2 minggu telah berlalu kedekatan valensia dan ardian juga diterima baik dari pihak orang tua ardian maupun valensia. Amel dan andrian mengangap valensia adalah menantu terbaiknya sikap unik milik valensia membuat amel serta andrian kagum.
Mereka jarang menemukan gadis seunik valensia, adi dan leni tak jauh beda dengan orang tua ardian, mereka sangat nyaman dengan calon menantunya yang sikapnya sangat bisa dibilang sempurna.Terkadang adi berfikir anaknya ini menggunakan jurus apa hingga membuat ardian bisa begitu mencintai valensia.
Ardian akan menyempatkan bermain seminggu 4 kali dirumah valensia begitupun sebaliknya.
Tak heran banyak tetanga yang mengunjingi leni dan itu membuat valensia marah seperti saat ini.
Kini ardian serta valensia menemani leni berbelanja kebutuhan sehari hari ,awalnya leni menolak tapi melihat tatapan permohonan dari ardian leni hanya bisa mengangguk.
Saat ditoko sayur leni memilih bahan yang akan ia masak sekarang dan tiga hari mendatang, tapi ia sedikit sebal dengan ocehan tetanga tidak bermutu itu awalnya ia ingin menyela tapi valensia malah mendahuluinya.
"lihat itu putri leni membawa pacar lelakinya kesini benar benar tak tau malu" bisik mereka.
"benar putriku saja tak seperti itu"
"aku akan melarang putriku bermain dengannya"
"dasar orang tua tak berpendidikan, harusnya ia mengajari putrinya"
Valensia yang sebal menatap tajam mereka dan mulai menjawab satu persatu pertanyaan mereka.
"mau gua bawa pacar atau engak itu urusan gua lah, ngapain repot repot ngatur ngerugiin lu aja gua kagak pernah!. Sama itu lagi apa? putrimu gak bawa pacar? Emang gak bawa tapi heh denger ye buk putri anda diem diem nemuin pacarnya lewat belakang rumah saya dan saya jadi perantaranya, kalau dapet uang mah gua mau. lah ini main nyelonong aja kagak sopan bet dah" srakas valen sembari memilihi tomat yang akan ia berikan pada ibunya, sedangkan ardian diam diam tersenyum kecil melihat sikap valensia.
"gua juga gak sudi main sama putri lu yang caper ke pacar orang, dia aja sering ngebat pacar milik orang lain, kalau gua main sama dia bisa bisa pacar gua yang ganteng plus tajir melintir serta baik hati dan tidak sombong ini juga diembat sama dia dih... gua mah kagak sudi" ardian tertawa kecil mendengar perkataan valensia, ia mengelus rambut valensia dengan lembut lalu ikut membantu leni mencari bahan masakan yang akan dimasak sekarang dan tiga hari yang akan datang.
"gak berpendidikan apanya ibu gua aja lebih pinter dari lu dia aja banyak sertifikat dulu masuk smk aja pakai beasiswa behh udah pinter, cantik lagi gak kek lu tiap hari kerjaannya ngerostingg mulu bener bener gak ada kerjaan lain" setelah mendengar perkataan valensia mereka hanya bisa terdiam dan tak lagi mengeluarkan suara untuk menghina leni.
"bibit unggul kok di lawan kalah kan lu pada yeuu" leni tertawa kecil tak lupa tersenyum bak iblis melihat mereka terdiam telak karena tertampar ucapan sang anak.
"sudah jangan diteruskan. nak ardian, valensia sayang ayo membayar dulu" ardian meraih belanjaan leni, ia tak ingin ibu mertuanya kelelahan karena membawa belanjaan yang berat itu.
Sedangkan valensia membawa beberapa jajanan yang dibelikan ardian untuknya.
Leni hendak memberikan beberapa uang kepada pemilik toko itu namun hal itu dihentikan ardian yang lebih dulu memberikan dua lembar uang berwarna merah dengan nominal 100an.
"kembaliannya tolong berikan pada kekasih saya" ucap ardian, ardian menyuruh leni mendahuluinnya dan ia menunggu valensia.
Setelah mengambil kembaliannya valensia berjalan di sisi kanan ibunya dengan membawa beberapa jajanan sedangkan ardian dibelakang mereka sembari mendengar perkataan dari ibu dan anaknya, terkadang mertuanya menggoda dirinya dan valensia membuat pipi valensia memerah, karena hal itu valensia merengek pada ibunya untuk berhenti menggodanya.
