"hahaha"
"HAHAHAHHAHA"
Suara mereka terdengar dari luar kamarku, aku yang sedang makan dikamar, hanya bisa mendengar tawaan mereka.
Terdengar jelas, tapi tak bisa terlihat, aku bisa merasakan kebahagiaannya, namun tidak bisa kucoba kebahagiaannya.
Tentu Hanni dan kak minji sangat dekat layaknya permen karet, tapi Denganku? Asing.
Kedua orangtua ku juga tidak dekat denganku, aku tidak tau, tapi yang sangat dekat denganku itu nenek, nenek adalah ibu dari mamah aku sering menginap disana.
Ceklekk
Breckkk
"Hakhk?!"
Aku kaget, sampai aku tak sengaja menjatuhkan piring kelantai, yang datang itu kak minji, jujur saja, kak minji sangatlah galak, dulu aku takut sekali padanya karna sering menyalahkanku tentang apa yang dia perbuat, sudah tak asing jika kak minji sering menyuruhku.
Kalo Hanni, kadang dekat denganku, kadang sama dengan kak minji, sering menyalahkanku juga, tapi biarlah, aku terima saja.
"KOK DIJATUHIN RIN!??"bentaknya sambil marah, aku ketakutan sampai tidak bisa berkata apa apa, rasanya mulutku sulit untuk kugerakkan.
Kak minji kalo marah sangat menyeramkan, aku pendek, sekitar 160 cm sedangkan kak minji jauh dariku, tingginya 170 cm, walau beda 10 cm tapi pandanganku tetap keatas.
"A—aku...k—kaget.."
"CEPET BERESIN !!"
"i—iya...a—aku beresin kok..."
"jangan mengotori kamarku!!!!!"
Aku dan kak minji hanya 1 kamar, tapi ranjangnya beda, ranjang kak minji jauh lebih besar, aku hanya cukup untukku saja, aku tidak iri kok, dia kan kakakku.
Beberapa menit kemudian aku selesai membereskan kamar ini, kak minji langsung menyuruhku.
"Rin, bikinin dalgona Coffee, ya?!"
"Ha?, Owh ...iya kak"
Tak heran bagiku, kak minji sangat menyukai minuman buatanku, apalagi coffie, katanya, pas untuknya yang suka manis, tapi tak suka terlalu manis
Aku langsung kedapur dan membuatkannya coffie, tapi aku sedikit kaget melihat wastafel, banyak sekali piring kotor nya, seperti 3 hari tak di cuci.
"Banyak sekali..."gumamku
Tak..tak..tak
Aku mendengar suara langkahan kaki dari belakangku, aku menoleh padanya, ternyata itu mamah, dia sudah cantik dengan pakaian dress merah.
"Mau kemana, mah?"
"Mamah, ayah, minji, Sama Hanni akan keluar, sebaiknya kau bersih bersih"
"Haerin ga diajak, mah?"
"Kamu ga perlu ikut"
"huh...b—baik"
"Rin!!!, Ga jadi deh " teriaknya kak minji dari kamar dan mendekati ku.
"Ya, aku tau"
Aku tidak melihat wajah mereka , aku hanya fokus pada pekerjaanku, sekarang ini hari Minggu.
Dimana semua orang refreshing, sedangkan aku hanya berkerja dirumah, aku belum pernah melihat kak minji memegang sapu ataupun barang lainnya, kecuali handphone, itu saja, 24 jam full.
Sedangkan Hanni, dia lebih suka belajar dengan hal baru, bukan belajar pelajaran, tapi semua.
Anehnya setiap dia melihatku, pasti tatapannya tajam, aku jadi ga enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haerin
FanfictionSebagai seorang anak, aku bahkan tidak tau siapa mereka, rasanya sangat tidak nyaman. Tapi jika aku tidak bersama mereka aku akan lebih menderita. Aku yakin ini hanya permulaan, dan aku yakin, pasti tuhan merencanakan sesuatu untukku. Sebagai seoran...