup lama. Perempuan berkacamata itu seperti sedang berpikir, "Jika itu teman dekat, tentu saja aku akan penasaran dan berpikir apakah aku berbuat salah hingga dia pergi tanpa pamit. Temanmu pergi tanpa pamit?"

Deidara diam, pandangannya menerawang dan otaknya mencoba mengingat kiranya perkataan atau perbuatan mana yang membuat Tobi pergi begitu saja tanpa pamit.

Terkadang, dalam sepinya malam yang begitu panjang Deidara bertanya dalam benak apakah urusan Tobi di dunia ini sudah selesai hingga arwahnya kini kembali ke akhirat.











....

















Terdengar suara pintu terbuka menandakan ada seseorang yang masuk. Obito, yang tengah memperhatikan langit malam menoleh dan melihat Sasuke memasuki ruang rawatnya.

"Sasuke." Panggil Obito pada lelaki itu.

"Apa?" Sasuke yang kini sudah mendudukan diri pada satu-satunya sofa panjang yang ada di ruangan mengajukan pertanyaan dengan dahi berkerut.

Kehadiran Deidara di depannya tempo hari bersama Sasuke membuat Obito begitu penasaran akan bagaimana hubungan keduanya, dan kenapa Deidara terlihat kacau saat itu, matanya sembab dan wajahnya terlihat tak bersemangat.

"Temanmu itu .... " Obito menghentikan pertanyaannya, lelaki yang masih berbaring di ranjang pesakitan itu terlihat ragu.

"Temanku? Siapa? Yang kemarin ikut kesini. Deidara. Kenapa dia?" Diluar dugaan, Sasuke malah berbicara dengan santai. Lelaki itu malah sibuk dengan gawainya.

"Dia kenapa?" Obito yakin bahwa Sasuke akan bingung dengan pertanyaannya, tapi sungguh dirinya begitu penasaran akan apa yang terjadi pada Deidara dan bagaimana hubungan keduanya.

"Kenapa bagaimana?" Benar saja, bungsu keluarga Uchiha itu mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Obito bingung.

Obito menggaruk tengkuknya canggung, "Ya, bagaimana?"

Sasuke masih mengerutkan kening, tapi tak lama setelahnya lelaki itu menjentikkan jari, "Maksudmu kenapa kedua matanya terlihat sembab?" Tanya Sasuke dan Obito hanya mengangguk ragu tapi tak mengatakan apapun karena tau bahwa Sasuke belum selesai dengan perkataannya.

"Dia baru saja diselingkuhi oleh kekasihnya dan menangis hebat. Wajar jika saat itu dia terlihat sangat kacau. Terlebih kemarin dia bilang katanya Dokter yang memeriksamu adalah selingkuhan kekasihnya."  Cerita Sasuke itu membuat Obito mengepalkan tangannya geram.







...



















Udara dingin serta suara gerimis diluar sana membuat Deidara semakin malas untuk beranjak dari kehangatan ranjang, ditambah perutnya yang sakit sejak kemarin membuat lelaki berambut panjang itu mengurangi kegiatan.

Beberapa pekerjaan rumah menjadi terbengkalai, belum lagi tugas kuliah yang pengerjaannya juga menjadi tertunda, tapi mau bagaimana lagi. Rasa sakit dibagian perut membuatnya hanya bisa terbaring di atas ranjang selama seharian penuh.

Namun, untuk hari ini sepertinya Deidara harus memaksakan diri karena dia kemarin sudah tidak masuk kelas dan ijin bekerja.

Perlahan lelaki berambut panjang itu beranjak dari tempat tidur dan berdiri di depan cermin, mengambil sisir lalu merapikan rambutnya yang berantakan.
Setelah yakin bahwa rambutnya kini sudah terkuncir rapi, Deidara memasuki kamar mandi dan membasuh tubuh guna bersiap berangkat ke kampus.





















TBC

Tasokare (Tobi/ObitoxDeidara)  ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang