6||thank you

204 163 80
                                        

-•GEMINTANG•-

【𝐀𝐩𝐩𝐫𝐞𝐜𝐢𝐚𝐭𝐞 𝐦𝐞 𝐛𝐲 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐧 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭〗

Happy reading...








di saat semua sudah terlelap dan mematikan lampu bilik masing-masing, hanya bilik Satria saja yang masih menyala disana. Laki-laki itu berdiam diri di balkon seraya merasakan angin malam dan mendongakkan kepalanya melihat rembulan di malam itu. Mengingat kejadian yang beberapa jam terjadi itu membuat Satria memeluk kedua kaki dan menenggelamkan kepalanya disana.

Terkadang Satria berfikir, mengapa hanya dirinya yang mendapat perlakuan semacam itu?. Dan terkadang Ia juga berfikir benarkah dia putra kandung dari ayah dan bunda? Jika benar, tak mungkin ia mendapat perlakuan seperti itu kan?.

Mungkin bagi semua orang hal semacam ini merupakan hal yang biasa terjadi, namun tidak untuk dirinya. Sungguh, Kepala Satria ingin pecah rasanya ketika sedang memikirkan banyak hal yang membuatnya gelisah. Dan kini Ia harus ditimpa lagi dengan masalah baru, yang membuat dirinya semakin kacau.

Di sisi lain, Tama yang terbangun dari tidurnya berniat untuk mengambil segelas air. namun niatnya itu ia urungkan ketika mendapati bilik Satria sedikit terbuka, dan dapat Tama lihat lampu kamarnya pun masih menyala.

Kriettt....

Ia buka pintu itu perlahan agar tidak menimbulkan suara, lalu dapat Tama lihat seseorang tengah terduduk di balkon kamar. itu Satria, yang Tama lihat. Ia berjalan menghampiri adiknya lalu duduk menyilang di belakang laki-laki itu.

"Kok belum tidur sat?" Ucap Tama.

Deg...


Suara Tama saat itu membuat sang empu kaget bukan main, sampai-sampai ia memegang jantungnya karena saking terkejutnya ketika melihat kakak sulungnya itu secara tiba-tiba sudah duduk tepat berada di belakangnya.

"YA TUHAN MASS, AKU KAGET LHO, PIYE SI MAS KERJAANANE NGAGETIN TERUS" protesnya membuat Tama terkekeh.

"Hahahah haduh, maafin mas, habis yang lain sudah tidur kamu doang yang belum." Ucapnya memegang bahu adiknya.

Satria yang merasa tidak nyaman, melepaskan lengan tama yang berada di bahunya itu. "Aku belum ngantuk mas, lagian ngapain toh, mas tama ke sini?"

Tama yang semula menyilangkan kedua kakinya kini meniru adiknya dengan memeluk kedua lutut dan menaruh dagunya disana.

"Huhh, tadinya mas mau ngambil air, tapi berhubung mas liat kamar kamu gak di kunci dan Lampunya juga masih nyala, mas coba masuk dan liat kamu lagi bengong sendirian di balkon, kenapa sih? Kamu masih kepikiran kejadian tadi? Bilang sama mas, jangan pendam semua sendiri"

Satria yang mendengar perkataan tama, mengubah posisi duduknya menyilang, dan memainkan tali sweater miliknya.

"aku capek mas...jadi anak yang mendem semua sendirian itu gak enak, banyak beban yang aku punya. Maaf ya mas aku ngomong soal beban, padahal mas jauh lebih berat bebannya dari pada aku. tapi mas...boleh gak sih aku bilang bahwa aku ga kuat?. Satria gak sekuat itu buat nerima makian dari orang, banyak yang bikin Satria tertekan mulai dari tante, lingkungan, sekolah, dan juga cara aku menyesuaikan diri sama orang lain. satria juga capek di anggap sebelah mata mas. Satria juga mau kaya mas tama, yang bisa banggain bunda sama ayah dan punya banyak temen di sekolah mas dulu" adu nya dengan air mata yang berlinang bak kristal itu.

GEMINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang