-•GEMINTANG•-
Happy reading
~bisakah kau berjanji padaku untuk tidak kemana-mana, tolong berjanji padaku kau akan kembali, dan tolong yakinkan aku, bahwaa kau dan aku akan tetap bersama-bersama seperti saat dulu kala. -Satria
Djakarta, 9 Februari 2009
13:58 WIB
~para penumpang kami yang terhormat, selamat datang di bandar udara internasional Soekarno Hatta di tangerang banten. Terimakasih karena sudah ingin terbang bersama kami. Untuk para penumpang tujuan Pontianak diharapkan segera masuk kedalam pesawat, terimakasih~
"Ayah, bunda. Sampai disini aja ya anternya" ucap laki-laki itu.
"Gak apa-apa mas, ayo kita anter sampai depan sana" ucap Akasa menarik tangan Tama.
"Gapapa sa, sampe sini aja ya, mas bisa kedepan sendiri" ucapnya melepaskan tangannya dari genggaman Akasa.
"Oh, yasudah"
"Bunda, ayah," ucapnya menatap kedua orang tuanya.
"Iya mas?"
"Tama pamit ya bun, yah. Tolong jaga adik-adik selama Tama ga dirumah." ucap memeluk tubuh Arjuna dan Nebulan.
"Pasti sayang, pasti bunda sama ayah mengusahakan untuk jaga adik-adik. Kamu biar kuat disana ya" ucap Nebulan mengecup kening putranya dengan air mata yang terus terjun.
"Sering-sering hubungi kami ya mas kalau sudah sampai" timpal Arjuna menyandarkan tangannya di bahu Tama.
"Pasti ayah, Tama pasti akan sering hubungi kalian, walaupun nantinya bakal susah, tapi sebisa mungkin Tama usahakan. oh iya titip salam buat Hares sama Satria ya, tolong bilang juga selamat ulang tahun buat Satria, kadonya nanti nyusul aja"
"nanti kita sampaikan kok mas, lagian disana juga ada tante dania sama tante siska, jadi aman lah" ucap Abi tersenyum.
"Kalau Hares?"
"Hares ditemani sama Rani, kamu gak usah khawatir, Hares sama Satria pasti bisa" ucap Arjuna, yang dibalas anggukan kecil oleh Tama.
"Bunda" ucap Tama seraya mengeluarkan selembar kertas yang terlipat kecil.
"Kenapa sayang?"
"Ini untuk bunda, dibukanya nanti saja ya bun, Tama malu" ucapnya mengasongkan kertas tersebut.
Nebulan mengerutkan keningnya heran, dan mengambil kertas yang diberikan Tama. "Ini apa mas?"
"Itu...surat buat bunda. Sebenarnya Tama sudah lama buat nya, tapi Tama malu untuk kasih ke bunda" serunya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Nebulan terkekeh melihat pipi putranya yang memerah itu. " Yasudah nanti bunda buka ya" ucapnya diangguki oleh Tama.
"Bunda...pertemuan ini bukan untuk terakhir kalinya kok bun. Kita bakal ketemu lagi di tahun-tahun berikutnya, dengan versi Tama yang lebih baik lagi."
Mendengar hal itu, Cairan bening terjun dari netra wanita paruh baya itu. Tama yang melihat bundanya menangis segara memeluknya. "Bunda, maafin perkataan Tama barusan, Tama minta maaf"

KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINTANG
Fiksi Sejarah(SEDANG DIREVISI) Untuk yang hilang ditelan lautan. Yang pergi tanpa sepatah kata, yang meninggalkan kenangan serta duka, Yang raga nya tidak akan pernah ada lagi, yang bayangnya sudah tak lagi mengikuti raga yang hilang. Raga Yang menyatu didasar...