"Bibi, apa Sasuke masih lama?" Pertanyaan itu keluar dari bibir seseorang yang tengah duduk di atas ranjang.
Perban yang beberapa hari ini menutupi setengah wajah tampannya sudah terlepas dan kini hanya meninggalkan sedikit luka yang hampir kering.
"Tadi dia menelfon, katanya berangkat dari kampus. Mungkin anak itu sebentar lagi tiba." Jawab seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di sofa tak jauh dari ranjang, "Ngomong-omong kau kemarin ke makam Rin, Obito? Itachi yang bilang."
Pertanyaan itu membuat lelaki yang dipanggil Obito terdiam. Pandangannya menerawang jauh pada langit biru yang terlihat jelas dari balik jendela kamar rawatnya, "Bibi Mikoto, apa yang aku lakukan sudah benar dengan memberitahu Rin yang sebenarnya?"
Wanita yang diberi pertanyaan tak langsung menjawab, matanya menatap sang keponakan yang kini terlihat murah, "Tidak ada yang salah tentang memberitahu sebuah kebenaran. Bibi pikir Rin memang harus tau kebenarannya."
"Tapi karena aku Rin-"
"Bukan karenamu, Obito. Ini semua sudah takdir." Sebelum Obito menyelesaikan kalimatnya, wanita yang dipanggil Bibi Mikoto tersebut sudah memotongnya, "Tidak ada seorangpun yang menyalahlanmu atas apa yang terjadi, Obito."
Semasa sekolah dulu dirinya sangat dekat dengan Rin, dan kematian perempuan berambut cokelat itu cukup memukul telak ulu hatinya. Terlebih Rin meninggal dalam kecelakaan yang disebabkan oleh dirinya.
Tok...tok...tok...
Terdengar pintu digeser, menandakan bahwa ada seseorang yang memasuki ruangan. Namun, Obito sama sekali tak peduli, pikirnya itu mungkin saja suster, dokter atau Sasuke yang dimintai tolong untuk membawakan barang-barang Obito seperti ponsel dan lain-lain.
"Ibu, maaf aku terlambat." Sebuah suara yang sangat dikenal Obito. Itu Sasuke.
"Tidak apa, nak." Jawab Bibi Mikoto, "Oh, kau bersama teman."
"Perkenalkan Bibi, namaku Deidara." Nama yang baru saja memasuki gendeng telinganya otomatis membuat Obito menolehkan kepalanya kearah sumber suara.
Disana, lebih tepatnya di samping Sasuke, berdiri seorang lelaki berambut pirang yang disanggul tinggi, rambut itu tak ditata rapi, sepertinya diikat asal karena terburu-buru. Kulitnya berwarna putih bersih dan kedua bola matanya berwarna biru cerah. Obito mengernyitkan dahi melihat sepasang kelopak mata yang sembab seperti habis menangis tersebut, kenapa?
"Oy, Kakak sepupu, kukira kau tak akan sadar?" Pertanyaan dengan nada menyebalkan dari Sasuke tersebut tak digubris oleh Obito. Dirinya masih sibuk mengamati si pirang yang berdiri diam di samping Sasuke.
"Sasuke, jaga bicaramu." Teguran dengan nada tegas itu terdengar dari satu-satunya wanita yang ada disana.
"Selamat siang semuanya, maaf mengganggu, tapi saya harus memeriksa perkembangan dari salah satu pasien saya."
"Tentu, Dokter Sakura, silahkan."
Obito tau jika dokter yang menanganinya tengah memberikan beberapa wajengan dan sesuatu yang tidak didengarkan.Dia tidak peduli. Fokusnya sekarang adalah pada Deidara yang sejak kedatangan Dokter Sakura menampakkan ekspresi terkejut. Setelahnya lelaki itu menarik-narik baju Sasuke dan membisikkan sesuatu. Obito sungguh penasaran apa itu karena setelahnya Sasuke juga menampakkan ekspresi terkejut dan Deidara seperti menahan tangis, terlihat jelas air matanya yang sebentar lagi akan tumpah.
"Ibu, aku pamit ya. Nanti aku kesini lagi."
Belum sempat Obito mencegah kepergian mereka, Sasuke sudah berlari keluar sembari menarik Deidara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasokare (Tobi/ObitoxDeidara) END
FanfictionTasokare adalah saat kondisi bukan sore atau malam. Keadaan saat garis dunia menjadi samar dan mungkin bisa bertemu sesuatu yang lain. Semua tokoh yang ada dalam cerita adalah milik Masashi Kishimoto. Penulis hanya meminjam nama dan visual. Tags:...