Sesampainya dirumah ardian segera menghampiri calon mertuanya, ia mendudukan diri dan ikut percakapan adi, dengan senang hati ardian akan menjawab pertanyaan yang dilemparkan untuknya.
Sedangkan di dapur valensia dan leni sibuk berkutat dengan beberapa bahan yang akan disajikan kepada ardian dan adi.
"ibuu harusnya dipotongin dulu"
"makannya bantuin ibu, itu bumbunya sudah halus kamu tinggal saja"
"kasian kalau di tinggal dia di php" leni menatap datar sang anak sedangkan yang ditatap hanya tertawa kecil.
"valen tempenya di goreng aduh gimana sih kamu ini"
"ini tahunya gosong"
"astaga anaknya adi" leni menghela nafas kasar akan tingkah sang anak.
"valen anaknya ibu jugaa"
Setelah perdebatan kecil antara valensia dan leni kini beberapa masakan telah jadi dan siap untuk disajikan.
Valensia menata beberapa jenis masakan dan menaruhnya dihadapan adi serta ardian.
Setelah mengambilkan lauk dan nasi untuk leni, adi serta ardian. valensia mulai makan setelah ayah serta ibunya mulai memakan makanannya.
Detingan sendok memenuhi ruang makan kini ardian menatap valensia, seakaan faham akan tatapan ardian valensia mengangguk lalu mengenggam tangan ardian, ia memberikan senyum terbaiknya untuk pujaannya itu.
Ardian tersenyum dan mengengam erat tangan valensia lalu ia menghela nafasnya.
"eumm ibu"
Mendengar pangilan ardian leni menoleh menatap ardian lekat tak lupa memberikn senyum lembut pada calon menantunya.
"iya ada apa dian?"
"bolehkah ardian membawa valensia untuk kerumah?" adi mengangguk untuk menjawab pertanyaan ardian.
"boleh asal si gembul ini tak merepotkanmu" valensia mendengar perkataan ayahnya melotot tak suka.
Apa apaan ayahnya ini pikir valensia, ia menatap sang ibu dengan tatapan melasnya tak lupa mencebikan bibir tebalnya itu. Sedangkan leni menghela nafas kasar melihat suaminya yang senang sekali menjahili anaknya.
"jangan menjahili anakmu lagi mas atau" leni meraih garpunya lalu menusuk dengan brutal daging ayam hingga membuat daging itu terbelah.
Adi dan ardian menatap nanar ayam itu tak lupa menutupi kebangaannya.
Mereka berdua membayangkan bagaimana jika ayam itu diganti dengan kebangaan mereka, membayangkan saja membuat mereka merinding.Leni sadar saat menantunya ketakutan akan sikapnya itu, lalu ia tersenyum, menggusap rambut sang menantu, ardian yang mengerti sikap mertuanya tersenyum kecil.
"jadi boleh kan ibu" leni menganguk kecil.
"nanti tolong jagakan anak nakal milik ibu ini yaa" mendengar itu ardian mengangguk semangat.
Sedangkan valensia menghabiskan makanannya sembari menyimak percakapan antara ayah, ibu serta ardian.
Setelah selesai dengan acara sesi makannya ardian mengemasi beberapa pakaian untuk dibawa valensia nanti.
"mau ke rumahku atau kakekmu?" valensia menatap ardian lalu mengalihkan lagi pandangannya ke ponselnya.
"mau ke rumah kakek saja, valensi merindukan kakek" valensia melempar ponselnya ke kasur lalu memeluk ardian dari belakang.
Sedangkan ardian mengelus tangan valensia "ada apa hm?"
Valensia menatap ardian dan mengeratkan pelukannya, ardian sendiri tertawa kecil melihat tingkah manis dari miliknya itu.
"mau sekarang valensia rindu kakek" mendengar itu ardian membalikan tubuhnya tak lupa mengendong valensia ala koala dengan tangan kiri sebagai sagaannya dan menyaut tas valensia dengan tangan kanannya.
Ardian berjalan ke arah adi dan leni lalu berpamitan, leni dan adi tersenyum melihat tingkah sang anak yang teramat manja pada menantu mereka itu.
"hati hati ya bawa montornya" ardian mengangguk kecil tak lupa menyalami kedua orang tua valensia.
"kami pamit dulu ayah, ibu" valensia melambaikan tangannya dengan semangat ke arah kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUDHANTA PUTRA
ActionSebuah kisah yang mengharuskan seorang gadis gendut mengemaskan bertemu sang ketua geng black shadow Akankah kisah mereka berakhir Happy ending or sad ending